Saat ini, dia sedang menghadap kepada Tuhan-Nya di sepertiga malam meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia pecahkan. Ran pasti sangat bingung jalan mana yang harus di ambilnya. Di satu sisi ada seorang lelaki yang sangat memahaminya, di sisi lain ada lelaki yang ingin memperbaiki hubungannya dengan serius.
"Ada apa? tidak bisa tidur?" tanya Andin, mama Ran. Saat tiba di Bandung, rumah ibunya. Ia hanya diam memikirkan sesuatu.
"Vina sudah menceritakan semuanya pada mama" mendengar ucapan Andin, Ran makin merasa sulit memutuskan semuanya.
"Terima saja lamaran dari Doojoon. Dia anak yang baik dan lembut" pinta ibunya.
"Mama tahu dari mana nama kak Doojoon?"
"Kamu tidak perlu tahu dari mana mama mendapatkan informasi" jawabnya
"Tapi aku tidak mencintainya mah, aku tidak ingin melukai perasaannya terhadapku" jawab Ran
"Justru dia makin sakit hati kalau kamu selalu menggantung perasaannya. Cinta akan datang dengan sendirinya sayang" jawab Andin menyandarkan Ran dalam pelukannya.
"Tapi Rangga bilang, dia akan berubah demi aku jika kembali bersamanya" ucap Ran masih memiliki perasaan pada Rangga hingga ia meminta saran ibunya.
"Mengubah sifat seseorang itu bisa dibilang mustahil Ran, meskipun dia berubah tapi tidak secara keseluruhan. Ran... yang paling tahu perasaanmu itu kamu, mama tahu kamu menemukan jawabannya. Hidup bersama artinya kita harus menerima kekurangan pasangan kita, bagaimana jikalau Rangga masih melakukan hal yang sama seperti dulu. Mama tahu kamu masih menyimpan perasaan mu pada dia. Kita hidup bersama pasangan untuk bahagia bukan terluka" tambah Andin tidak ingin melihat anaknya gagal untuk yang kedua kalinya.
"Ran, ini permintaan terakhir mama. Terima dia sebagai pendamping hidupmu. Dia yang selalu berada di sisimu selama ini. Dia tulus mencintaimu" harap ibunya pada Doojoon.
"Tapi semua keputusan ada di tanganmu. Mama berharap yang terbaik demi kebahagiaan mu" pesan Andin memeluk anaknya.
"Apa aku bisa mencintainya?" gumamnya dalam hati.
Suasana hening di ruang tamu rumah Ran, saat ini Doojoon datang bersama dengan Ririn dan suaminya menunggu sebuah jawaban atas penantiannya selama ini. Muti memerhatikan dari kejauhan para manusia berkulit putih dengan penampilan yang sangat berwibawa dan berkelas. "Barusan lagi gue lihat oppa-oppa Korea ke rumah gue. Bening amat ya Allah, ganteng lagi. Aku pikir dia cuma temenan sama kak Ran ternyata..." ucap Muti sangat penasaran.
"Sebelum saya memutuskan pilihan ini. Ada yang ingin saya tanyakan pada tante dan om" pinta Ran sopan tapi gugup.
"Tanyakan saja Ran" suruh Ririn lembut.
"Apa om dan tante sudah tahu masa lalu Ran yang kelam?" tanyanya.
"Kami menerima kamu apa adanya Ran. Suatu keajaiban Doojoon bisa menyukai seseorang sepertimu. Tidak perlu merendahkan dirimu seperti itu, kebahagiaan Doojoon adalah yang terpenting bagi kami" jawab lelaki tua bernama Han Tae Joon yang biasa di panggil papa Han.
"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan?" tanya Ririn lembut.
"Doojoon, apa kamu bisa membahagiakannya?" tanya Hendra menambahkan.
"Aku akan membahagiakannya lebih dari kamu menjaganya" jawab Doojoon yang seumuran dengan kakak Ran.
"Apapun yang terjadi di masa depan, aku tidak akan membiarkan nya sendiri selama masih ada aku" janji Doojoon.
"Apa masih ada lagi?"
"Sudah cukup tante" jawabnya.
"Jadi apa keputusan mu?"
Ran tersenyum menatap Doojoon "Bismillahirrahmanirrahim. Aku... menerima lamaran ini" singkatnya. Doojoon seperti mau berteriak saking bahagianya. Senyuman pepsodent yang dimiliki oleh Doojoon sudah membuatnya tersipu malu. "Semoga ini adalah jalan terbaik untukku ya Allah" gumam Ran dalam hatinya.
"Bagaimana dengan hari pernikahannya?" tanya Han tidak ingin membuang waktu.
"Kami masih belum memikirkan sampai sejauh itu" jawab Hendra.
"Bagaimana kalau minggu depan?" Saran Ririn.
"Bukankah itu terlalu cepat, kami belum menyiapkan semuanya" pikir Andin
"Tenang saja. Saat Doojoon memberitahu kami kalau dia akan melamar Ran, kami sudah booking tempat dan semua persiapan pernikahan. Semuanya sudah kami sediakan hanya tinggal gaun pernikahan untuk mereka. Saya rasa satu minggu cukup untuk membuat baju pernikahan" ternyata orang tua Doojoon sudah menyiapkan semuanya.
"Kenapa kita terlalu terburu-buru? Seharusnya kami yang menyiapkan semuanya" ucap Andin merasa terbebani.
"Aku sudah tidak sabar menerima menantu seperti Ran di rumah kami dan terutama..." jawab Ririn melihat ke arah Doojoon yang sudah salah tingkah. Pecah tawa dari mereka melihat Doojoon tersipu malu.
***
Kabar itu tersebar ke teman-teman Ran, tentu saja ucapan selamat dari orang-orang yang mendukung hubungan mereka terlebih lagi Vina yang sangat bahagia.
"Selamat Ran!!!" ucap Sinta yang sudah tinggal menetap di Bandung dengan suaminya.
"Terimakasih" jawabnya melalui video call.
Brak!!
Sebuah pintu terbuka lebar ditendang oleh seorang yang terdengar jelas dari kamar Ran.
"Sinta, nanti aku hubungi lagi ya. Bye" pamit Ran langsung menuju ke lantai bawah rumahnya.
"Rangga!" Seru Ran
"Batalin pernikahan kamu sama dia! Kamu cuma bisa hidup sama aku Ran!" Teriak Rangga. Penampilan yang sangat lusuh dan tidak terurus tentu saja membuat Ran iba.
Ia melihat wajah pucat Rangga yang sangat lelah dan stres"Sudah berapa lama kamu tidak tidur?" tanya Ran lembut.
"Kamu jahat Ran, kamu jahat..." rintih Rangga dengan tangisan nya.
"Aku akan menelfon Haikal menjemputmu" ucap Ran mencari nomor Haikal.
"Aku pastikan kamu akan menyesal jika menelponnya" ancam Rangga tidak waras. Akhirnya ia membatalkan panggilannya
"Rangga, aku sudah bukan milikmu lagi. Aku milik orang lain" ucap Ran mendekati Rangga, mencoba untuk menenangkannya.
"Aku kan sudah pernah bilang kalau aku akan mati kalau kamu meninggalkan aku. Sepertinya... akan terwujud" ingat Rangga di masa lalu.
"Jangan berkata seperti itu Rangga, hanya Allah yang bisa memutuskan kematian manusia. Bukan kamu" kata Ran merasa terluka.
"Ran... kembalilah... kembali padaku. Aku Ranggamu" bujuk Rangga mendekatkan dirinya pada Ran tapi ia menjaga jarak
"Rangga... jangan menyiksa dirimu seperti ini. Hatiku sakit, aku tidak sanggup melihat mu terluka" kata Ran mengeluarkan isi hatinya
"Kamu masih mencintaiku kan?" tanya Rangga memastikan.
"Aku selalu menjaga hatiku untukmu. Tapi aku lebih memilih jantung hatiku" jawab Ran "jantung hatiku adalah mama, Rangga. Kamu tidak bisa mengalahkan nya" gumam Ran.
"Berhenti membuatnya bingung Rangga" Doojoon datang menghampiri mereka.
"Kakak... sejak kapan di sini?" tanya Ran. Ia tidak ingin percakapan diantara mereka di dengar oleh Doojoon dan membuatnya sakit hati.
"Baru saja" jawabnya.
"Brengsek lo!" Umpat Rangga menghampiri Doojoon. Dia sangat ingin memukulinya dengan sebuah kepalan tangan yang akan mendarat di wajah Doojoon. Sudah pasti Rangga tidak bisa karena keadaannya seperti orang sakit.
"Rangga... melakukan ini hanya akan menyakiti dirimu. Pentingkan keadaanmu dulu. Kamu sangat kacau" tahan Doojoon memapah Rangga yang tidak berdaya.
"Plisss, balikin Ran ke gue"
"RANGGA!" Panggil ayahnya bersama dengan Rachel yang sudah bercucuran air mata.
"Rangga... kita pulang nak. Kamu sudah tidak berhak atas dirinya" ucap Rachel menyadarkan anaknya.
"Sudah cukup Rangga! Kamu sudah hilang akal! Jangan seperti ini!" Bentak Aditya sangat terpukul melihat anaknya sangat terluka.
Ran yang menyaksikan merasakan getaran hebat di tubuhnya, sebenarnya ada apa dengan Rangga? Apa semua ini karena dirinya?
Rangga terdiam mendengar teriakkan dari Aditya. Melihat keadaan Ran yang terpukul melihatnya, Rangga juga merasa tersiksa. Begitu banyak yang ingin dia katakan tapi tubuhnya sangat lemah, merasakan sakit yang tak tertahankan menusuk di kepalanya. Dia harus pergi sebelum Ran makin cemas akan dirinya. Rangga pergi dipapah oleh kedua orangtuanya dengan cepat menuju ke mobil. Rangga langsung tak sadarkan diri di dalam mobil tanpa sepengetahuan Doojoon dan Ran yang berada di dalam rumah.
"Apa yang terjadi pada Rangga? Kenapa dia terlihat sangat pucat?" tanya Ran pada Doojoon.
"Dia sakit"
"Sakit!?" Ran terkejut.
"Dia..."
"Kalau aku memberitahukan penyakit Rangga padamu, pasti kamu akan membatalkan pernikahan ini demi dia. Aku juga ingin mempertahankan egoku untuk kali ini" gumam Doojoon dalam hatinya.
"Dia pasti akan baik-baik saja, kamu harus tenang" ucap Doojoon lembut.
"Maafkan aku kak. Aku tidak bisa menyembunyikan air mataku untuk dia. Aku..."
"Aku mengerti Ran" potong Doojoon dengan suara lembutnya.
***
"Sayang"
"Kenapa sayang"
"Aku boleh pinjam duit kamu gak?"
"Lagi!, Bukannya minggu lalu aku kasih duit ke kamu" pikir Vina. Saat ini dia sedang kencan dengan Iqbal di sebuah cafe.
"Duit aku gak cukup buat bayarin uang semester, belum lagi aku harus melunasi pembayaran ujian meja skripsi ku" kata Iqbal meyakinkan.
"Kamu butuh berapa?"
"Nanti aku balikin duit kamu, aku janji."
"Iya, berapa yang harus aku kasih" tanya Vina percaya.
"10 juta"
"What! 10 juta!?"
"Sayang, semua temen-temen aku udah lunasin pembayaran mereka. Hanya aku yang belum bayar" Iqbal mulai mengeluarkan jurus crocodile nya, yaitu memperlakukan Vina dengan lembut.
"Yaudah, besok aku kirimin" singkat Vina.
"Makasih sayang. Cup" kata Iqbal mengecup kening Vina dengan cool.
Ddrrrtt..
"Halo! Kenapa!" ketus Vina menerima panggilan dari Reza.
"Lo di mana?"
"Di hotel sama Iqbal"
"Berani!?" Ancam Reza dingin.
"Di cafe. Ngapain nelfon?" sebal Vina selalu saja bertepatan saat mereka sedang bermesraan.
"Temenin gue nge GYM, malas sendiri gak ada teman ngobrol di sana" ajak Reza santai.
"Partner lo mana? Ajak dia aja, gue sibuk!" Keluh Vina kesal.
"Dia sibuk ngurusin pernikahan, yuk Vin. Ajak pacar lo juga" pesan Reza.
"Bentar, gue tanyain dulu" tahan Vina. "Sayang, kita nge GYM yuk. Gratis punya temen aku, semua alat di sana lengkap" ajak Vina.
"Boleh tuh, mumpung gratis. Sekalian nambah otot aku" ucap Iqbal setuju.
Mereka pergi ke tempat GYM milik Reza yang ramai dengan para lelaki roti sobek. Membandingkan tubuh-tubuh lelaki yang paling menonjol tubuh kekarnya hingga dia berhenti pada satu titik, yaitu Reza yang sedang mengangkat Barbel untuk melatih otot lengannya yang segar sekali di pandang mata.
"Seandainya tubuh kekar itu punya Iqbal, gue gak berharap apa-apa lagi" gumam Vina takjub melihat tubuh Reza yang sudah berkeringat. Butiran air itu mulai mengaliri setiap tubuh nya yang kepanasan.
Drrtt
"Halo"
Vina melihat Iqbal menjauh ketika menerima panggilan dari seseorang.
"Ohh, iya. Saya ke sana sekarang" ucap Iqbal kembali menghampiri Vina.
"Siapa Sayang?"
"Dosen aku nelfon. Sayang, kayaknya malam ini aku gak bisa temenin kamu" ucap Iqbal menunjukkan wajah sedihnya.
"Buruan pergi, pasti skripsi kamu ada masalah. Aku gak apa-apa kok" ujar Vina mengerti.
"Makasih sayang. Aku pergi dulu" pamit Iqbal mengecup tangan Vina.
"Dasar crocodile" caci Reza melihat kejadian yang menyakitkan matanya.
"Jomblo~" panggil Vina dari kejauhan pada Reza. Gilanya datang lagi.
"Ke mana tulang rusuk lo?" tanya Reza ketus.
"Sibuk ngurusin skripsi dia. Dosennya panggil" jawabnya.
"Malam-malam begini urusin skripsi? Deket amat dia sama dosennya" kata Reza melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10:00 malam.
"Gak usah manas-manasin hubungan gue sama dia! Iqbal itu cinta sama gue! Paham?" ketus Vina hanya asik olahraga dengan mulut aktifnya membalas Reza.
"Kalau dia selingkuh gimana?"
"Gue ilangin aset berharga dia" jawab Vina melihat ke bawah perut Reza. Mata Reza mengikuti arah pandang Vina.
"Wihh, untung banget lo lihat-lihat aset berharga gue" tahan Reza menutupi miliknya.
"Ihhh, siapa juga yang untung! Gak minat dan gak tertarik kalau sama lo" oceh Vina
"Boleh di coba kok, siapa tau minat" canda Reza mendekati Vina. Melihat sampai mana reaksi Vina kalau lelaki mendekatinya.
"Amit-amit" kata Vina berlari meninggalkan Reza.
Share this novel