Episode 37

Romance Series 19934

Tirai kamar masih tertutup rapat padahal sang surya sudah memenuhi ruangan di mana dua insan masih lelap dalam mimpi indah.

Mata hitam lekat itu sedang mengagumi ciptaan tuhan yang sangat indah di hadapannya. Bulu mata lentik yang masih menyatu dengan rapat, bibir pink tanpa polesan apapun tapi yang membuatnya sedikit kesal adalah pelupuk mata yang hitam dan wajah yang sangat kelelahan karena semalaman menjaga dua pasien sekaligus dengan ruangan yang berbeda. Bahkan mukena pink itu masih melekat di tubuh indahnya yang meringkuk dalam pelukan seorang lelaki yang tersadar sejak pagi sebelum fajar menyingsing.

"Gimana gak tepar, kamu jagain mama sampai subuh dan gak tidur sama sekali" keluhnya sembari mengusap pipi chubby wanita yang tidak terusik akan sentuhan lembut itu.

Bahkan sesekali dia mencoba sedikit mencubit pipi kenyal itu tapi tidak ada respon sedikit pun. "Gimana bisa se empuk ini sih, kayak marshmellow" ucap Doojoon memainkan pipi yang sudah kemerahan dibuatnya

"Mas, jangan" lirihnya merasa terusik akan sentuhan yang semakin lama semakin dalam.

"Udah jam 8 loh, gak mau bangun?" Tanya Doojoon lembut

Mata Ran masih tertutup rapat-rapat, sepertinya dia hanya mengigau saja tadi. "Masih ngantuk" rengek Ran semakin mendekatkan tubuhnya dalam dada bidang Doojoon yang sangat nyaman baginya. Tak luput sebuah tangan itu menempel erat tepat di debaran jantung yang selalu dia lakukan.

"Satu jam lagi kita sarapan ya" ucap Doojoon memeluk wanitanya yang tidak ingin pisah dari brankar di ruangan itu.

Ran mengangguk lalu melanjutkan tidurnya yang belum cukup dari semalam. Sementara Doojoon sibuk memperbaiki posisi baringnya agar Ran nyaman memeluk dirinya tanpa rasa nyeri di posisi tidurnya nanti.

Doojoon juga memejamkan matanya tapi tidak tidur namun hanya memikirkan sesuatu yang akan dia lakukan nantinya

Beberapa menit kemudian pintu ruangan diketuk oleh seseorang dari luar. "Masuk" perintah Doojoon lalu sang dokter datang untuk memeriksa kondisi dirinya

Doojoon memberikan isyarat untuk tidak menimbulkan suara berlebihan karena wanitanya yang sedang tidur sangat lelap

"Yang sakit siapa yang jaga siapa" gumam suster merasa gemas melihat pasien di ruangan ini.

Dokter segera memeriksa Doojoon sangat hati-hati karena nona cantik yang tidak menyadari kehadiran mereka

"Gimana dok?" Tanya Doojoon mengecilkan suaranya

Sang dokter tersenyum pertanda kalau Doojoon sudah pulih, "bagaimana keadaan mertua saya?" Tanya Doojoon pada dokter yang merawat ibu Ran. Kebetulan dia adalah dokter yang sama

"Anda sudah tahu jawabannya. Meskipun perasaan pasien sangat baik, tapi kondisi tubuhnya yang tidak bisa bertahan lagi" jawab Dokter merasa tidak enak menyampaikan

Doojoon melirik ke arah wanita dalam pelukannya, dia memang khawatir pada kondisi mertuanya tapi lebih khawatir lagi pada Ran yang sudah berusaha sebaik mungkin untuk membuat ibunya kembali pulih

"Anda sudah melakukan yang terbaik selama 3 tahun ini tuan. Pasien masih bisa bertahan selama ini adalah sebuah keajaiban. Pasien sudah menderita menahan penyakitnya, tapi dengan senyuman dan perhatian dari anak-anak nya pasien pasti anak pergi dengan tenang" jawab Dokter bicara pada pemilik saham terbesar di rumah sakit ini. Lebih tepatnya rumah sakit ini adalah milik Doojoon sendiri.

"Saya lebih khawatir pada wanita polos yang sangat rapuh ini Dok, saya takut kalau dia tidak bisa menerima kenyataan nya" ucap Doojoon hanya memandangi wajah teduh Ran

"istri anda sudah tahu akhir dari perjalanan ibunya, itulah semalam istri anda bolak balik dari ruangan untuk memastikan ibunya masih berada di dunia ini. Nona Ran pernah mengatakan kalau dia ingin berada di sisi ibunya di detik-detik terakhir mereka" jelas Dokter yang membuat Doojoon sadar

"Berapa lama lagi pasien bisa bertahan?" Tanya Doojoon

Dokter itu diam dan memilih untuk tidak menjawabnya "intinya saat ini istri anda harus selalu di dekat ibunya" pesan dokter pamit dan meninggalkan mereka.

Doojoon memijit pelipisnya, sepertinya memang waktu Ran dan ibunya tidak lama lagi. "Tenang saja, aku pasti akan selalu menemani mu di masa sulit selama hidup mu" ucap Doojoon mengecup kening Ran penuh arti.

Semalam Ran tidak bisa tidur karena ibunya yang tiba-tiba drop dan masuk ke ruangan khusus yang dipenuhi oleh alat-alat rumah sakit yang menempel di beberapa bagian tubuh ibunya. Bahkan alat bantu pernapasan itu sudah di pasangkan sejak semalam

Karena perintah dari Hendra yang sudah meninggikan suaranya agar Ran mau menerima perintahnya. Otomatis jika Ran sakit, ibunya pasti semakin parah karena mencemaskan anak kesayangannya. Itulah mengapa Ran sudah kembali di brankar Doojoon meski dengan wajah marah dia tetap harus melaksanakannya karena itu dari Hendra

Ran harus menutup matanya untuk tidur agar dia bisa menjaga ibunya dengan saat malam. Memang kondisi ibunya saat ini sudah stabil namun tetap berada di ruangan khusus dan tidak bisa menjamin kalau kondisi ibunya kembali parah lagi.

Kini tepat pukul 10:00 pagi, Ran dan Doojoon sedang berada di kantin rumah sakit menunggu pesanan mereka meski sebenarnya lebih mudah memesan dari ruangan mereka, apalagi posisi Doojoon di rumah sakit ini sudah pasti semua perintahnya akan diikuti, tapi demi Ran yang ingin makan di luar karena merasa pengap selalu berada di ruangan

Mereka membawa makanannya menuju ke taman rumah sakit yang terdapat kursi panjang untuk orang-orang yang menikmati sejuknya udara di pagi hari. Mereka membawa roti dan minuman hangat dalam paper bag yang dipegangi oleh Doojoon

"Gak mau pesen yang lain?" Tanya Doojoon melihat akhir-akhir ini porsi makan Ran sedikit berkurang bahkan kadang dia hanya sekali sehari karena beban pikiran yang ada di kepalanya

"Segini udah cukup kok. Kamu makan yang banyak ya mas" peringat Ran memberikan setengah bagian rotinya untuk Doojoon.

"Ran, setiap orang pasti akan datang dan pergi dalam kehidupan kita. Aku tahu kamu mencemaskan mama, tapi kamu harus mengikhlaskan semua ini" ucap Doojoon membuat Ran menunduk di depannya.

"Apa aku bisa hidup tanpa mama?" Lirih Ran tidak ingin mengatakan hal ini, tapi saat ini dia putus asa melihat ibunya yang tidak bisa lagi bertahan

Dengan lembut Doojoon merenggut dagu itu untuk dia dekatkan dengan tatapannya "orang tua adalah nyawa bagi anaknya, begitupun sebaliknya. Allah lebih menyangi mama dan papamu Ran. Allah yang lebih berhak atas diri mereka, apa yang terjadi pasti hikmahnya. Dan semua itu tergantung dari bagaimana kita menerima dan mengikhlaskan semuanya. Ya, memang kenyataannya sulit tapi lama-kelamaan semua akan berlalu. Bukankah kamu lebih faham akan ini?" Doojoon meyakinkan wanita yang selalu terlihat kuat demi orang yang dicintainya

"Apa kamu akan menemaniku mas? Menemani setiap hal tersulit dalam hidupku?" Tanya Ran menggenggam erat tangan yang selalu menyambutnya

"Baik di masa terpupuk pun, asal itu dirimu, aku akan berdiri di depan" jawab Doojoon dengan suara hangatnya yang menenangkan perasaan Ran.

Dia tersenyum senang mendengar jawaban yang mampu membuatnya terharu. Ran berhamburan masuk ke dalam pelukan Doojoon. Tentu saja kesempatan seperti ini sangat berharga baginya yang selalu mengharapkan sentuhan dari Ran selalu.

Sementara di sisi lain, ada seseorang yang sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan Ran di dunia ini. Tapi mata-mata Doojoon selalu saja berhasil menemukan serpihan-serpihan kecil yang membuat Ran selalu terganggu. Saat ini memang Ran akan baik-baik saja tapi entah besok atau saat dia sendiri, Ran akan selalu dihantui oleh seseorang yang sedang membalaskan dendam membara di hatinya.

Semakin jarang Ran berkeliaran di luar rumah maka akan semakin aman kondisi Ran. Untung saja Doojoon selalu siap siaga menjaga secara diam-diam.

"Bagaimana rencana kita?" Tanya seseorang sedang menelepon

"Untuk saat ini kita jangan dulu menyerang target. Tapi tenang saja, ada suprise kecil-kecilan untuk wanita yang tidak tau diri itu. Rencana ini harus sukses" jawabnya

"Ya, kita harus merencanakan secara matang-matang dan menunggu waktu yang tepat"

"Tenang saja bos, semua pasti sesuai dengan yang anda perintahkan"

Panggilan itu berakhir begitu saja.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience