Pada malam hari, Ran sedang mencari keberadaan Vina yang belum juga kembali saat tadi sore, membuat Ran sangat khawatir terjadi apa-apa pada sahabat nya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12:00 malam membuatnya harus pergi mencari ke luar rumah. Ran mencoba untuk menghubungi Vina tapi tidak ada balasan hingga akhirnya dia menghubungi Reza sahabatnya.
"Halo Ran, ada apa?" tanya Reza.
"Vina belum pulang, aku cemas Za" keluh Ran khawatir.
"Memangnya tadi dia izin keluar sama kamu?" tanyanya.
"Tadi sore dia izin ke aku buat labrak pacarnya, namanya... Iqbal"
"Brengsek!, Gue udah bilangin jangan pernah berhubungan sama laki-laki buaya kayak dia" umpat Reza marah.
"Terus gimana dong"
"Biar aku yang cariin dia, kamu jangan keluar rumah, bahaya tengah malam begini kamu keluyuran" pesan Reza langsung pergi mengendarai mobilnya. Padahal Reza sedang mengurus berkas yang sangat banyak jumlahnya tapi demi Vina dia rela mengesampingkan semua urusannya.
"Kamu hati-hati" pesan Ran.
Reza sangat tahu sifat Vina yang sangat keras kepala dan tidak pernah takut pada siapapun. Iqbal yang sebenarnya hanya ingin memoroti uang Vina dan tidak bersungguh-sungguh mencintai nya tapi playboy sepertinya punya banyak trik untuk meluluhkan incarannya hingga Vina sendiri sudah cinta mati padanya.
Reza menancap gas mobilnya menuju ke sebuah bar tempat Iqbal biasannya berkumpul dengan teman-teman nya. Bau alkohol yang sangat menyengat membuat Reza tidak tahan berada di ruangan berkelap-kelip dengan lampu disko. Sepanjang perjalanan banyak wanita yang mengaitkan tangan nya di tubuh Reza tapi tetap saja Reza tidak minat pada wanita yang suka berkeliaran malam seperti saat ini.
Tepat dia berada di depan bartender yang sedang membuat minuman. Sudah pasti bartender itu tahu semua yang terjadi di bar ini.
"Permisi" sapa Reza pada bartender yang merespon panggilannya
"Apa kamu mengenal Iqbal?" tanya Reza.
"Dia sedang berada di dalam ruang VIP bersama teman-temannya" jawab bartender jujur.
"Apa dia bersama dengan seseorang wanita?" tanyanya lagi.
"Ya, dia membawa banyak wanita"
Bank
"Brengsek!" Umpat Reza memukul keras meja minuman itu.
"Ada di mana ruangannya?" tanyanya.
"Anda siapanya?" tanya bartender tidak bisa menjelaskan lebih dalam.
"Iqbal merampas sesuatu yang berharga bagiku" tegas Reza.
"Biar saya yang membawa anda ke sana" kata bartender itu menunjukkan arah ke ruangan VIP.
Brak!
Tanpa banyak bicara Reza langsung mendobrak pintu ruangan tanpa ragu. Dia melihat semua orang di ruangan itu berpasangan sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Penampakan yang tidak senonoh dari teman-teman Iqbal kepada pacar mereka menaikkan emosi Reza. Tatapan dari para wanita yang seksi melihat seorang lelaki sixpack berdiri didepan mereka. Reza memang tidak setampan Rangga dan Doojoon tapi kalau tubuh kekarnya bisa bersaing dengan mereka. Lelaki yang memiliki usaha tempat GYM itu mendapatkan pendapatan puluhan juta dalam sebulan. Vina yang sedang duduk di sudut sofa dengan posisi yang sudah mabuk, sedangkan Iqbal sedang asik bercumbu dengan wanita lain di samping Vina.
"Apa-apaan ini!" suara dingin Reza menatap Iqbal tajam.
Reza langsung melepaskan jaket miliknya dan ditempatkan di tubuh Vina yang sudah tidak dihiraukan oleh pacarnya sendiri.
"Hmm? Reza?" suara parau Vina samar melihat Reza di depannya.
"Kamu ngapain di sini!" Kata Reza kesal melihat sahabatnya sudah kacau.
"Zaa... Iqbal selingkuh. Dia putusin aku demi cewek di sampingnya" rengek Vina menunjuk Iqbal merasa takut.
"Kamu apain dia!?" Teriak Reza mengepal kerah leher Iqbal.
"Aku gak ngapa-ngapain dia" jawabnya.
"Kenapa dia mabuk seperti ini!?" Reza sangat marah ingin memukuli Iqbal. Teman-teman Iqbal yang ingin membantunya di tatap tajam oleh Reza. "Berani kalian melangkah, aku jamin, tempat ini menjadi kuburan bagi kalian" ancam Reza membuat mereka tidak berkutik.
"Dia tawarin minuman ke gue, terus dia bilang kalau gue minum artinya gue cinta sama dia. Ehh pas minum dia pegang-pegang gue, terus gue mukul dia, terus gue di putusin sama dia. Huaaaaaa... Hiks hiks. Gue sedih" keluh Vina sangat mabuk.
"Cari mati lo rupanya" ujar Reza langsung melayangkan pukulan di kedua pipi Iqbal.
"Heh! Mana ada cewek sekarang yang sok jual mahal padahal udah gak Virgin" kata Iqbal tersenyum jahat. Mendengar hal itu, amarah Reza sudah tidak bisa di bendung lagi.
Bugh, bugh
Pukulan bertubi-tubi hinggap di tubuh Iqbal yang sudah tidak berdaya "jujur sama gue! Lo apain dia!" teriak Reza masih memegang kerah baju Iqbal dengan kasar.
"Vina gak diapa-apain sama Iqbal, Vina perempuan baik-baik kok" jawab Vina mabuk menyaksikan mereka sedang beradu.
"Kenapa lo semarah ini sama gue, urusan dia mau berhubungan sama siapapun, lo gak berhak!" Keluh Iqbal lagi masih bisa bersuara.
"Atau jangan-jangan lo... suka sama dia?" Terka Iqbal pada Reza.
"Bukan urusan lo" singkat Reza kembali memukul Iqbal tanpa henti.
"Gue ngaku!"
"Jelasin semuanya!"
"Gue nyuruh Vina buat minum alkohol itu biar dia mabuk dan mau tidur sama gue. Tapi dia masih sok jual mahal dan gak mau disentuh sama gue. Puas lo!" Iqbal menjelaskan semua yang terjadi.
"Terus apa lagi!"
"Gue..."
"Apa!"
"Gue masukin obat perangsang ke minuman dia" jelas Iqbal. Tendangan penutup dari Reza mengenai perut Iqbal dan langsung membawa Vina pergi sebelum obatnya bereaksi.
Kebingungan yang kini menerpa Reza melihat keadaan Vina yang makin tidak terkontrol di dalam mobilnya. Ingin dia membawa Vina ke rumah Ran tapi dengan kondisinya tidak mungkin dan hanya akan membuat Ran makin cemas. Kalau di bawa ke rumah sakit, orang-orang pasti berfikir Vina bukanlah wanita baik-baik dan orang tuanya pasti akan tahu. Apa yang harus Reza lakukan.
Sementara di sisi lain Ran yang menunggu informasi dari Reza tak kunjung dia dapatkan hingga akhirnya dia langsung membawa mobil Vina dan mencarinya sendiri.
Sudah 30 menit Ran mencari tapi hasilnya nihil, dia memarkirkan mobilnya di bawah pohon yang sangat sepi di sebuah jalan, menghubungi Reza tapi tidak diangkat "Za, kamu kenapa gak bisa dihubungi" gumam Ran cemas.
Terlihat sebuah geng motor melewati mobil Ran yang sudah terparkir sendirian memancing jiwa para lelaki yang ingin mencuri di malam yang langka.
"Kayaknya orang baru nih" kata preman yang biasanya sudah tidak melihat kendaraan berkeliaran di kawasan mereka kalau sudah malam hari.
Tok tok tok
Ketukan jendela mobil membuat Ran terkejut, lampu mobil yang menyala membuat mereka sadar kalau ada wanita cantik di dalamnya.
"Rejeki nomplok" ujar para preman bersemangat.
"Buka pintunya sayang" pinta para preman lembut pada Ran.
Ran yang gemetar langsung menelfon asal seseorang yang berada di handphone nya, baru saja dia ingin memanggil Doojoon, panggilan masuk dari Rangga langsung diterima oleh Ran.
"Tolong aku!"
Kalimat yang pertama kali Ran keluarkan langsung membuat Rangga berlari keluar rumah menuju ke lokasi saat ini Ran berada.
"Kamu di mana?"
"Aku gak tahu, hiks hiks. Mereka banyak sekali" kata Ran melihat situasi.
"Kunci mobilnya dan hubungi polisi sekarang juga" pinta Rangga tidak mematikan panggilannya, dia ingin mendengarkan semua yang terjadi selama dia menghampiri Ran.
"Pecahin aja kacanya" saran preman yang tidak sabar mencicipi hadiah besar mereka.
"Nanti mobilnya rusak" jawab salah satu preman bertengkar.
"Goblok, mobil tidak ada apa-apanya dibandingkan wanita cantik yang berada di dalamnya" ujar preman itu.
"Ambilin linggis gue" perintah preman pada anak buahnya untuk mengambilkan besi berukuran besar untuk memecahkan kaca mobilnya.
"Jangan!" Teriak Ran dari dalam mobil.
"Terobos aja bang" pinta para preman memukul jendela mobil Ran. Sekali pukulan hanya membuat kaca mobil itu sedikit retak, mungkin beberapa pukulan lagi jendela mobil itu pasti pecah.
Bank!
Bank!
Bugh!
Rangga yang tiba langsung menghajar para preman yang berjumlah lima orang. Preman selalu identik dengan benda tajam. Saat ini Rangga hanya sendiri tapi tidak menciutkan nya melainkan makin menaikkan amarah Rangga.
Ran hanya bisa menyaksikan perkelahian itu dari dalam. Gemetar, takut, juga keringat dingin yang Ran rasakan. "Bagaimana kalau Rangga tidak bisa melawan mereka" gumam Ran dalam hatinya.
Bankk puk!
Sebuah balok pas mengenai kepala Rangga hingga balok kayu itu hancur berkeping keping.
Nging...
Bunyi dengungan Rangga rasakan saat kepalanya dihantam oleh balok kayu itu, dia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk menghilangkan bunyi dan penglihatan yang tidak fokus.
"Berhenti atau kalian saya tembak" kata polisi tiba di tempat.
Rangga yang sudah merasa mendingan menghampiri Ran yang masih berada di dalam mobil.
Klek
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rangga menatap Ran sayu.
"Aku baik-baik saja" jawabnya. Tapi kondisi Ran yang terguncang terlihat jelas di mata Rangga.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ran memastikan.
"Aku baik-baik saja"
Tes
Tes
Aliran darah keluar dari hidung Rangga, membuat mata Ran membulat kaget melihatnya.
"Kamu... mimisan"
"Ohh"
Bruk
Rangga pingsan tak sadarkan diri dalam dekapan Ran.
***
"Emhhh... panas" keluh Vina menghempaskan jaket yang berada di tubuhnya.
"Vin, Jangan dilepasin" tahan Reza sudah memarkirkan mobilnya di dalam garasi rumahnya.
"Zaa, badan gue gak enak rasanya" keluh Vina lagi.
"Zaa, tolongin gue" keluh Vina setengah sadar tapi masih berada di bawah efek obat yang sangat kuat.
"Tahan Vin, lo harus kuat" kata Reza menggendong Vina ke dalam rumahnya. Rumah yang hanya ditinggali oleh Reza sendiri. Dia harus menolong Vina bagaimanapun caranya.
Reza langsung membawa Vina masuk ke kamarnya, menaruhnya lembut di atas kasur tapi efek obat mulai menguasai Vina.
"Panas, aku haus" keluh Vina. Reza langsung menuangkan segelas air untuk Vina.
"Nihh" serah Reza lembut membantu Vina meminum airnya.
"Uhh" suara Vina mulai tak karuan.
Dia langsung melepaskan pakaiannya di atas kasur dan melemparkannya ke sembarang tempat, dia mulai melepaskan bra miliknya dan langsung di tahan oleh Reza dengan selimut.
"Tahan Vin, aku tahu kamu bisa" ujar Reza saat ini menahan Vina di bawahnya menggunakan selimut.
Saat ini mata mereka berdua saling bertatapan, Reza yang menahan Vina agar tidak bergerak di dalam selimut di bawah tubuhnya
Deg
Detak jantung Reza melihat wanita cantik yang hilang akal di depannya sungguh memacu adrenalin tubuhnya. Gerakan Vina yang tidak leluasa hanya bisa menggerakkan tangan nya untuk keluar dari selimut.
"Enggak Vin" kata Reza masih menahan tubuhnya.
Tep
Vina menyentuh wajah Reza dengan kedua tangannya, mata Reza terbelalak melihat pergerakan tangan Vina yang cepat.
Cup
Vina menarik wajah Reza ke depannya, ciuman sekilas menyentuh bibir Reza. "Aku gak bisa"
Kalau Reza melepaskan selimut ini dan menahan tangan Vina, otomatis dia yang akan dijadikan bahan percobaan oleh Vina.
"Uhhh" keringat dari Vina yang mencoba menahan efek obat sekuat tenaga. Tapi melihat seorang lelaki berada di atasnya sudah pasti makin menaikkan dahaganya.
"Aku tidak ingin melakukannya di keadaan seperti ini" jelas Reza yang juga berusaha berfikir jernih.
Cup
Vina menariknya lagi dan memberikan sebuah kecupan yang tidak bisa Reza hindari. Tangan Vina mulai menjalari dada Reza juga wajahnya hingga tangan Vina menyentuh satu titik kelemahan Reza, yaitu telinganya.
Cup
"Kamu sendiri yang memintanya Vin, aku tidak bisa menahannya lagi" kata Reza langsung melumat bibir Vina yang dari tadi sudah menantinya.
Reza mulai melepaskan pakaiannya satu persatu dan masuk ke dalam selimut yang kini menutupi tubuh Vina yang seksi. "Aku tidak membantu mu Vin, tapi aku ingin mempertanggungjawabkan mu" bisik Reza di telinga Vina.
jangan lupa berikan rating untuk novel ini, follow dan berikan komentar juga yaa. thanks
Share this novel