Episode 30

Romance Series 19934

Saat Ran sudah berada tepat di depan tenda rumah pak RT, dia masih di dalam mobil sedan milik Doojoon yang menjemputnya dari kampus setelah mengajar.

"Pak, tidak perlu tunggu saya. Bapak langsung saja ke perusahaan. Saya bisa pulang sendiri jalan kaki" pesan Ran saat turun dari mobil.

"Tapi nona, tuan sudah memerintahkan saya untuk menemani nona sampai selesai" jawab supir Doojoon menjelaskan

"Tidak perlu pak, nanti saya bicara ke suami saya. Bapak kembali saja ke kantor. Lagian rumah saya kan dekat dari sini" ucap Ran tidak ingin ditemani, yang ada ibu-ibu kompleks pasti akan merasa tidak nyaman man jika ada yang mengawal Ran.

"Baik nona, saya kembali dulu" ucap sang supir langsung pergi meskipun ragu-ragu

Ran langsung pergi menghampiri ibu-ibu yang memperhatikannya dari luar

"Wahh, mba Ran kan istrinya mas Doojoon?" Terka seorang wanita tua yang ramah menyambutnya

"Iya mba, saya istrinya. Maaf saya datang telat karena ada urusan sedikit" tutur Ran dengan suara lembutnya

"Gak apa apa mba, saya istrinya pak RT, dia sudah cerita katanya mba Ran mau datang ke sini. Saya sangat bersyukur loh mba" ucap ibu RT langsung mempersilahkan Ran masuk untuk menemui ibu-ibu lainnya yang memang sudah menunggu

"Assalamualaikum" ucap Ran ketika masuk ke dalam rumah

"Waalaikum salam" jawab ibu-ibu serentak

Mereka pangling melihat wanita cantik bak bidadari dengan senyuman ramahnya, belum lagi warna kulit yang sangat putih bersih itu seperti hal langka di kompleks mereka.

Wajah Ran yang hanya dipolesi sedikit makeup terlihat sangat sederhana tapi berkelas di mata ibu-ibu

"Wahh, ternyata mas Doojoon tidak bohong bilang istrinya sangat cantik, kami sampai pangling" ucap ibu-ibu itu punya topik baru lagi

"Ahh, mba bisa saja" jawab Ran dengan senyuman

"Namanya siapa mba?" Tanya ibu di sampingnya

"Saya Ran mba, salam kenal" ucap Ran berkenalan dengan ibu-ibu yang sangat banyak berkerumun

Mereka tentu antusias melihat Ran yang humble dan ramah pada setiap orang. Apalagi senyumannya itu bikin pangling ibu-ibu

"Sini biar saya bantu mba" ucap Ran ingin mengambil bumbu dapur yang sedang di bersihkan oleh ibu-ibu

Mereka melihat tangan Ran saja sudah tidak tega jika menyentuh bumbu-bumbu yang tidak ada harganya jika di bandingkan dengan Ran. "Ehhh, gak usah mba, biar kami saja yang bekerja. Mba liatin aja" ucap ibu-ibu itu sudah kena serangan heart attack dari Ran.

Justru Ran sepertinya tidak sesuai dengan tempat nongkrong nya saat ini yang di dominasi oleh ibu-ibu umur 30 tahun ke atas. Mereka menganggap Ran seperti anak mereka sendiri

"Saya datang ke sini mau membantu mba, saya sudah biasa melakukannya" ucap Ran tidak enak hati jika hanya menyaksikan mereka dan akhirnya Ran juga ikut membersihkan rempah rempah itu dengan bahagia

"Mba menikah sudah berapa lama?" Tanya seorang mba yang penasaran

"Mmm, mau masuk dua bulan Mba " jawabnya

"Wah, masih panas panasnya tuh" ucap mereka mengompori

"Iya, bawaannya di kamar terus, hehehe" tambah ibu RT tertawa

Ran hanya diam sambil memasang senyum, semua yang dikatakan ibu-ibu itu memang benar.

"Umurnya berapa mba?" Tanya mereka lagi seperti wartawan

"Mau masuk 25 mba" jawabnya sopan. Meskipun dia mulai risih karena tidak ingin membahas identitas pribadinya

"Wahhh, mba Ran seorang dosen ya?" Tanya mereka lagi.

Ran mengangguk merespon pertanyaan itu "udah udah, gak usah tanya-tanya lagi, mba Ran sudah bingung menjawab pertanyaan kalian yang bertubi-tubi" kata Bu RT memang mengerti.

Ran melirik ibu RT, dengan santainya Bu RT memberikan kedipan mata karena memahami perasaan Ran.

Mereka mengobrol-ngobrol seperti ala-ala ibu-ibu yang menggosip, Ran sudah biasa hal yang seperti ini waktu dia bersama ibunya pergi ke tempat acara atau selamatan

"Mba Ran, kenal gak sama tetangga mba yang baru pindah di kompleks ini juga" tanya ibu-ibu pada Ran.

"Saya jarang di rumah mba, jadi kurang berbaur dengan tetangga" jawab Ran jujur

"Kita ngerti kalau mba Ran sama suami itu sibuk, tapi mereka sudah lebih dulu tinggal di kompleks ini tapi gak pernah sapa atau datang ke acara kayak gini, padahal udah di undang sama pak RT" ucap ibu itu memberikan kesan tidak suka pada tetangga beru yang Ran tidak tahu sama sekali

"Iya, masa pas kita lagi ngumpul beli sayur tiba-tiba mba nya lewat terus natap kita sinis dan sombong banget" keluh mereka tidak suka

"Mungkin mba nya masih segan untuk menegur, atau mba nya gak lihat kali" jawab Ran positif thinking

"Tapi kayaknya orang itu sombong karena suami dia itu dari keluarga kaya jadi mungkin gak selevel sama kita" ucap ibu-ibu itu dengan kesal.

"Mba Ran saja bela-belain datang ke sini biar lagi sibuk. Dia nya yang seharian di rumah terus sambil mutar musik setiap malam, gede banget lagi suaranya"

Seolah mereka membandingkan penghuni baru kompleks hingga akhirnya gosip mulai menyebar. Tentu saja Ran hanya diam mendengarkan dan mencoba berfikir positif. Dia sama sekali tidak peduli ibu-ibu bergosip tapi demi menghargai dia berpura-pura mendengar meski hal itu tidak disukainya

Brak

"Nih ibu-ibu minumannya! Ingat dosa ngegosipin orang nanti dapat musibah!" Ucap seorang gadis yang masih muda mengantarkan minuman untuk mereka.

"Gak usah ikut campur, ini bukan urusan kamu Ririn. Anak kecil gak usah dengar!" Ucap ibu-ibu tersinggung

"Hii, Ririn udah gede lo tante" jawab Ririn belum menyadari seorang wanita sedang memperhatikannya

"Ehh, ini kan..." Ririn mencoba mengingat "Miss Ran Tania kan?" Tebak Ririn tidak salah

Miss adalah panggilan seorang dosen yang masih single, Ririn tahu kalau Ran itu masih jomlo

"Iya, kamu siapa ya?" Tanya Ran mencoba mengingat

Ririn langsung mengelap tangannya segera bersalaman dengan wanita yang menjadi panutannya "saya Ririn dari universitas X miss, miss pernah menjadi bintang tamu di seminar kami" jawab Ririn mencoba memberi tahu

Tentu saja Ran sudah sering mendapatkan undangan seminar ataupun panggilan mengajar dari berbagai universitas karena kualitas dan prestasi yang di milikinya

"Ohh, salam kenal Ririn" ucap Ran membalas uluran tangan nya

"Wahh, gak nyangka bisa ketemu Miss di sini" Ririn sudah tidak memperdulikan ibu-ibu yang sudah berhenti bergosip dan mendengarkan mereka mengobrol

"Kamu tinggal di kompleks sini juga?" Terka Ran

"Iya Miss, saya tinggal di kompleks dekat mini market" jawabnya semangat.

"Ohhh, saya juga baru tinggal di kompleks ini" jawab Ran memberitahu

"Wahh, nanti kapan-kapan boleh gak saya ke rumah Miss jalan-jalan?" Ucap Ririn blak-blakan

Plakkk

"Tuh sana cucian piring numpuk, nanti dilanjutin lagi ngobrolnya" seseorang menabok kepala Ririn tidak kuat tapi membuat nya kesal. Seperti itulah ibu-ibu yang sudah sangat mengenal anak aktif satu itu. Ran hanya tersenyum mengingat masa kecilnya sama seperti Ririn yang ceplas-ceplos dan super duper aktif. Sekarang sih masih sama, tapi di kurangi.

"Silakan di minum Miss, saya ke dapur dulu" pamit Ririn beranjak pergi

Tak terasa waktu sudah sore dan akhirnya Ran berpamitan pada ibu-ibu untuk pulang ke rumahnya. Terparkir di halaman jalan rumah Bu RT sebuah mobil sedan hitam milik Ran. Ia segera masuk demi menghindari kegaduhan ibu-ibu dari rumah

"Huh, akhirnya selesai juga" ucap ran kelelahan

"Capek ya?" Tanya Doojoon dari tadi menunggu dalam mobil

"Astaghfirullah! Mas Doojoon bikin kaget aja" keluh Ran menabok lengan Doojoon refleks

"Lama banget, ini udah mau magrib Ran" kata Doojoon menunjukkan jam tangannya

"Hehe, sorry kelamaan, ibu-ibu nya asik dan ramah lagi" kata Ran menceritakan sedikit kisahnya

"Kita pulang dulu, nanti kita bicara itu di rumah. Kamu pasti capek" kata Doojoon memerintahkan sopir untuk menjalankan mobilnya

Setelah mereka dinner bersama di lantai satu, Ran sedang menonton di ruang bawah sambil menikmati puding kemarin dari Vina.

Saat ini dia sedang nonton animasi Upin Dan Ipin di serial TV kesukaan ponakan kesayangannya di Bandung.

"Besok jadi pergi kan?" Tanya Ran tiba-tiba Doojoon menghampirinya duduk di sofa

"Jadi dong, besok kita pergi. Terus ke rumah pak RT bawa apa?" Tanya Doojoon ikut memakan puding manis di piring kecil Ran.

Ran langsung menengok suaminya yang tidak mengerti apa-apa "Astaghfirullah, kok aku lupa ya mas. Aku niatnya mau kasih hadiah ke anaknya pak RT" keluh Ran memberikan puding manis itu ke tangan Doojoon, ia langsung meraih handphonenya mencari barang yang ingin dia berikan.

"Masih keburu gak ya aku pesan online barangnya?" Gumam Ran memilih sebuah sepeda untuk anak laki-laki.

"Gimana kalau kita keluar beliin" ajak Doojoon melanjutkan makannya

"Emang mall masih buka?" Tanya Ran melirik jam dinding besar di sudut ruangan itu

"Masih, ayok siap-siap"

Ran langsung beranjak menuju ke walk in closet mencari pakaiannya. Kali ini Ran memakai celana kulot hitam ala kekinian, baju manset hitam yang di tutupi dengan outer blazer panjang berwarna putih yang selaras dengan jilbab pashmina nya. Sedangkan Doojoon memakai kaos putih panjang yang dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam dan drawstring pants atau biasa juga di sebut celana piyama yang sangat cocok di gunakan jika sedang santai.

"Sayang, nanti kamu di pikir cewek single kalau style nya kayak gini" keluh Doojoon melihat penampilan Ran yang sangat cantik.

"Kan kamu yang beliin ini semua, jadi sebagai istri aku dengan senang hati memakainya" jawab Ran merapikan jilbabnya

"Kalau gitu, gimana kalau malam ini kita kencan" pikir Doojoon sudah lama tidak bersenang-senang di luar

"Beneran!!?? Serius??"mata Ran berbinar sangat bahagia

"Yah gimana lagi, kamu secantik ini rugi kalau cuma mampir beli hadiah" jelas Doojoon tidak bisa memalingkan pandangannya

"Ayokkk" ajak Ran bersemangat.

Tiba saat di garasi, Doojoon segera mengambil kunci mobil, wajah Ran seketika berubah sedih. "Kenapa? Gak jadi pergi?" Tanya Doojoon peka melihat raut wajah Ran

"Katanya kencan, aku pikir kita naik motor kena angin sepoi-sepoi gitu" gumam Ran membuat Doojoon tersenyum melihat tingkah istrinya

"Kamu baru sembuh sayang, naik mobil aja ya" bujuk Doojoon lembut. Tapi mata Ran tidak berhenti melihat motor gagah terbungkus rapi dengan mantelnya.

Doojoon menghela nafas panjang, wanitanya ini sungguh keras kepala "oke, kalau kamu mau kita naik motor" ucap Doojoon terima "tapi-"

"Tapi apa?" Tanya Ran langsung menengok suaminya

"Sepanjang jalan harus peluk aku erat-erat, biar gak masuk angin" ujar Doojoon dengan senyuman setannya dalam hati

"Oke. Aku terima!" Jawab Ran sangat bahagia, saking bahagianya dia sampai melompat-lompat kecil melihat Doojoon melepaskan mantel yang menutupi motor mereka.

Ran dengan sigap langsung memakai helm yang di bantu oleh Doojoon "pelan-pelan naiknya" pesan Doojoon memegang pergelangan tangan Ran yang berada di pundaknya. Sedangkan ia sudah berada di atas motor "udah" jawab Ran sudah berada di belakang Doojoon.

Doojoon melepaskan jaket kulitnya, memutar posisi res jaket yang tadinya di depan kini berada di belakang. "Masuk ke dalam" pesan Doojoon mengarahkan tangan Ran masuk ke dalam jaketnya, Ran mengikuti perintahnya. Mengalungkan tangannya di pinggang Doojoon. Jaket kulit itu kini menutupi keduanya.

"Siap?" Tanya Doojoon memastikan

"Siap dong" jawabnya "Jangan cepat-cepat bawa motornya" peringat Ran sebelum motor berjalan ke luar, ia sudah nyaman memeluk tubuh Doojoon yang hangat dari belakang.

Kini sepeda baru itu sudah di bawa oleh pengawal Doojoon yang membawa mobil. Kini mereka berdua yang menikmati indahnya pemandangan malam kota Jakarta di rooftop Mall yang mau menunjukkan pukul 10 malam yang bertanda akan segera tutup

"Malam ini kita jalan ke mana?" Tanya Ran menggandeng lengan Doojoon

"Kita nongkrong di cafe aku aja" jawab Doojoon menaruh tangan Ran dalam jemarinya

"Boleh, udah lama gak ke sana" jawab Ran

Tiba saat mereka di cafe yang di kerumuni oleh banyak anak muda yang nongkrong meskipun ini bukan malam Minggu, karena dekat dengan kampus Ran mengajar jadi para mahasiswa pasti berkumpul di sini

Saat tiba di depan pintu masuk, manager cafe langsung menyambut mereka "silakan masuk bos" sapa manager dengan ramah. Doojoon mengangguk dengan tatapan tegasnya "kamu mau duduk di mana?" Tanya Doojoon menawarkan sang istri tercinta

"Aku mau duduk di dekat panggung dengerin vocalisnya nyanyi" jawab Ran. Tapi hampir semua meja dipenuhi oleh pengunjung

Managernya langsung mengambil alih, "bos, di sana ada dua kursi kosong, kalau bos tidak keberatan duduk dengan para pengunjung" saran manager pada bos pemilik cafe yang sudah memiliki banyak cabang di Jakarta

"Gak apa-apa kamu duduk bareng mereka?" Tanya Doojoon melihat Ran dengan wajah yang serius mendengarkan vocalis wanita sedang bernyanyi

"Gak apa-apa, kamu gak apa-apa kan?" Tanya Ran balik

Doojoon tersenyum, sang manajer langsung mengarahkan mereka ke tempat duduk yang langsung dibersihkan oleh manager itu sendiri

"Maaf mas, boleh tamu saya gabung di sini. Soalnya semua kursi sudah penuh" ucap sang manager pada mereka.

"Boleh mas, kita juga udah mau pergi kok" jawab gadis di sampingnya

Dua insan yang menarik perhatian para orang-orang yang mereka lintasi sungguh ramai. Para karyawan langsung membersihkan meja dengan sekejap mata. Mereka tahu kalau lelaki bersama dengan wanita itu adalah bos mereka, jadi mereka harus memberikan servis yang terbaik.

Ran dan Doojoon duduk berhimpitan menghadap ke arah panggung tempat hiburan yang sangat dekat dengan mereka

Meja itu memang khusus untuk pengunjung yang lebih dari empat orang, jadi memang ukuran meja yang panjang sekitar 2 meter.

"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya Doojoon dari tadi sang manager menuggu pesanan keduanya

"Terserah kamu aja" jawab Ran.

"Hot cappucino 2, gulanya dikit. Sama ini semua" tunjuk Doojoon di menu spesial cafe itu.

"Kok hot sih, aku ice" ucap Ran

"Nanti sakit lagi gimana?"

"Udah sembuh juga!"

"Oke. Ice cappucino 1 yang hot 1"

"Ehh, aku mau dessert yang paling enak ya"

Setelah mencatat pesanan sang bos, manager langsung meninggalkan mereka dan menuju ke tempat pesanan. Ran menikmati suara sang vocalis yang sangat lembut menyanyikan lagu terbaru di kalangan anak-anak muda.

"Mas"

"Hm?"

"Kamu kenal gak sama tetangga baru di samping rumah kita?" Tanya Ran baru ingat perkataan ibu-ibu kompleks

"Aku gak kenal, kita kan jarang keluar rumah. Tapi aku tahu info dari pak RT memang ada tetangga baru yang profesinya sama dengan aku" jawab Doojoon mengingat

"Kalau istrinya kamu tahu gak?" Tanya Ran penasaran

Doojoon terkekeh, tumben istrinya sangat kepo dengan urusan orang "mau aku cari informasi istri tetangga kita?" Ucap Doojoon

"Gak usah! Gak butuh!" Jawab Ran datar

"Cemburu? Hm?" Tanya Doojoon mengusili

"Mas sih, orang lagi serius bawaannya becanda!" Ketus Ran jengkel

"Kapan aku becanda?"

"Ihh, beteeee" keluh Ran menabok lengan Doojoon kesal.

Doojoon menangkap kedua tangan yang sedang memukulnya "gak malu di liatin orang?" Bisik Doojoon di telinga Ran

"Astaghfirullah, jaga image Ran" gumam Ran di dengar jelas oleh Doojoon

"Masuk sini biar gak diliatin orang" Doojoon membuka res jaket kulitnya untuk Ran masuk ke dalamnya

"Gak mau!"

"Ya udah gak usah, biar kamu diliatin mereka terus" ucap mengompori

Srukk, Ran termakan oleh omongan suaminya. Dengan polosnya dia masuk ke dalam jaket Doojoon menutupi wajahnya. Justru semakin banyak yang memperhatikan mereka karena keahlian mempengaruhi Doojoon yang selalu mempan bagi Ran.

"Udah gak diliatin?" Tanya Ran masih menutupi wajahnya

"Udah enggak" jawab Doojoon dan Ran percaya itu.

jangan lupa comment ya

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience