Rate

FILE 77: The Long Distance Investigation

Mystery & Detective Series 649

Kedua orang tua Erin merupakan ilmuwan kimia.
Mereka tewas setelah gagal mengisolasi virus evatoxin yang dibawa ke Pulau Badai

    ESOK paginya, Reni kembali bercerita tentang betapa penasaran dirinya kepada Erin. Sembari bertugas membersihkan kelas yang nyaris terkena banjir kemarin. Sampah plastik masih ada yang terbawa sampai ke depan trotoar kelas.
    “Aku menjuluki Erin ulat bulu karena saking gregetnya ke cewek itu. Kau pasti pernah lihat gadis itu duduk sendirian di dalam kelas kan? Ya, ketika siswa yang lain gak betah di dalam kelas dan pergi ke kantin, atau lapangan basket. Eh, Erin malah masih betah di dalam kelas … Dan kau tau apa yang dilakukannya? Kalau gak nulis ya baca buku! Aneh banget kan? Di jaman ponsel tablet, game di google map eh dia malah baca buku!”

    Dila hanya mengangguk-angguk saja mendengar Reni bersemangat bercerita. Anak itu memang terkenal cerewet dan periang. Memiliki banyak teman dalam waktu singkat padahal merupakan siswa baru di sekolah internasional itu.
    Dila yang datang pagi-pagi hanya manggut-manggut mendengarkan cerita Reni. Kebetulan ia hendak membawa bekal untuk Ghost yang semalam menginap di dalam sekolah setelah letih bersih-bersih akibat selokan tersumbat. Ia harus sembunyi-sembunyi ketika menaruh bekal dalam kotak styrofoam yang dibungkus plastik kedap air di antara semak belukar di taman depan sekolah. Ghost yang sudah mengetahuinya, akan memeriksa tempat itu ketika membersihkan taman sebelum ditemukan oleh tukang kebun.
    “Jadi, setelah kau pindah ke sekolah ini, orang yang paling membuat penasaran itu Erin?” Dila mengedipkan mata. “Bukan malah cowok-cowok kece bule yang tinggal di sini?”
    “Eh, kau pikir aku lesbi apa … ya enggaklah. Kalau yang lain nampak normal-normal aja. Justru Erin yang nampak mencolok. Heran deh. Termasuk cowok bule keren yang jadi korban itu, entah kenapa cowok bule itu lebih memerhatikan Erin daripada aku.”
    “Andrey?” tany Dila.
    “Ya, Andrey. Dia sering meledek Erin, ngambil buku hariannya, ngumpetin di lemari, dan corat-coret bangkunya pake kata-kata kotor..”
    “Aku dengar Andrey meninggal mendadak karena….”
    “Sesak napas…,” potong Reni. “Aneh kan? Padahal loh Andrey jago renang dan gak punya penyakit asma atau semacamnya.” Reni terus berbicara tanpa memedulikan bahwa lantai ruang kelas sudah bersih. Ia masih memegang sapu di tangannya. Walau ada robot pembersih, namun siswa masih diberi tugas piket kebersihan di kelas masing-masing demi melatih disiplin. Apalagi selama bersih-bersih, Reni bisa bercerita hingga lupa sedang mengerjakan piket kelas. Ia tak akan serajin itu jika tak ada temannya.
    “Jika memang benar hantu Erin yang melakukan pembunuhan itu. Seharusnya sekitar sebulan lalu ketika kau menceritakan tentang kecelakaan itu. Anehnya, kenapa pembalasan oleh hantu Erin itu dilakukan sekarang? Sebulan kemudian?”
    “Entahlah … kau tau kan dalam empat puluh hari ruh orang yang meninggal akan kembali datang ke bumi?” tanya Reni dengan suara dibuat-buat seolah hendak menakut-nakuti.
    Dila mengerutkan dahinya. Benarkah kematian misterius itu disebabkan oleh hantu Erin? Ia hanya bisa bertanya-tanya dalam batin. Sementara para siswa mulai
berdatangan ke dalam sekolah itu. Ketika bunyi sirine tanda dimulainya jam pelajaran pertama, Dila pamit undur diri kembali ke kelasnya. Namun, ketika ia sudah berada di ambang pintu, Reni bertanya.
    “Terus kenapa kamu tertarik kepada Erin?” tanya Reni. “Gak takut?”
    “Aku mau mengenalnya lebih jauh … jadi kalau ketemu hantunya setidaknya bisa mengobrol dulu.” Lantas Dila terkekeh.
    “Ya, semoga kau bertemu dengan hantu Erin,” ujar Reni tiba-tiba wajahnya jadi ketus.
    Namun, Dila tak sempat melihat perubahan raut wajah Reni. Ia berbalik sembari melambaikan tangan.
***
    Ghost mengambil bekal dalam kotak styrofoam yang ditemukannya di balik semak belukar. Setiap pagi ia sudah hafal bahwa Dila membawakan makanan untuknya. Meski ia pernah bilang bahwa gadis itu tak perlu repot membuatkan makanan bekal. Selain bukan anak-anak lagi, ia masih bisa membeli makanan di kantin. Namun, Dila merasa kasihan melihat pria seorang diri itu.
    Setelah menghabiskan bekal di dalam gudang, Ghost kembali melakukan tugasnya. Pria itu memeriksa perlengkapan kebersihan di lemari perkakas. Kemudian keluar dari gudang. Ia menyematkan pena pistol di sakunya untuk berjaga-jaga. Setelah keluar dari gudang, ia nampak membawa perkakas kebersihan. Langkahnya nampak sigap dan tubuhnya yang tak terlalu tinggi mampu bergerak gesit. Ia sudah terbiasa melakukan tugas penyamaran, bahkan yang lebih berat dari itu.
    Walau tubuhnya tak terlalu tinggi. Namun, Ghost mampu menjangkau tempat sulit untuk dibersihkan. Ia berhati-hati naik melewati tangga ke tiap lantai di gedung sekolah itu. Ia berusaha menyeimbangkan diri dengan peralatan kebersihan yang dibawanya. Lift hanya untuk siswa dan guru. Sedangkan lift barang memang disediakan untuk petugas kebersihan, namun ia lebih suka memilih tangga karena sekaligus berolah raga. Selain itu juga di dalam lift dapat mengurangi geraknya.
    Mendung kembali menutupi langit. Angin yang berhembus mulai menghantarkan butiran air hujan walau masih berupa gerimis. Bukan badai atau banjir yang dicemaskan oleh pria itu.
    Ghost tak berharap mengalami mimpi buruk seperti kemarin. Mimpi buruk yang nampak nyata. Lebih baik ia menghadapi tentara yang jelas bersenjata di depannya daripada makhluk tak kasat mata.
    Kedua kakinya naik dengan sigap di tangga menuju ke tiap lantai. Tangga yang menghubungkan tiap lantai di gedung sekolah bertingkat itu. Walau membawa perkakas kebersihan, ia masih dapat bergerak leluasa. Ia lebih memilih bekerja keras banting tulang dan merasakan rasa lelah setelahnya hingga dapat tidur lelap. Daripada dihantui mimpi buruk dan pikiran yang membuatnya tak dapat tidur. Walau sepenting apapun tugas yang dijalaninya, tidur adalah hal yang lebih penting untuk menjaga konsentrasi. Ia dilatih untuk tidur efektif selama tiga jam, daripada delapan jam. Ia sudah dilatih agar terbiasa tidur selama satu jam di waktu siang dan tidur lima jam di waktu malam.
    Dari pengalaman ia mengetahui bahwa tidur efektif selama tiga jam lebih sehat daripada tidur selama delapan jam tapi diisi dengan hal-hal lain yang mengganggu tidur. Ia menghindari membaca sambil tidur-tiduran karena akan merusak mata. Jika ingin membaca ia duduk dan ketika sudah letih segera tidur tanpa membawa buku lagi.
    Setelah tugasnya selesai mengepel lantai dan membersihkan kaca jendela. Ghost beristirahat selama satu jam di gudang. Setelah itu ia membuka laptopnya demi kembali mengungkap kasus itu. Ia mengetik catatan yang berisi data-data penting namun masih acak tentang kasus itu. Ia memeriksa foto-foto yang dipindah dari ponselnya. Foto-foto TKP yang diambil dari kamera ponselnya cukup tajam dan bagus. Ia memilih ponsel berukuran kecil dengan kualitas kamera yang berkualitas. Selain dapat lebih mudah dibawa-bawa, ia tak perlu menggunakan perlengkapan spionasenya. Karena ponsel itu sudah mewakili alat perekam dan kamera. Kecuali perekam berbentuk pensil mekanik yang diberikannya kepada Dila selama mengorek informasi dari Reni.
    Ghost juga telah memeriksa rambut palsu yang ditemukannya di dalam selokan. Dari tumpukan lumpur di rambut itu cocok dengan lumpur di taman depan sekolah. Jadi ia menduga awalnya rambut palsu itu dibuang di taman itu sebelum hanyut ke selokan. Karena sebagian rambut palsu itu telah patah dan kusut berarti sudah lama rambut palsu itu dibuang ke taman. Ia menduga sekitar sebulan.
    Ia berencana mengirim catatan penemuan fakta dan barang bukti di lapangan itu kepada Inspektur Anton. Namun, ia tak ingin menggangu persiapan acara pernikahan inspektu itu.
    Seakan seperti telepati. Bunyi ponsel membuat Ghost terheran-heran melihat nama Inspektur Anton di layar. Tepat ketika ia menimbang-nimbang akan mengirim catatan itu via email ke inspektur polisi itu. Ponselnya jarang berbunyi, jadi ia tahu jika dari inspektur itu.
    Ghost bergegas meraih ponsel dan mengangkat sambungan itu.
    “Ya, halo inspektur…,” ujar Ghost.
    “Gimana perkembangan kasusnya?” tanya Inspektur Anton.
    “Kebetulan banget aku lagi hendak mengirim datanya lewat surel. Foto-foto TKP dan barang bukti lainnya. Emang di sana lagi gak sibuk inspektur?” Ghost balik bertanya.
    “Justru itu aku lagi ada di salon rias pengantin setelah dari butik … duh, bosen juga nungguin Selfi ngepas baju pengantin dari pagi … rencananya pakai corak batiklah … aku kira gak akan serepot ini.” Bunyi helaan napas inspektur itu terdengar dari sambungan ponsel.
    “Oh, hehe, gitu inspektur … ya kalau gitu aku kirim aja datanya, daripada diomongin di ponsel ntar ketahuan Selfi.” Ghost senyam-senyum sendiri.
    “Ah, Selfi nggak bakal marah kok … yah, daripada ketangkep basah selingkuh kan lebih baik ketahuan mengungkap kasus.” Terdengar tawa pendek inspektur itu.
    “Oke inspektur bentar lagi aku kirim foto-foto TKP dan lain-lain.”
    “Emang apa yang kau temukan?”
    “Masih proses inspektur … Dila, adik Faril sedang mengorek informasi dari Reni yang mengetahui tentang buku harian Erin … buku harian itu juga masih tak diketahui rimbanya. Terus kemarin sekolah kebanjiran karena selokan tertutup rambut palsu. Dari kondisi rambut palsu itu sudah lama dibuang. Apalagi lumpur di rambut palsu itu cocok dengan jenis tanah yang ada di taman depan sekolah ini.”
    “Kau sudah melihat sosok Erin gimana?” tanya Inspektur Anton.
    “Polisi yang kutemui di kabin bus berkata bahwa Erin berkacamata, kurus, dan tak mungkin bisa menjadi penyebab kasus misterius ini.”
    “Kau udah lihat foto Erin belum?” tanya Inspektur Anton.
    “Belum inspektur … aku bisa diam-diam cari di buku siswa. Mungki Dila bisa menunjukkannya….”
    “Erin berambut panjang … apakah rambut palsu itu juga panjang?”
    “Dari mana inspektur mengetahuinya?”
    “Aku coba cari beritanya di internet tentang kasus kecelakaan di laboratorium yang menewaskan kedua orang tua Erin. Di sana ada foto Erin dan kedua orang tuanya. Erin berambut panjang. Jika ada siswa iseng yang berpura-pura menjadi Erin untuk bermain-main atau memulai kasus hantu-hantuan ini … kau harus mencari informasi lain lagi untuk melengkapi mata rantai yang hilang dari kasus misterius ini. Apalagi aku gak berada di sana, jadi hanya bisa mereka-reka. ”
    “Wah, ternyata diam-diam inspektur juga menyelidiki berita itu? Tapi, sejak Erin mengalami kecelakaan truk, tak ada lagi yang melihat sosoknya.”
    “Oh, begitu. Dan aku agak terkejut.”
    “Terkejut kenapa inspektur?”
    “Kedua orang tua Erin merupakan ilmuwan kimia. Mereka tewas setelah gagal mengisolasi virus evatoxin yang dibawa ke Pulau Badai”
    “Orang tua Erin terlibat evatoxin? Ikut menelitinya?” tanya Ghost makin penasaran.
    “Nampaknya begitu. Dan satu petugas kebersihan bukan mengundurkan diri dari sekolah itu karena sakit….”
    Tengkuk Ghost mulai meremang. Ia yang berada di sekolah itu tak banyak mengetahui apapun tentang kasus sebelum itu. Ia terlalu fokus dengan kasus yang berada di depannya, tanpa berusaha melihat kasus sebelumnya. Malah Inspektur Anton yang berada jauh yang mampu memberikan informasi berharga padanya.
    “Dari mana inspektur mengetahuinya?” tanya Ghost.
    “Kali ini bukan berita dari internet … tapi rekan saya memberi informasi tentang para korban yang tewas akibat terkena evatoxin di pulau itu. Ada nama yang cocok dengan seorang petugas kebersihan di sana. Jadi, Ghost, kau bisa mengisi lowongan itu karena petugas kebersihan sebelumnya telah tewas.”
    Ghost tercenung beberapa lama. Berbagai pertanyaan berkelebat dalam kepalanya.
    Apa yang terjadi dengan petugas kebersihan sebelumnya? Kenapa bisa tewas? Kenapa evatoxin bisa berada di sekolah internasional itu? Apa yang dilakukan petugas kebersihan itu kepada Erin?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience