Episode 33

Romance Series 19938

Pukul 10:00 malam, Doojoon baru kembali dari menenangkan pikirannya. Seharian dia mengelilingi kota dengan mobil sedannya yang menemani.

"Tuan dari mana?" Tanya mbok Arsih cemas melihat Ran seharian mengurung diri di kamarnya, bahkan tangisan pun terdengar hingga membuat koki tua itu memilih untuk menginap menemani Ran.

"Dia sudah makan?" Tanya Doojoon datar, sikapnya tidak seperti biasa.

"Belum tuan, dari siang nona tidak menyentuh makanan yang saya bawakan" jawab mbok Arsih.

Doojoon sangat merasa bersalah karena terbawa emosi hingga semua yang berada di kepalanya keluar begitu saja di depan Ran.

"Buatkan dia air gula mbok, panaskan makanannya dan bawa ke kamar secepatnya." pesan Doojoon langsung menghampiri Ran di kamarnya.

Klek

Lampu kamar remang-remang karena hanya lampu tidur yang menyala. Doojoon berjalan perlahan menghampiri kasur yang sedang di tiduri oleh Ran, mata sembab itu membuat Doojoon sangat terpukul tapi dia juga senang karena tangisan itu untuknya, tangisan cemas dan rasa bersalah dari Ran.

"Maaf, aku terlalu terburu-buru" lirih Doojoon menyeka sisa air mata yang masih mengalir sendirinya di pelupuk mata Ran.

Ran tertidur meringkuk memeluk selimut. Doojoon merapikan bantal di sekeliling Ran, perlahan dia menaruh bantal di bawah kepala Ran dan melebarkan selimut sebatas dada agar Ran tidak kedinginan.

Doojoon mengganti pakaiannya lalu kembali memerhatikan wajah cantik yang tidak bosan jika di tatap, malah membuatnya candu. Menemani Ran di sudut kasur menunggu makanannya datang.

"Aku tidak bisa berlama-lama tidak melihat wajahmu. Sekali lagi maaf. Aku terlalu membenci diriku yang sudah melukaimu Ran" gumam Doojoon membelai rambut Ran yang sudah rapi di buatnya

Mbok Arsih sudah membawa makanan di atas nampan memasuki kamar mereka "mbok, bangunkan dia setelah saya keluar. Jika dia tidak makan, mbok merajuk saja" lirih Doojoon tidak ingin ketahuan oleh Ran.

Mbok Arsih mengangguk, setelah Doojoon keluar dari kamar, mbok Arsih membangunkan Ran dengan lembut.

"Nona, ayo bangun. Nona makan dulu" ucap mbok Arsih lembut

"Hm?" Ran membuka matanya perlahan, ia mengucek-ngucek matanya ketika lampu kamar dinyalakan.

"Makan dulu nona, seharian nona belum makan" ucap mbok Arsih memberikan air gula hangat ke tangan Ran.

Ran bersandar di kepala kasur memperbaiki duduknya "mas Doojoon sudah pulang?" Tanya Ran mencari

"Tuan sudah kembali, dia sedang istirahat di kamar sebelah" jawab mbok Arsih

"Mas Doojoon udah makan?" Tanya Ran lebih mencemaskan suaminya

"Tuan sudah makan di luar nona, sekarang nona yang makan. Nanti ma'ag nya kambuh lagi" tutur mbok Arsih mengaduk sebuah bubur ayam dalam mangkuk

"Saya gak lapar mbok" jawab Ran meletakkan gelasnya air itu di atas nakas samping kasur

"Tapi nona-"

"Mbok, nanti saya sendiri yang turun ke bawah untuk makan kalau saya lapar, tapi sekarang saya gak nafsu makan" jawab Ran lembut

"Apa masakan saya tidak enak ya nona?" Keluh mbok Arsih kembali menaruh mangkuk supnya

"Bukan gitu mbok, saya-"

"Saya buatin bubur ayam ini khusus untuk nona, tapi nona menolak tanpa tahu rasanya" bantah mbok Arsih sangat ahli berperan aktif

"Baiklah, tapi sedikit saja ya mbok" tutur Ran tidak tega untuk menolak.

Doojoon yang hanya mendengar dari luar tersenyum karena Ran sudah makan dengan lahap meski karena paksaan dari mbok Arsih. Ran hanya bisa senyum sambil membuka mulutnya untuk di suapi.

Doojoon masuk ke dalam kamarnya. Sudah berjam-jam dia tidak bisa tidur, segala macam posisi tidur tapi tidak ada yang berhasil sama sekali. Matanya tidak bisa terpejam, dia hanya mengingat Ran yang sudah tertidur pulas di kamar sebelah.

Jujur saja, dia tidak bisa tidur jika tidak ada Ran di sebelahnya. Dia sudah terbiasa memeluk wanita mungil itu dalam pelukannya setiap malam.

Pagi pukul 07:00 Ran menunggu Doojoon untuk sarapan bareng di bawah, tapi suaminya itu tidak kunjung menuruni tangga menuju ke lantai bawah.

Doojoon turun dengan setelan jas nya yang sangat rapih menuruni tangga "mas, sarapan yok" ajak Ran dengan senyuman manisnya. Tapi Doojoon tidak menghiraukan dan melintasi Ran dengan tatapan datarnya.

"Saya sarapan di kantor" ucap Doojoon langsung pergi begitu saja. Ia seperti mendapat informasi yang harus dia tangani segera

Ran tahu maksud Doojoon kemarin, mereka lebih baik mengintropeksi diri masing-masing. Tentu saja Ran kecewa, tapi memang ini murni karena perbuatannya

"Mbok Arsih, kita makan bareng yok" ajak Ran dengan suara yang tidak bersemangat sama sekali

Ketiga maid dan mbok Arsih sedang menemani Ran sarapan bersama di meja makan. Ran terlihat murung dan banyak pikiran

"Sarapan dulu nona, tidak perlu dipikirkan kejadian semalam" ucap mbok Arsih mengacaukan lamunan Ran

"Saya memang salah mbok, makanya mas Doojoon gak mau lagi ngomong sama saya" lirih Ran sangat sedih

"Tenang saja nona, tuan tidak akan mendiami nona terlalu lama. Dia pasti yang akan datang sendiri pada nona" jawab para maid menyemangati

"Benarkah?" Ran berharap

"Tuan sangat mencintai nona, dia tidak akan membenci nona" jawab mereka sangat percaya

"Tuan adalah orang yang pendiam, acuh dengan sekitarnya, dan tertutup setelah kejadian beberapa tahun lalu"

"Maksudnya?" Ran menatap ke-tiga maid yang tahu masa kelam Doojoon dulu.

"Tuan pernah bertengkar hebat dengan kedua orangtuanya, Indonesia adalah tempat pemberhentian tuan mencari wanita yang sama dengan kekasih dulunya" ucap maid yang tahu akan kejadian itu

"Tuan tidak pernah menerima kematian kekasihnya dulu, dia sampai berfikir untuk mencarinya ke seluruh dunia. Tuan jarang berada di rumah karena orang tuanya yang merasa kasihan melihatnya yang sangat terluka. Tapi pertengkaran antara tuan dan orangtuanya berakhir saat sifat tuan yang acuh dan menjadi orang yang diam. Hanya satu hal yang disukai oleh tuan, yaitu menjadi seorang Dosen dan keinginannya diizinkan. Hingga saat tuan bertemu dengan nona, nona adalah wanita pertama yang diajaknya ke rumah saat aniversary pernikahan beberapa tahun lalu. Di situlah tuan jadi orang yang aktif dan hangat, tapi itu hanya pada nona saja. Tuan kembali ceria dan mendengar tawa nya saat bersama nona" jawab maid yang sudah tahu karena mereka bertiga sudah bekerja lama menemani kedua orangtua Doojoon.

"Tuan selalu menceritakan tentang anda saat kumpul bersama keluarga ketika makan malam" ucap para maid sudah sangat mengenali Ran melalui cerita Doojoon ketika mereka tidak sengaja menguping perbincangan mereka.

"Terimakasih atas ceritanya. Ternyata kalian lebih memahami Doojoon daripada saya" lirih Ran meneteskan air mata

Ternyata selama ini dia memang hanya peduli dengan dirinya tanpa perduli dengan perasaan Doojoon yang selalu saja sabar. Selama ini memang semua keinginan Ran selalu saja Doojoon turuti tanpa bertanya dulu apakah Doojoon menyukainya atau tidak.

"Selama ini memang saya yang acuh pada mas Doojoon. Saya memang istri yang buruk" keluh Ran sangat marah pada dirinya sendiri

Mbok Arsih dan ketiga maid diam mendengarkan semua yang ada dalam perasaannya. Mereka memang tidak tahu masalah Doojoon dan Ran, tapi memang sepertinya kemarin mereka bertengkar hingga memutuskan untuk diam

"Nona, yang lalu biarlah berlalu. Tidak ada kata terlambat jika kita ingin memperbaiki semuanya" ucap sang maid menenangkan

Ran merasa sedikit lega telah mencurahkan isi hatinya, memang dia harus segera memperbaiki hubungan ini lagi.

Drrtt...

Handphone Ran berdering

"Assalamualaikum kak, ada apa?" Tanya Ran langsung mengangkat panggilan dari kakaknya

"Ke rumah sakit sekarang juga" perintah Hendra sangat cemas

"Siapa yang sakit kak!?" Tanya Ran kaget

"Mama"

assalamualaikum guys, ini udah update lagi. jangan bosan-bosan ya. kali ini penulis gak nulis cerita yang panjang panjang dulu. mungkin next episode yaa

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience