Waktu berjalan seiring dengan hati yang mulai tumbuh benih-benih cinta. Entah siapa yang memulainya hingga rasa itu perlahan hadir bersama kebiasaan, keberadaan dan kebersamaan diantara keduanya.
"Ran, udah selesai?" tanya Doojoon daritadi menunggu Ran sedang siap-siap menuju ke pernikahan Vina dan Reza yang diadakan secara tiba-tiba.
"Bentar mas, dikit lagi" jawab Ran masih merapikan jilbabnya. Begitu banyak gaya jilbab yang dia lakukan tapi ujung-ujungnya membuat Ran repot dan kebingungan, apalagi Doojoon sudah mendesak ingin pergi karena memang sudah terlambat
"Jangan berlebihan, nanti istri aku dilirik crocodile" ucap Doojoon mengintip di balik pintu.
Ran tersenyum "Alhamdulillah. Aku kan cantik. Sekalian cuci mata tengok-tengok crocodile" jawab Ran narsisnya keluar lagi
"Sekali lagi ngomong gitu, kita gak jadi pergi" ucap Doojoon sepertinya ngambek. Ia langsung menuju ke mobil menunggu Ran.
"Bismillah. Yuk berangkat mas" ucap Ran bersemangat. Doojoon diam seribu bahasa, ia hanya memfokuskan diri melihat ke depan tanpa mengajak Ran berbicara.
"Mas?"
"Hm"
"Kamu marah?" tanya Ran menghadap ke arah Doojoon.
"Gak" jawabnya dingin
"Tadi aku cuma becanda mas" ucap Ran masih santai. "Mas!"
Kriittt, Doojoon menepikan mobilnya
"Ran, aku gak mau kamu jadi tontonan pria di luar sana. Kalau kamu direbut sama laki-laki lain gimana?" Celoteh Doojoon menatap Ran.
"Aku kan istri kamu, aku gak selingkuh kok" ucap Ran masih bercanda
"Aku serius Ran" ucap Doojoon mencubit pipi Ran. Jujur saja Doojoon sangat ingin menggigit Ran karena sangat kesal. Usia Doojoon yang berbeda 5 tahun dari usia Ran, ia mencoba untuk menyesuaikan sifat dewasanya dengan Ran.
Plak
"Ihhh, make up aku nanti beleber mas" keluh Ran menepis tangan Doojoon.
"Jujur sama aku, sebenarnya kamu makeup se sempurna ini untuk siapa? Hah?" tanya Doojoon menginterogasi. Jujur saja saat ini Ran terlihat sangat cantik sampai Doojoon sendiri merasa cemburu jika ada yang melirik istrinya nantinya.
"Untuk kamu lah, aku makeup buat setarain sama kamu yang se handsome ini. Masa suami aku totalitas sedangkan aku ngak!" Jawab Ran percaya diri.
"Mas, pasti banyak karyawan kamu yang dateng dan aku gak mau di kalah sama mereka" ucap Ran menunjukkan sifat aslinya lagi. "Ternyata kamu perduli juga sama komentar netizen" gumam Doojoon percaya. Seperti biasa dia selalu mengelus kepalanya jika gemas pada Ran.
"Sekarang kita berangkat" ucap Doojoon.
Setibanya di sebuah aula hotel tempat resepsi pernikahan Vina dan Reza diselenggarakan, para tamu sudah berdatangan dan berjabat tangan dengan pengantin yang sudah berada di atas pelaminan.
Para tamu undangan yang mengenal Doojoon langsung melakukan penghormatan pada Presdir mereka yang menggandeng seorang wanita cantik.
Melihat wajah Ran yang tadinya sangat narsis kini menjadi malu mendapatkan tatapan dari wanita yang sangat ingin mendapatkan tempatnya saat ini.
"Mas" panggil Ran pelan
"Iya"
"Ini pertama kalinya aku pakai high heels setinggi 12 cm. Jangan lepasin aku ya mas" ucap Ran tersenyum pada tamu yang melihat mereka
"Siapa juga yang nyuruh kamu pakai high heels setinggi itu. Nyiksa diri sendiri" kata Doojoon terkekeh kecil melihat tingkah konyol istrinya
"Kalau aku kesenggol terus jatoh, kamu juga kan yang malu. Pokoknya gak boleh jauh-jauh dari aku" ucap Ran masih berjalan senatural mungkin.
"Gak mau. Aku lepasin nih" ancamannya hanya fokus pada Ran.
"Ihhh, kamu mah" Ran mencubit perut Doojoon kuat.
"Shhh. Sakit sayang" pekik Doojoon sengaja mengeraskan suaranya
Ran membulatkan matanya pada Doojoon. Panggilan sayang yang pertama kali Ran dengar, apalagi di depan umum seperti ini. Ia bingung menggubris Doojoon seperti apa.
"Sayang!?" Ran langsung meninggalkan Doojoon menuju ke pelaminan dengan pipi merona
"Loh, itu bisa jalannya" ucap Doojoon mengusili.
"Ran!" Panggil Vina seperti biasa dengan kehebohan.
"Sebenarnya gue yang nikah apa kalian sih" ujar Reza melihat penampilan keduanya yang sangat memukau.
Setelan jas abu-abu dan gaun berwarna putih melekat di tubuh pasangan suami istri yang daritadi selalu bercanda dan akhirnya malu sendiri.
"Sahabat aku memang selalu jadi pemeran utama dalam setiap acara" puji Vina tulus pada sahabatnya
"Kenapa lambat datang? Biasanya kamu yang paling on time" tanya Reza dari tadi menunggu kedatangan mereka
"Karena ini nih, semua jadwal aku berantakan kalau sama dia" kata Doojoon merangkul Ran hangat
"Btw, aku mau kasih hadiah ke kamu" ungkap Vina tersenyum manis
"Apa itu?" tanya Ran penasaran
"Udah mau jalan 4 minggu" ucap Vina mengelus perutnya.
Plakk
"Beneran!" kata Ran refleks menabok lengan Doojoon sangat gemes
"Wahhh, selamat yaaa!" Kata Ran memeluk Vina bahagia.
"Terus kamu kapan?" tanya Vina ceplas-ceplos
Deg!
Menginginkan momongan? Tugasnya melayani suami masih belum bisa Ran penuhi. "Doain aja yang terbaik" jawab Doojoon langsung mengambil alih.
"Widihhh, ada pengantin baru juga di sini" kata seorang wanita menaiki pelaminan
Vina dan Ran langsung bertatapan "Sinta!" Panggil mereka sangat gaduh.
"Kayaknya kita gak dianggap di sini" keluh Reza hanya bisa menerima kenyataan di hari pernikahan nya.
"Ngomong dong, masa lo ngalah" Doojoon memanas-manasi Reza.
"Emang lo berani sama Ran?" tanya Reza juga penasaran
"Ya enggak lah. Cubitan dia itu...huuu ngeri" jawab Doojoon.
"Ciri-ciri suami jadi babu di masa depan" kata Fauzan bergabung.
"Emang lo ngak?" tanya Doojoon dan Reza
"Yaaa, gitulah" jawabnya juga sama.
Di saat mereka sedang asik ngobrol, Ran merasa ada yang ganjal. Seseorang sedang memerhatikan dia. Sret
"Itu kan...gak mungkin itu dia. Cuma perasaan aku kali" gumam Ran melihat seorang lelaki yang sangat dia kenal.
Ran mencoba memastikan kembali apakah lelaki itu dia, "mau ke mana?" tanya Doojoon memerhatikan gerak-gerik Ran
"Gak, tadi cuma lihat orang yang aku kenal kok" jawab Ran mengurungkan niatnya.
"Jangan jauh-jauh, nanti di culik orang" bisik Doojoon.
"Gak kok. Kamu mau makan apa? Aku ambilin" pesan Ran menuju meja yang dipenuhi makanan
"Biar aku aja. Kamu duduk di sini. Jangan macam-macam" kata Doojoon langsung pergi dengan sendirinya.
Ran sangat bahagia mendapatkan suami yang tidak pernah menyusahkan dia. "Enak ya kalian, lagi so sweet so sweet nya" kata Sinta pada Ran dan Vina.
"Iyaaa, aku tiap hari meleleh sama sifat Reza yang manis banget sama aku" kata Vina berbinar binar.
"Biasa aja" jawab Ran singkat.
Kedua wanita yang berada di hadapannya terdiam dengan mata membesar "Punya suami ganteng kok dianggurin" kata Vina menggelengkan kepalanya
"Ran... lo masih gak bisa ya lupain Rangga?" pikir Vina melihat Ran yang biasa saja dengan perlakuan suaminya
"Sudah pasti gue gak pernah ngelupain Rangga. Tapi seiring waktu, aku merasa nyaman sama dia, perlakuan dia, semuanya gak bisa aku tunjukkan ke orang-orang tentang apa yang aku rasakan" jawab Ran.
"Lo cinta sama dia?" tanya Vina penasaran
"Vin... kita kasih waktu buat Ran menyadari perasaan dia sama Doojoon" tahan Sinta menepuk bahu Vina.
"Ran, jangan lama-lama ya. Biar anak aku ada temennya" pesan Vina mengedipkan matanya berharap.
"Hoi ibu-ibu, gak nyadar ada suaminya di sini malah gosipin rumah tangga orang" kata Reza hanya menjadi pendengar bersama Fauzan.
"Tuh lihat, dia itu cuma lembut sama lo doang. Penyayang lagi" keluh Sinta.
"Ekhem!" Fauzan memberikan kode pada istrinya
"Diem woi, orangnya udah datang" kata Vina melihat Doojoon membawa sepiring makanan untuk Ran.
"Buat kamu mana?" tanya Ran ketika menerima makanan dari Doojoon.
"Aku gak lapar. Kamu aja yang makan, jangan sampai ma'ag nya kambuh lagi" tutur Doojoon mengecup kening Ran kemudian mengelus kepala Ran lembut, lalu duduk di sampingnya.
Mata Sinta dan Vina menatap tajam Ran seolah-olah Ran tidak peka terhadap sentuhan Doojoon. Mereka memberikan kode mata agar Ran membalasnya.
Ran terkekeh, menggelengkan kepalanya untuk menolak permintaan sahabatnya. "Nanti aja kalau di rumah" ucap Ran melihat sahabatnya. Doojoon yang baru datang tidak mengerti mengapa ke 3 wanita itu sibuk memberikan kode.
"Jangan tanya aku. Nanti gak dapat jatah malam" jawab Reza ketika Doojoon meminta penjelasan.
"Aku gak ngerti juga" jawab Fauzan mengangkat kedua bahunya.
"Rahasia mas" jawab Ran melihat Doojoon masih sangat penasaran.
"Btw.. Doni mana? Kok aku gak lihat dia dari tadi" tanya Ran mencari keberadaan Doni adik Vina.
"Biasalah anak muda, dia ngambek sama gue" jawab Vina terbiasa dengan sifat adiknya.
"Kalian sih gak terus terang sama dia. Jadi dia marah, seolah dia itu gak dianggap penting sama sekali" oceh Ran merasa kesal, seharusnya Doni juga berada di tempat ini.
"Gue udah bujuk tapi malah masang mode gahar sama gw" kata Reza juga merasa bersalah.
"Terus sekarang dia di mana!?" tanya Ran cemas
"Paling di rumah temannya" jawab Vina.
"Vin, dia itu butuh kasih sayang dari kamu sebagai kakaknya. Dia juga pengen diperhatiin sama kamu" tutur Ran sebenarnya tidak tega memberikan komentar di suasana yang berbahagia ini.
"Ran! Lo tau kan dia itu keras kepala dan gak bisa di atur! Durhaka dia nya" Vina menaikkan nada suaranya
"Semua masalah yang dia perbuat itu artinya dia butuh lo, dia butuh perhatian lo. Siapa lagi kalau bukan kamu-"
"Cukup Ran! Lo gak tau sifat asli dia gimana! Gue gak mau bahas anak rese itu lagi!" Kata Vina emosi.
Intinya kalau Ran dan Vina bertengkar, tidak ada yang berani menghentikan mereka sekalipun Sinta.
"Sorry Vin. Gue emang salah ngomongin ini di hari bahagia lo" ucap Ran melangkah pergi meninggalkan mereka di meja tamu.
"Ran..." Panggil Doojoon mengikutinya dari belakang
"Kita balik aja mas. Aku males ngomong sama Vina" pinta Ran mengadu.
"Oke. Kita balik sekarang" jawab Doojoon membawa Ran kembali ke rumah mereka.
Di dalam mobil, wajah Ran terlihat sangat kesal. "Ngomong sama aku, jangan di pendam kayak gitu" bujuk Doojoon menyetir mobilnya lambat.
Namun Ran diam, dengan wajah yang makin cemberut. Hingga sampai di rumah Ran masih saja diam.
Tep, Ran menarik lengan jas Doojoon. Ran tertunduk diam menggenggam sedikit jas itu menahan Doojoon untuk melangkah.
"Aku memang salah ngomong gitu ke Vina" keluh Ran di hadapan Doojoon. Akhirnya Ran curhat pada suaminya. Doojoon membawa Ran duduk di sofa ruang tamu.
"Hiks hiks Aku cuma kasihan sama Doni, seharusnya dia juga menikmati kebahagiaan itu bersama-sama" ucap Ran bersama dengan air mata yang mengalir.
"Apa yang ucapkan itu benar tapi tidak seharusnya kamu memberikan komentar di depan orang-orang. Pasti Vina tidak enak jika para tamu mendengar hal itu. Aku tahu maksud kamu itu baik tapi suasananya berbeda sayang" Doojoon menjelaskan dengan nada lembut agar menyentuh hati Ran yang emosi.
"Hiks hiks, aku khawatir sama Doni mas. Sekarang dia udah makan apa enggak terus ini sudah seminggu dan Vina sama sekali gak khawatir sama keadaan adiknya" kata Ran begitu menyayangi Doni.
"Sudah pasti dia khawatir, mungkin Doni butuh waktu sendiri untuk memikirkan hal yang tiba-tiba terjadi" jawab Doojoon dengan tutur bahasa yang baik
"Aku memang salah" ucap Ran menyesali perbuatannya.
"Makasih hiks hiks mas" ucap Ran menyeka air matanya.
"Udah, gak usah nangis. Aku gak suka kamu nangis karena laki-laki lain" ucap Doojoon menenangkan.
"Tapi kan dia sudah aku anggap sebagai adik sendiri" jawab Ran
"Iya iya. Ini yang terakhir" kata Doojoon menarik Ran dalam pelukannya.
Share this novel