Episode 14

Romance Series 19934

"jadi ini rumah kita?" tanya Ran menyembunyikan senyuman nya. Ternyata tempat mereka tinggal adalah rumah pemberian khusus untuk Ran. Rumah yang Rangga berikan untuk Ran. Rumah yang sudah Ran tinggali beberapa Minggu yang lalu.

"Aku tahu kamu pasti suka" ucap Doojoon mengajak masuk Ran ke sebuah ruangan yang tidak pernah Ran kunjungi. Sebuah ruangan yang nampak seperti gudang dari luar.

Tak

Pintu terbuka lebar, pandangan pertama kali yang Ran dapatkan adalah sebuah foto yang tertempel rapih di seluruh dinding juga semua benda-benda yang Ran miliki dulu saat dia masih bersama Rangga.

Tanpa sadar Ran masuk dan melihat semuanya, entah perasaan sedih atau senang yang dia dapatkan di ruangan itu. Foto saat Ran SMA juga semua momen berharga yang dia dapatkan dulu terekam dalam sebuah album foto yang indah.

"Kamu suka?" tanya Doojoon memerhatikan Ran yang terpana akan dekorasi maupun hiasan lampu yang berkelap-kelip sangat sempurna.

"Silakan duduk" pinta Doojoon menarik kursi yang terdapat sebuah laptop di atas meja. Sepucuk surat berwarna putih berada di atas laptop yang masih tertutup rapat.

Ran melihat Doojoon, "bukalah. Surat itu untukmu" pinta Doojoon hanya menyaksikan Ran membuka surat dengan hati-hati.

"Hai my sweetheart...
Kalau kamu sudah membaca surat ini, pasti aku sudah tidak bersamamu. Jangan menangis, kamu sudah berjanji untuk tidak menangis dan memikirkan ku. Jangan bilang kamu mengingkari janji? Ran ku memang selalu mengingkari janjinya. Ran... sering-seringlah mengunjungi mama dan papa. Mereka pasti sangat kesepian saat aku tidak ada. Kamu juga anak mereka, kamu berhak atas mereka. Jaga mereka, jaga orang tua kita"

Ran tersenyum tapi meneteskan air matanya.

"Aku terluka kalau kamu selalu menangis karena aku. Jadi jangan nangis my love"

Ran menahan air matanya, secepat mungkin ia menyeka air mata yang akan mengalir di pipinya.

"Anggap saja kenangan kita ini seperti mimpi. Yang akan membuatmu terbangun dari mimpi itu dan menjalani kehidupan nyata. Mudah kan? Aku tahu kamu adalah Ran ku yang hebat dan kuat menghadapi semuanya dengan senyuman hangat mu"

Ran tersenyum. Rangga selalu saja membuat perasaannya tak karuan.

"Foto-foto itu adalah kenangan yang hanya aku memilikinya. Setiap kali aku rindu, aku akan melihat Ranku yang sangat cantik saat tersenyum, menggemaskan saat marah dan kalau menangis mirip seperti badut. Hehehe, kamu selalu membuatku berdebar Ran. Terimakasih sudah masuk ke dalam mimpi ku yang sesaat tapi sangat memuaskan"

Lembaran demi lembaran terbaca dengan penuh cinta.

"Aku membangun rumah ini adalah keinginanmu saat kita bersama dulu. Aku sudah mengkhayalkan masa depan kita di rumah ini, saat kita bermain di taman dengan anak-anak kita, memanen buah di halaman belakang dan memainkan ayunan yang hanya ada kita, tapi sepertinya hanya mimpi juga. Cintai seseorang yang saat ini selalu berada di sampingmu. Dia sangat mencintaimu Ran. Kamu pasti akan sangat bahagia bersamanya. Sudah saatnya kamu melihat ke depan bukan menghadapi masa lalu yang sudah pergi melupakanmu. Kalau seandainya aku dilahirkan kembali, aku akan mencari kamu dan kita akan bersama lagi. I do love you my sweetheart"

"I love you so much" jawab Ran dalam surat terakhir Rangga untuknya. Kini tidak ada lagi Ran yang tersiksa karena kehilangan tapi Ran yang selalu menyimpan dengan rapi semua kenangan indah masa lalunya.

Ran sangat amat berterimakasih pada lelaki yang berada di sampingnya, yang selalu tersenyum meskipun membuatnya terluka. Ia menatap lelaki yang sedang menggenggam tangannya untuk sebuah dukungan yang tidak akan pernah putus.

"Terimakasih... terimakasih... terimakasih" ucap Ran tersenyum bahagia mendapatkan seorang lelaki yang sangat sabar menemaninya.

"Aku tidak bisa menerima ucapan terimakasih dari istriku. Cukup tersenyum dan selalu memelukku, itulah yang aku harapkan" tolak Doojoon menyeka air mata Ran yang mengalir lembut di pipinya.

Ran memberikan senyuman terbaiknya. Doojoon memeluknya hangat. Kini Ran yang dulu sudah kembali.

"Oppa!" Teriak Jennie masuk membawa koper milik Doojoon.

"Wahh, rumahnya cantik sekali! Aku suka!. Eonni... Jennie boleh tinggal di sini?" Ia mulai menunjukkan tingkah imutnya di depan Ran.

"Tidak boleh!" Tolak Doojoon memberikan kode mata "jangan jadi pengganggu" bisik Doojoon menyiku lengan Jennie menyuruhnya pergi.

"Ekhem... oppa. Ada tas keluaran baru" keluh Jennie meminta kode.

"Datang ke kantor besok" singkat Doojoon. Ran hanya tersenyum melihat Doojoon sangat menyayangi adiknya.

"Aku pulang eonni" pamit Jennie pergi.

"Eh, gak makan bareng dulu?" tanya Ran.

"Nanti aja" jawabnya melambaikan tangan.

"Sini koper kamu, biar aku yang beresin di lemari" pintu Ran pada Doojoon.

"Barengan yuk" ajak Doojoon menangkap tangan Ran dan pergi bersama.

***

Pagi hari saat Ran dan Doojoon berangkat menuju ke tempat kerja mereka masing-masing. Realita kehidupan baru bagi keduanya.

"Kamu naik mobil aku aja kalau ke kampus" pesan Doojoon memilih jas di dalam lemari, sedangkan Ran sedang merapikan tempat tidur juga membantu suaminya.

"Terus kamu naik apa ke kantor?" tanya Ran mengambilkan dasi untuk Doojoon di depannya.

"Aku naik motor atau dijemput sama Reza" pikir Doojoon.

"Biar aku naik taksi, mobil tetap kamu bawa" tolak Ran lembut. Membawa mobil sedan yang mewah justru membuat Ran makin tidak nyaman dilihat orang.

"aku suruh supir buat antar jemput kamu pakai mobil aku?" pikir Doojoon menghawatirkan keselamatan Ran.

"Kamu yang lebih butuh dari aku, kasihan supir kamu bolak balik jemput kita" ujar Ran membantunya memasang dasi. Doojoon menundukkan tubuhnya agar Ran tidak kesusahan menyesuaikan tingginya.

"Atau aku beliin kamu mobil baru?" ucap Doojoon mendekatkan wajahnya pada Ran.

"Jangan! cuma borosin duit sama garasi rumah. Udah cukup ada motor kamu sama mobil sedan pake berangkat kerja" tolak Ran tegas.

"Mas... apapun yang terjadi di masa depan, tolong katakan semuanya. Jangan pernah menutupi masalah yang ada aku terlibat di dalamnya" pesan Ran serius menatap Doojoon.

"Aku akan mengatakan semuanya, apapun itu" jawab Doojoon.

"Aku berangkat. Kabari aku kalau perlu sesuatu" pamit Doojoon masuk ke dalam mobil. Tak lupa Ran mengecup punggung tangan Doojoon

"Hati-hati" pesan Ran melambaikan tangannya. Ia kembali masuk dan melakukan pekerjaan rumah sebelum berangkat ke kampus. Menyapu, mengepel, mencuci, dan menjemur pakaian, semua dilakukan oleh Ran. Untuk saat ini, Ran tidak ingin mencari pembantu untuk pekerjaan rumah karena dia ingin menjadi seorang istri yang bisa mengurus semuanya.

"Selamat pagi pak" sapa para karyawan kantor yang melintas didepan Doojoon. Senyuman menawan yang diberikan oleh Doojoon sudah membuat mereka berdebar, apalagi sekertaris Doojoon yang selalu memakai kaca mata sungguh pemandangan indah dari keduanya. Tidak ada yang bisa mengalahkan ketampanan antara Doojoon dan Reza di kantor itu.

"Gimana pendekatannya?" tanya Reza saat mereka memasuki lift.

Doojoon tersenyum "dia masih sulit menerimaku" jawab Doojoon.

"Dia pasti tersiksa memikirkan masa lalunya. Aku berharap kalian berdua akan hidup bahagia" harap Reza menyentuh pundak Doojoon.

"Terimakasih"

"Bisa temenin gue?" tanya Reza berharap

"Ke mana?"

"Lamar Vina malam ini!" Singkat Reza. Mata Doojoon terbuka lebar melihat Reza. Sejak kapan keduanya menjalin hubungan?

"Kamu..."

"Nanti gue jelasin. Tapi kamu mau kan temenin aku?"

"Iya, aku izin ke Ran dulu. Gimana kalau kita ajak Ran juga?" saran Doojoon

"Jangan dulu. Aku cuma mau kita berdua yang pergi" pinta Reza.

Saat ini, dua orang lelaki sedang berdiri di depan rumah Vina yang sangat sunyi. Mata mereka saling bertatapan menunggu kode mengetok pintu rumah Vina. Kegugupan bagi keduanya sangat terlihat. Sepanjang perjalanan Reza menjelaskan yang terjadi diantara keduanya hingga membuat Doojoon menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Kamu tahu kan mama Vina seperti apa?" tanya Doojoon gugup

"Tahu... maka nya gue ajak lo ke sini biar ada yang belain gue kalau di gebukin sama mamanya" jawab Reza lebih gugup.

"Adiknya gimana?"

"..."

Tok tok tok, Ting Tong...

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam. Reza! Doojoon! Kenapa baru datang ke sini. Tante nungguin loh" ucap Inggit, mama Vina.

"Vina ada tante?" tanya Reza sudah berpakaian rapi bersama dengan Doojoon sehabis pulang kantor. Melihat keduanya sangat gugup membuat Inggit penasaran pada keadaan Reza sudah berkeringat dingin.

"Ada di kamar, kamu masuk ke kamarnya saja. Dia ada main PS seharian" jawab Inggit sudah sangat kenal dengan sahabat karib Vina.

"Nanti saja tante, ada yang ingin saya bicarakan secara serius dengan tante" pinta Reza sudah membulatkan tekadnya.

"Kalau begitu, kita bicara di dalam saja" kata Inggit ramah.

Rumah yang hanya ditinggali oleh seorang single parents bersama dengan adik Vina yang sedang berada di bangku SMA. Vina adalah tulang punggung bagi keduanya saat ini, rumah sederhana sangat bersih dan rapi.

"Mau ngomong apa?" tanya Inggit penasaran.

"Jadi gini tante, saya sebagai wali dari Reza ingin membicarakan maksud dan tujuan kami datang ke sini adalah untuk melamar Vina" jelas Doojoon singkat dan padat.

Mama Vina tertawa, bagaimana bisa dua orang yang selalu bertengkar bisa menjalin hubungan yang sangat serius.

"Ini beneran?" tanya Inggit masih tidak percaya.

"Benar tante, saat ini saya sangat ingin menjalin hubungan serius dengan Vina. Orang tua saya juga sudah mengizinkan mengenai keinginan saya, karena mereka sedang berada di luar negeri, jadi sepupu saya yang akan mewakili pelamaran ini" jelas Reza.

Ternyata dua orang lelaki yang berada di depannya ini sangat serius hingga Inggit tidak bisa berkata-kata.

"Tante, ini adalah cincin yang saya siapkan untuk pelamaran malam ini" tambah Reza mengeluarkan kotak cincin dari sakunya.

"ENGGAK! GUE MENOLAK!" kata Vina menghampiri mereka dengan tatapan dingin pada Reza.

Doojoon gugup melihat tatapan nenek lampir yang sangat gahar. Inggit pun kebingungan pada hubungan mereka berdua yang tidak jelas asal-usulnya.

"Ikut gue!" Ketus Vina membawa Reza ke halaman rumah mereka.

"Vin... gue serius mau nikahin lo" kata Reza lembut.

"Lo keras kepala banget sih, gue kan udah bilang lupain kejadian malam itu" ketus Vina sangat kesal.

"Vin... Gue suka sama lo!" Ucap Reza singkat

Mendengar kalimat itu malah membuat Vina makin marah "lo kasihan kan sama gue? Terus lo ngomong gitu biar gue terima!?" Vina makin membulatkan matanya marah.

"Gue serius Vin. Selama ini..."

"Cukup Za! Lo bego ya! Dengan lo lakuin semua ini malah bikin gue malu dan merendahkan diri gue sendiri!" Curhat Vina mulai mengeluarkan isi hatinya.

"Gue gak mau di kasihani sama lo, gue gak mau Za! Gue malu!" ucap Vina menghindari tatapan Reza.

"Gak ada yang boleh ngerendahin lo selama masih ada gue" kata Reza.

"Kenapa lo bersih keras banget sih Za..."

"Vina!" Teriak Inggit menghampiri keduanya bersama Doojoon, dia sudah menceritakan kejadian itu pada Inggit hingga membuatnya marah.

Plak. Tamparan mengenai pipi Vina.

"Vina! Kamu tahu mama memberimu kebebasan untuk bergaul dengan siapapun tapi jaga batasanmu sebagai seorang perempuan!" Kata Inggit dengan wajah gahar.

"Aku juga korban mah! Itu cuma kecelakaan!" Tolak Vina marah tapi tidak ada perlawanan

"Saya akan tanggung jawab Tante... jangan sakiti dia" tahan Reza melerai Inggit mendekati Vina yang terdiam tak berkutik.

"Diem lo brengsek!" Umpat Vina pada Reza

"Kamu harus terima dia Vina! Tidak ada penolakan! Pernikahan harus segera dilaksanakan!" Tegas Inggit melihat anaknya yang menahan amarahnya.

"Jadi lo cerita ke mereka?" tanya Vina menatap tajam Reza

Reza tidak menjawab, hingga Vina beranjak pergi meninggalkan mereka.

Suasana makin mencekam bagi Reza yang mendapat tatapan tajam dari Inggit.

"Saya minta maaf tante..." Lirih Reza gelagapan.

"jangan tegang begitu Reza" tutur mama Vina tersenyum. Reza kebingungan, apakah tadi mama Vina cuma berakting?

"Kamu pikir saya tidak marah? Saya sangat marah tapi juga bersyukur ada kamu di sisinya Reza" kata Inggit menerima lamaran Reza.

"Maaf dan terimakasih tante" ucap Reza.

"Bagaimana dengan Vina tante?" tanya Doojoon melihat perasaan Vina yang sangat emosi

"Kalian tahu kan sifat Vina yang seperti itu. Tante akan meyakinkan Vina" kata Inggit menjanjikan.

jangan lupa comment, follow dan berikan rating yaaa guys ku tercinta. luv

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience