Hampir sebulan setelah kepergian sang ibunda di dunia ini, tentu saja duka masih menyelimuti hati Ran tapi dia harus menjalani hari-harinya seperti biasa. Kini Muti sedang membereskan pakaian nya karena dia akan tinggal bersama dengan Ran di kediamannya.
Para pengawal sedang sibuk membantu membawa barang-barang dari rumah lama mereka ke rumah Ran. Sebenarnya Hendra ingin mengajak si bungsu untuk tinggal di rumahnya tapi Ran memaksa agar adiknya bisa menemani nya jika sendiri.
Tentu saja Doojoon mengizinkan demi kebahagiaan wanita cantik itu "koper ini taruh di mana kak?" Tanya Muti baru turun dari mobil bersama dengan beberapa koper miliknya
"Di lantai dua depan kamar aku, mbok Arsih udah bersihin kamar kamu kok" jawab Ran memberikan kue dan jus jeruk pada adiknya. Muti langsung menyeruput minuman itu dengan sekali tegukan
"Haus bener ya, perasaan mas Doojoon kasih kamu duit jajan kan tadi?" Terka Ran melihat adiknya kelaparan bukan main
"Kok tahu kak Doojoon ngasih?"
"Dia kan suamiku, jadi dia pasti izin dulu kalau mau ngelakuin sesuatu" jawab Ran menyombongkan diri
"Aelah, masa gitu aja masih laporan, kak Ran posesif banget jadi istri!" Celetuk Muti mengangkat kedua alisnya kesal
"Emang kenapa! Suamiku kan idol Korea yang ganteng banget, pasti kamu kepincut kan sama kegantengannya" Oceh Ran semakin panjang
"Hiiii... Gak minat sama suami kakak sendiri! Paling cuma cuci mata aja" jawab Muti ngeles
"Berarti sama suami orang lain minat! Heh! Jangan jadi pelakor ya Muti, laporin bang Hendra ntar!" Ancam Ran serius
"Gak lah kak! Aku yang secantik bidadari kayangan ini pasti dengan sendirinya oppa-oppa ganteng pasti datang!" Muti mengkhayalkan masa depan cerahnya
"Heleh! Bidadari empang aja bangga!" Cibir Ran tidak ingin kalah
"Gak ikhlas gue bawain barang-barang berharga kakak dari rumah!" Ketus Muti tidak bisa menang dari Ran
"Emang kamu bawa apa?" Tanya Ran penasaran
"Tuh sekoper barang kesukaan kamu dulu" singkatnya langsung meninggalkan Ran. Kalau mereka berdebat lagi pasti tidak akan ada habisnya jadi lebih baik ada diantara mereka yang harus mengalah
"Yang waras ngalah" gumam Muti terkekeh melirik Ran sebelum pergi menuju ke kamarnya
"Iya! Saya tahu kamu waras!" Ucap Ran meninggikan suaranya.
Baru pertama kali Ran bersuara keras di kediaman itu, sepertinya akan ada perdebatan setiap harinya di rumah ini. Memang keduanya selalu saja adu mulut tapi ego untuk mengutarakan kata sayang terlalu tinggi bagi mereka. Jadi lebih baik mereka beradu untuk memperdalam rasa sayang meskipun tidak akur.
Ran membawa koper itu menuju ke kamarnya, ia akan mengemasnya di dalam kamar, mungkin saja ada kenangan yang tidak ingin lagi dia ingat dalam koper itu.
"Assalamualaikum, sayang?" Panggil Doojoon baru saja kembali dari kantor. Ya, orang pertama yang dia cari adalah Ran, bukan orang lain.
Ran yang merasakan kontak batin pun langsung turun meninggalkan koper itu menyambut suaminya. "Waalaikum salam" jawab Ran dari lantai atas menuruni tangga dengan buru-buru.
Doojoon mengambil tempat duduk di sofa meregangkan otot-otot leher nya yang kaku sambil menunggu Ran menghampirinya "mau aku buatkan teh?" Tanya Ran menawarkan dengan lembut. Dia masih berdiri di depan Doojoon menunggu jawaban akan dirinya.
"Air putih aja" jawab Doojoon. Ran mengangguk menuju ke dapur. Tapi tangan Doojoon langsung menarik Ran duduk di sampingnya. "Ada mbok Arsih, kamu bukan pelayan" bisik Doojoon di telinga Ran.
"Tapi aku kan mau melayani kamu. Aku tidak keberatan kok" tutur Ran memainkan jemari Doojoon yang dijadikan bantal untuk lehernya bersandar bersama Doojoon di sofa.
"Adikmu sudah sampai?"
"Lagi beberes di kamar. Kamu ngasih dia duit jajan berapa sih mas? Tadi dia itu kelihatan kelaparan banget kayak gak makan apa-apa" keluh Ran penasaran
"Kata Reza dia transfer 500 ribu" jawabnya singkat
"Buset tu anak! dikasih jajan banyak belanjanya gak jelas! Itu kebanyakan mas! Nanti dia boros" oceh Ran seperti ibu-ibu
"Yaudah, nanti kamu aja yang ngatur kebutuhan dia. Aku mana tahu, kan kamu yang minta tolong transfer tadi jadi ya sesuka aku aja" jawab Doojoon kini bersandar di bahu Ran dengan manja.
Ran saja merasa kasihan melihat suaminya yang sangat kelelahan seharian bekerja di kantor. "Capek banget ya, mau aku pijitin?" Tanya Ran tidak tega
Senyum iblis Doojoon kini bangga karena jebakannya sukses besar. Doojoon lelah? Tentu saja sudah biasa dia melakukan banyak pekerjaan melebihi ini, tapi untuk mendapatkan kasih sayang lebih dari Ran, dia akan selalu berlagak lelah, lesu agar Ran mengurus dirinya setiap hari. Bahkan dia sengaja mengacak-acak rambutnya agar terlihat stres supaya Ran mau menuruti semua keinginan nya.
"Aku pusing sayang" manja Doojoon memasang wajah memelasnya.
"Taruh sini kepala nya" titah Ran menepuk-nepuk pahanya untuk kepala Doojoon.
Doojoon dengan aktingnya yang kelelahan langsung menaruh kepalanya di paha Ran yang sudah memijit kepalanya dengan jemari mungil itu.
"Kamu pinter banget sih mijit kepala aku" puji Doojoon sangat ahli dalam memuji Ran
"Kan aku sering mijit kepala papa kalau dia lagi istirahat" jawab Ran masih memijit kepala Doojoon. Ran memang tahu cara memijat kepala seseorang dan itu dari ajaran ibunya yang selalu mengajarinya banyak hal
"Tuan, ini minumannya" mbok Arsih datang membawa air mineral.
"Makasih ya mbok" jawab Ran membalas.
"Nih mas, minum dulu" ucap Ran lalu Doojoon bangun meminum air mineral nya.
"Habis ini mandi ya, keburu malam kalau di tunda" perintah Ran mutlak. Doojoon mengangguk mengiyakan.
Doojoon memerhatikan gerak-gerik Ran, lebih tepatnya emosionalnya yang kini sudah kembali tenang. "Kami udah mandi?" Tanya Doojoon meletakkan gelasnya di meja
"Udah tadi"
"Terus sekarang kamu mau ngapain?" Tanya Doojoon
"Mau masak makanan kesukaan Muti untuk malam nanti" jawabnya
"Aku bantu ya!" Jawab Doojoon semangat
"Gak usah! Kamu kan capek dari kerja, istirahat aja di kamar mas" Ran melipat kedua tangannya melihat kan ketegasan dan tidak ada bantahan.
"Baik nyonya" jawabnya langsung lesu.
Cup
Doojoon langsung berlari ke atas setelah mengecup bibir Ran hingga membuatnya kaget.
"Emang ya laki saya satu ini!" Geram Ran hanya bisa geleng-geleng melihat Doojoon menjauh darinya
"Emang masih ada yang kedua ya nona?" Tanya mbok Arsih ternyata melihat kejadian tadi.
"Ndak ada mbok, mas Doojoon tingkahnya usil banget kayak anak kecil" keluh Ran hanya diberikan gelak tawa dari mbok Arsih
"Itu tandanya pengen di perhatiin nona"
"Gitu ya mbok?"
"Iya nona, tuan itu jarang di belai jadi suka usil sama nona" jawab mbok Arsih lagi diberikan jempol oleh Doojoon yang menguping di lantai atas.
"Diakan emang kayak gitu" simpul Ran acuh lalu menuju ke dapur memasak untuk makanan malam ini.
Doojoon mempercepat waktu mandinya karena ingin membantu Ran meski dia dilarang tapi dia tidak ingin pisah dari istrinya sedetik pun.
Doojoon memakai pakaian santai dan segera menghampiri Ran yang sibuk bersama dengan mbok Arsih di dapur.
"Mbok, tolong ambilin saya wortel di kulkas" pinta Ran sedang memotong kol di talenan, sedangkan mbok Arsih sedang membersihkan daging sapi di wastafel dapur.
"Nih" suara berat seseorang memberikan wortel yang masih tersegel dalam plastik.
Ran memindai tubuh Doojoon yang sudah memakai baju santainya, tatapan Ran terhenti di rambut basah Doojoon yang tidak dikeringkan, bahkan handuk kecil yang bertengger di leher Doojoon yang tidak dia sadari.
"Mbok, Ran tinggal sebentar ya" pesan Ran menarik Doojoon duduk di kursi meja makan.
"Kamu ini kayak anak kecil! Ini rambutnya kalau gak dikeringkan nanti kena flu mas Doojoon!" Oceh Ran mengambil handuk kecil di leher Doojoon dan menggosok-gosok kepala Doojoon agar rambutnya kering.
Doojoon hanya tersenyum mendapatkan ocehan dari istrinya, dia duduk patuh sambil melingkarkan tangannya di pinggang Ran dengan nyaman.
"Kamu cantik deh kalau lagi marah" gombal Doojoon menarik Ran semakin dekat dengan dirinya.
Plak! "Diem!"
Tangan Ran dengan bebasnya menabok jidat Doojoon agar mau diam dan menurut. Mbok Arsih terkekeh melihat Doojoon tidak berkutik di depannya
"Iya aku diem" jawab Doojoon patuh.
"Tolong ambilin serum rambut mas Doojoon di kamar" perintah Ran pada maid yang sedang membersihkan bagian dapur
"Baik nona" jawabnya
"Lain kali rambutnya dibotakin aja kalau kamu malas ngeringin!" Ketus Ran sudah jengah akan kelakuan Doojoon yang sengaja mempermainkannya
"Jangan dong sayang! Nanti fans kamu yang bernama Cha Eun Woo itu menang kalau aku potong rambut!" Tolak Doojoon sengaja mencari gara-gara
Ini semua dia lakukan agar Ran tidak berlarut-larut dalam kesedihannya. Tapi ada maksud tersembunyi juga sih "Aku kan sengaja ngikutin style rambut dia biar kamu makin sayang sama aku" ucap Doojoon bangga
"Terserah!" Ketus Ran
Maid datang membawa pesanan dari Ran. "Terimakasih ya" ucap Ran sebelum maid itu pergi
Ran mengeluarkan sedikit cairan yang ditaruh di rambut Doojoon yang sangat harum dan hitam lebat. Ran melakukan sedikit pijatan setelah mengoleskan serum itu di kepalanya. Doojoon sudah menyenderkan kepalanya di perut Ran karena menikmati pijatan itu.
"Kamu ganti profesi aja sayang jadi tukang pijat salon" kata Doojoon blakblakan.
"Kalau aku buka salon, siapa yang mau jadi eksperimen buat di potong dulu rambutnya?" Tanya Ran datar
"Mmmm, gimana kalau Reza aja?"
"Kalau kamu aja gimana? Sekalian aku polain bentuk ular sama kebun binatang di kepala kamu!" Jawab Ran sudah sangat kesal beberapa hari ini Doojoon di kasih hati minta jantung!
"Mulutnya kasar banget sih" lirih Doojoon nyalinya ciut. Ran sudah sangat kesal di buatnya
"Kamu beberapa hari ini nyeselin banget tahu gak! Aku udah sabar ya hadapin kamu yang suka usilin aku!" Keluh Ran dengan nada datarnya.
"Maaf ya sayang, aku juga gak tahu kenapa suka banget usilin kamu" jawab Doojoon semakin membuat Ran geram.
"Malas aku ngomong sama kamu! Dasar om om!" Balas Ran dengan senyuman menantangnya tapi Doojoon tidak menyadari
"Om om? Aku?" Doojoon tidak percaya di buatnya. Niatnya hanya ingin mengusili tapi malah sebaliknya
"Iya, udah tua tingkah kayak bocil!"
"Apa?"
"Om om!"
"Ngomong sekali lagi?" Doojoon mengeratkan rangkulannya
"Om bocil mesum!" Ucap Ran menahan tawanya. Wajah Doojoon yang merah menahan emosi dikatai perkataan yang dia tidak suka. Yaitu om om.
"Udah selesai~ lepasin tangannya sekarang" ucap Ran lega karena dendamnya terbalas kan
"Gak! Kamu gak bisa lolos!"jawab Doojoon tidak melepaskan rangkulannya
"Lepasin mas! Malu di liatin sama semua pelayan kamu" bisik Ran di telinga Doojoon
"Bukannya tadi suara kamu kenceng banget bilang aku om bocil mesum ya? Kamu kok gak mau pas bilang itu?" Tanya Doojoon dapat pembalasan
"Aku mau masak mas, lepasin dulu!" Ucap Ran mencoba melepaskan genggaman tangan Doojoon di pinggangnya
"Cium aku dulu, baru lepas" ucapnya sambil mengangkat sebelah alisnya naik turun
Cup
"Udah" jawab Ran
"Eh, kayaknya kita udah lama gak lakuin itu" peringat Doojoon hanya mereka berdua yang tahu
"Ohhh, jadi ini yang bikin kamu carper terus sama aku?" Tanya Ran baru ngeh dalam beberapa hari ini
"Bukan cuma itu." Potong Doojoon memasang wajah sedih
"Terus apa lagi?"
"Kami gak manjain aku!" Keluh Doojoon
"Terus?"
"Kamu gak pernah cium aku pas berangkat kantor"
"Ada lagi?"
"Aku mau kamu bales pesan aku kalau lagi ngampus!"
"Owhh"
"Aku pengen di manjain sama kamu Ran! Aku pengen di peluk di cium setiap saat setiap waktu sayang!" Doojoon akhirnya curhat. Wkwkwkwk
"Oke." Jawab Ran
"Beneran?"
Ran mengangguk "janji dulu" ucap Doojoon mengacungkan jari kelingkingnya. Ran memberikan jari kelingkingnya mengaitkannya dengan erat.
Dengan wajah tampannya, Doojoon langsung menunjukkan sifat lelaki perfect dan cool di depan Ran. "Bye sayang, aku tunggu ya" ucap Doojoon melangkah pergi menuju ke kamarnya.
"Bwhahaha" hampir semua yang menjadi saksi mata tingkah Doojoon tertawa termasuk Ran yang sangat malu melihat tingkah suaminya itu.
Brak.
Doojoon duduk tersungkur di dalam kamar. Dia terdiam memikirkan kejadian tadi di lantai bawah "aku udah gak punya harga diri" ucapnya datar.
"Arghhh! Malu banget!" Keluhnya hanya bisa pasrah karena sudah terjadi
"Eh! Gak apa-apa lah, yang penting Ran udah janji ngelakuin itu" ucap Doojoon berubah ceria
"Yuhuuu! Akhirnya!" Ucap Doojoon sangat bahagia
Share this novel