Rate

FILE 68: Misteri Terowongan Air di Pulau Badai

Mystery & Detective Series 649

Ghost memberi tanda kepada Inspektur Anton
untuk mengejar van ke dalam lorong rahasia, sebelum mekanismenya menutup.

    INSPEKTUR Anton menyerahkan sesuatu yang tertutup sapu tangan kepada Faril. “Simpanlah ini. Pakai hanya jika keadaan darurat.”
    Faril sedang menandaskan makan siangnya. Ketika Inspektur Anton memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya.
    “Apa itu inspektur? Tanya Faril.
    Inspektur Anton membuka sapu tangan itu. Kemudian mengangsurnya ke meja di dekat Faril. Benda berkilat itu membuat mata Faril terbelalak. Benda mengilat itu adalah sepucuk revolver yang sudah terisi penuh dengan peluru.
    “Aku bisanya cuma pegang pistol di dalam game inspektur. Tapi, kalau pistol beneran….”
    “Ya, aku berharap kau tak sampai menggunakannya,” ujar Inspektur Anton kemudian berusaha tersenyum demi menenangkan pemuda itu.
    “Memangnya inspektur mau ke mana? Terus inspektur pegang senjata apa?” tanya Faril heran.
    “Aku menyimpan senapan serbu yang dirampas dari anggota King Cobra waktu menyerang hotel. Dan Ghost pasti menyelundupkan amunisi ke pulau ini.”
    “Jadi Anda mau pergi bersama Ghost?” Faril masih tak menyentuh revolver itu.
    “Rencananya begitu. Bisakah kau mengirim pesan ke Ghost? Pesan chat teks saja. Agar lebih jelas dan bisa diingat.”
    “Baik inspektur. Mana pesannya?” tanya Faril.
    Inspektur Anton menyerahkan selembar kertas yang sudah ditulis dengan spidol. Di sana tertulis nomer ponselnya dan sebuah pesan:
Temui aku di terowongan air. Sarang ular. Dekat perkebunan sebelah barat.
Bawa semua perlengkapan. Pukul 13:00.
Hubungi nomer ponselku jika keadaan darurat.
    “Jika Selfi bertanya katakan saja aku pergi untuk bertemu dr. Watsen, ya,” pinta Inspektur Anton terdengar seperti berharap.
    “Iya, inspektur … tapi kalau sampai malam Anda gak pulang terpaksa akan saya tunjukkan pesan ini,” ujar Faril sembari menutupi revolver dengan sarung tangan dan menyembunyikannya di dekat monitor TV.
    “Ya, benar … aku berharap banyak kepadamu. Jika ada apa-apa telepon melalui nomer ponselku yang tertera di kertas itu. ” Inspektur Anton menepuk pundak Faril. Ia bergegas memakai jaket dan menenteng tas berisi senapan serbu. Wajahnya tertutup bayangan lidah topi yang dipakainya.
    Inspektur Anton tak menyia-nyiakan waktu karena Selfi tengah beres-beres di dapur setelah makan siang itu. Ia tak akan bisa berbohong di depan Selfi karena gadis itu pasti akan mengetahui dari sorot matanya. Ia tak pandai berbohong. Ia bergegas melangkah panjang-panjang di koridor demi menghindari kedatangan Selfi yang berada di ruang sebelah.
    Ia menunduk ketika melihat Ela menuju ke arah koridor. Kemudian memilih jalan yang berbeda agar tak berpapasan dengan ilmuwan itu. Dalam benaknya terbayang wajah tunangannya yang nampak cemas, namun, ia telah memikirkan satu-satunya cara untuk melindungi orang-orang tercinta adalah dengan menjaga jarak dengan mereka. Karena yang diincar King Cobra adalah dirinya seorang. Ia tak ingin melibatkan Faril maupun Selfi dalam perkaranya sendiri.
    Ia membuang tas berisi senapan dari atas jendela ke semak belukar agar dapat lolos dari pendeteksi logam ketika melewati sistem keamanan di pintu keluar. Setelah berhasil melewati sistem keamanan tanpa kendala, inspektur itu kembali mencari tas yang dilemparkannya ke semak belukar.
    Inspektur Anton memilih angkutan umum, trem listrik demi menuju ke perkebunan di sebelah barat. Tempat ia menemukan mayat seorang anggota King Cobra yang mengapung di sungai beberapa waktu yang lalu. Ia menduga terowongan air itu akan membawanya ke markas King Cobra yang berada di bungker bawah tanah.
    Mendung yang berarak di atas Pulau Badai menutupi matahari. Inspektur Anton tak berharap terjadi badai karena sungai akan meluap. Jika terowongan air dipenuhi luapan banjir, maka ia akan kesulitan mencari markas King Cobra.
    Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Padahal baru lima belas menit berlalu. Inspektur Anton masih menunggu dengan menyamar sebagai pemancing di dekat sungai. Jika Ghost sudah menerima pesannya ia pasti dalam perjalanan ke perkebunan itu. Atau jika Ghost memiliki rencana lain pasti akan segera menghubunginya.
    Tak ada pesan dan tak ada tanda-tanda kedatangan Ghost membuat inspektur polisi itu harus lebih bersabar.
    Apakah Ghost memiliki rencana lain?
    Apakah terjadi sesuatu dengan assassin itu?
    Inspektur Anton masih bertanya-tanya ketika melihat bunyi mekanis yang berada di arah gazebo di tengah kebun itu. Ketika mengawasi pelataran di gazebo itu ia sedikit kaget ketika melihat van hitam itu keluar dari jalan rahasia yang berada di gazebo.
    Dugaan inspektur itu benar. Ada jalan rahasia di sekitar perkebunan itu.
    Apa yang direncakan King Cobra? Ke mana sasaran serangan mereka berikutnya?
    Inspektur Anton masih bertanya-tanya ketika inspektur polisi itu bergegas mengemasi pancingnya, ia lantas tak peduli lagi kepada pancing itu ketika mendengar bunyi tembakan.
    Ya, ia yakin mendengar bunyi tembakan walau samar dari tengah-tengah perkebunan. Ketika menyadari bahwa sasaran tembakan itu adalah van hitam, ia bergegas membuat pancing dan mengambil senapan serbu dari dalam tasnya.
    Bunyi tembakan balasan terdengar dari dalam van. Namun, arah tembakan tidak mengarah ke Inspektur Anton yang mengendap-endap mendekati van itu. Kemudian terdengar tembakan balasan lagi dari tengah kebun. Kali ini rentetan tembakan dari senapan serbu. Siapa yang berada di tengah kebun? Apakah Ghost sedari tadi berada di sana? Mengawasinya melalui tele snipernya? Ya, ia yakin Ghost sudah berada di tempat itu sekitar sepuluh menit yang lalu.
    Lantas dari mana King Cobra mengetahui kedatangan Ghost?
    Apakah melalui game Blizzard?
    Inspektur Anton makin mendekat ke arah van sehingga dalam jangkauan akurasi jarak tembak. Ia masih menahan agar tidak menarik pelatuk untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
    Bunyi tembakan dari arah kebun makin terdengar mendekat. Ketika sosok Ghost mulai nampak dari rimbunan semak belukar, Inspektur Anton mulai memberitahukan posisinya dengan tembakan ke arah van hitam itu.
    Merasa terpojok oleh dua serangan dari dua arah yang berbeda, van hitam itu bergegas kembali masuk ke lorong rahasia yang berada di gazebo. Ghost tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia bergerak sigap dan cepat dengan senapan serbu siaga.
    “Maju inspektur!” seru Ghost.
    Inspektur Anton menyambut seruan itu dengan bergegas keluar dari tempat persembunyiannya. Sembari menghindari tembakan dari jendela van, ia bergerak dari batang pohon ke batang pohon lain, sedangkan Ghost nampak bagai malaikat kematian. Seorang anggota King Cobra terluka akibat tembakan senapan runduknya, dan satu orang lain terkena tembakan hingga terkapar di pelataran gazebo di tengah kebun.
    Bunyi decit ban terdengar ketika van hitam itu berbalik masuk kembali ke dalam lorong. Ghost membayangi di belakang van hitam itu. Ia memberi tanda kepada Inspektur Anton untuk mengejar van ke dalam lorong rahasia, sebelum mekanismenya menutup.
    Inspektur Anton berlari mengejar Ghost. Mereka masuk ke dalam lorong rahasia tepat ketika pintu mekanisnya tertutup. Tak ada jalan lain selain bergerak maju ke depan.
    “Apa yang terjadi Ghost?” tanya Inspektur Anton. “Kau memancing King Cobra keluar?”
    “Ya, dengan menggunakan pesan Anda!” seru Ghost berusaha mengatasi bunyi tembakan yang masih terdengar dan menggema di dalam lorong yang dapat dilewati mobil itu.
    Ghost dan Inspektur Anton berlari mengejar van yang sudah berada jauh di depan mereka. Sembari sesekali melepas tembakan ke arah van itu.
    Lorong rahasia itu berakhir di ujung sebuah ruangan dengan langit-langit tinggi. Bunyi arus air nampak terdengar karena bungker itu berada tepat di sebelah dinding tempat terowongan air. Nampaknya di luar telah terjadi banjir akibat hujan deras. Dan air yang meluap mengalir melalui terowongan air itu. Namun, bungker itu kedap air dan terpisah dari terowongan air. Ternyata jalan masuknya melalui lorong rahasia yang memiliki pintu mekanis di atas gazebo di areal perkebunan itu.
    Ghost dan Inspektur Anton tak lagi terkejut ketika melihat pintu-pintu yang terhubung ke sebuah labirin. Mirip di dalam game Blizzard! Dinding-dinding labirin itu mengeluarkan bunyi mekanis ketika bergeser. Dalam hitungan inspektur itu, dinding labirin bergeser setiap empat belas detik.
    “Hah, Arnes pasti fans berat game itu sehingga merancang bungker menjadi sebuah labirin!” Ghost mengawasi sekeliling dan mendapati jejak ban van itu masuk ke dalam labirin.
    “Mungkin juga Arnes kehabisan ide sehingga mengadaptasi labirin di dalam game. Aku tak berharap sistemnya juga sama seperti game itu,” ujar Inspektur Anton sembari mengamati tas ransel yang berada di pundak Ghost. “Kau membawa amunisi?”
    “Ya, ada beberapa magazen dan granat. Tapi aku tak berharap menggunakannya,” ujar Ghost. “Ini berbeda dengan game. Jika Anda tewas, maka banyak yang akan menangisi kepergian Anda. Kalau aku tidak.”
    “Itulah resikonya. Sudah lama saya bersiap demi tugas. Toh, pada akhirnya semua akan menemui ajal.”
    Ghost geleng-geleng mendengar inspektur itu. “Anda tunggu di luar labirin. Saya yang akan masuk. Ia mengeluarkan senapan serbu dan beberapa magazen untuk inspektur polisi itu. “Berjaga-jaga jika anggota King Cobra keluar dari labirin ini.”
    “Saya menduga King Cobra tak akan keluar dari labirin itu. Lihat jejak ban ini? Jejak ban hanya berada di luar labirin. Itu bukti bahwa markas King Cobra bukan di
dalam labirin itu, tapi di sini. Mereka membuang mayat rekan mereka sendiri melalui lubang ventilasi yang ada di atas sana. Tingginya bisa dijangkau jika naik ke atas van itu. King Cobra hanya memiliki akses ke pintu di gazebo itu. Dan pintu-pintu lain yang memiliki hubungan dengan lorong menuju labirin ini." Inspektur Anton mendeduksi.
    “Ya, inspektur benar. Tapi Anda harus tetap berada di….”
    Bunyi tembakan dari tengah labirin menghentikan ucapan Ghost. Suara jeritan terdengar disusul suara-suara panik.
    “Kau membutuhkan aku Ghost!” Inspektur Anton bersikeras. Ia memeriksa senapan serbu yang diberikan Ghost dan memasang magazennya.
    “Baiklah. Tapi kita tak tau apa yang akan dihadapi di dalam bungker itu. Tak mungkin Arnes menciptakan bola besi seperti mesin perang di dalam game itu kan?”
    “Jika hanya bola besi malah akan lebih mudah karena jelas nampak. Bagaimana jika banyak perangkap di dalam bungker itu?” tanya Inspektur Anton mewanti-wanti.
    Ghost mengangguk. “Ya, kita juga tak tau apa yang ada di tengah-tengah labirin ini sehingga harus dilindungi mati-matian.”
    “Menurutku sama saja seperti di game Blizzard. Dinding-dinding labirin ini juga sebagai pendingin super komputer yang berada di tengah. Mungkin ada juga super komputer yang mengendalikan semua perangkat keamanan di Pulau Badai,” duga Inspektur Anton.
    “Ya, saya harap juga begitu. Jadi kita tak akan terkejut lagi,” ujar Ghost.
    Inspektur Anton memberi tanda untuk masuk ke pintu yang ditunjuknya. Di sana ada peta labirin berbentuk sebuah nama: ARNES yang harus dihafal beserta tanda-tanda yang tak dimengerti kecuali oleh pembuatnya dan yang berwenang mengetahuinya.
    Bisakah Ghost dan Inspektur Anton mengejar King Cobra sampai ke dalam bungker itu? Dan mengetahui rahasia yang tersimpan di balik labirin? Benarkah hanya sebuah super komputer atau ada rahasia lain yang tersimpan di dalam labirin itu?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience