Episode 20

Romance Series 19934

Sehari sebelum keberangkatan Ran ke tempat perkemahan, ia memanjakan dirinya dengan berendam di bathtub ketika kembali dari kampus. Menaruh beberapa wewangian di dalam bathtub yang sedang di alirkan air untuknya berendam.

"Pilih mana ya?" Ran memilih aroma sabun untuk di masukkan ke bathub.

"Pilih ini deh" Ran memilih sabun yang beraroma khas Vanila kesukaannya.

Beberapa menit bathub dipenuhi oleh busa yang banyak, perlahan Ran melepaskan jubah mandinya dan masuk ke dalam bathtub.

Memutar musik kesukaannya, sama seperti Muti yang menyukai lagu Korea, lebih khususnya K-Pop yang santai dan membuatnya kadang ikut menari mengikuti irama.

Doojoon yang masih berada di perusahaan sibuk dengan berkas-berkas yang harus diselesaikan. Tapi ketika mengetahui istrinya yang akan pergi meninggalkannya besok, ia harus menyelesaikan semuanya secepat mungkin untuk pulang ke rumah lebih awal.

"Za?"

"Ada apa pak?" tanya Reza formal karena mereka sedang berada di kantor

"Kamu pergi?" tanya Doojoon sudah menanyakan hal yang sama untuk kesekian kalinya.

Reza menghela nafas panjang "Bapak Kang Doojoon yang saya hormati, saya akan pergi bersama dengan istri saya pada sabtu sore. Dikarenakan pekerjaan kami yang berada di kantor harus mengikuti prosedur hari libur pak. Kalau saya perginya besok, apa bapak bisa menggantikan saya sebagai sekertaris bapak sendiri?" tanya Reza menjelaskan sudah kesekian kalinya.

"Tapi Ran berangkatnya besok. Terus saya sudah izinkan. Dia sama siapa kalau kalian gak ada?" Doojoon memikirkan dengan sangat teliti ketika istrinya sendiri di perkemahan.

"Teman-teman yang lain kan banyak. Ran itu mudah berbaur kalau di sana menyenangkan. Terus Ran kan masih terbilang muda-"

"Jadi kamu nyinggung saya yang sudah tua ini?" Doojoon sedikit kesal dengan jawaban Reza.

"Aku kan gak bilang tua. Maksudnya pasti banyak mahasiswa seumuran Ran di sana" Reza memberikan penjelasan

"Bonus kamu saya potong" singkat Doojoon mengakhiri percakapannya.

"Loh, gak bisa gitu dong! Ini namanya-"

"Ngomong lagi, sayak gak ajakin kamu ke Korea gratis" tambah Doojoon sudah sangat kesal. Apalagi istrinya yang sangat imut dan cantik itu akan bertemu dengan banyak orang, memikirkannya saja sudah membuat Doojoon sakit kepala.

"Oke. Gue diem."

"Akhhhh!" Kesal Doojoon dalam dirinya.

"Loh, mau ke mana?" tanya Reza. Doojoon yang mengambil jas yang tergantung di hanger bergegas pergi mencari kunci mobil

"Kirim semua berkas ke email. saya mau pulang" perintah Doojoon meninggalkan ruangan nya.

"Hah. Kasian amat sih abang gue" ujar Reza melihat Doojoon tidak bisa berfikir tenang.

Wanita yang tipikal orang yang sangat aktif tapi menyukai kedamaian sungguh sangat selaras ketika dia sendirian di rumah. Bernyanyi, menari adalah salah satu kelebihan yang dia sembunyikan jikalau ada orang di rumah, sekalipun itu suaminya pasti dia tidak akan menunjukkan sisi keaktifannya itu

Jadi ketika sendirian di rumah, Ran bisa berbuat sesukanya tanpa ketahuan oleh siapapun.

"Assalamualaikum, Sayang?" Panggil Doojoon sudah merubah panggilannya untuk Ran. Secara terang-terangan mengakui perasaannya.

"Kok gak ada suara?" Doojoon melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 02:30 siang.

Dia berjalan melewati tangga menuju ke lantai 2 kamar mereka. Suara musik keras melalui TV yang di sambungkan dengan pengeras suara yang berada di kamar. Ran tidak menyadari kedatangan suaminya yang kini berada di kamar sambil mengamati sekeliling.

Tit. TV itu dimatikan karena Doojoon tidak menemukan siapapun.

"Dia di mana sih" ujar Doojoon melihat pintu kamar mandi yang terbuka lebar.

Tap

Tap

Tap

Doojoon melepaskan jas nya di kasur, melepas kancing baju paling atas kemudian melonggarkan sedikit dasinya yang terasa sesak.

"Ran? Sayang?" Panggil Doojoon melangkah menuju ke kamar mandi.

Melewati wastafel yang berdampingan dengan kamar mandi.

Menghirup wangi yang begitu menyejukkan setiap kali dia mendekati satu titik dengan bunyi air yang seperti dikepak-kepakkan.

"Kok musiknya mati!" Gumam Ran tersadar dari meditasi nya yang sangat menenangkan.

Doojoon hanya diam ketika mendengar suara Ran di balik tirai bathtub. Ia ingin melangkah mundur dan tidak ingin mengganggu. saat ini jarak Doojoon dengan bathub hanya berjarak dua meter. Tapi keberuntungan datang padanya

Srek

Tirai terbuka lebar

Ran berdiri dengan keadaan telanjang bulat, posisi Ran yang ingin melangkahkan kakinya keluar mengambil jubah mandinya tergantung di dinding.

Ketika Ran menyadari sosok yang sedang menatapnya dengan tatapan kebingungan.

Glek. Doojoon menelan saliva nya ketika menatap Ran

Ran juga kebingungan, biasanya suaminya pulang agak petang tapi kini berada di depannya

"Emm...Ran, kamu..." Doojoon memalingkan pandangannya.

"Mas Doojoon!" Ran baru menyadarinya. Ia meraih jubahnya dan buru-buru memakainya

Brak

"Ran!" Doojoon refleks menangkap Ran tergelincir di lantai kerena kakinya yang licin.

Set, "ugh" desah Doojoon tertindih oleh Ran. Ia sedikit kesakitan ketika menangkap Ran hingga mereka terkapar di lantai.Belum lagi Ran tidak memakai jubahnya dengan rapi, hingga nampak kedua dada yang kenyal itu.

Tep

Dengan sigap Ran menutup kedua mata Doojoon dengan tangannya.

"Ran, kenapa mata saya ditutupi? Masih pengen lihat aku nya" ucap Doojoon terkekeh ketika menyadari bahwa Ran sangat malu saat ini.

"Diem! tutup matanya!" Perintah Ran melepaskan satu tangannya untuk membenarkan kedua payudaranya yang terlihat.

Tangan Ran yang mungil menutup rapat mata Doojoon tidak mampu menghalangi mata Doojoon yang mencuri-curi pandang melalu sela-sela jari tangan Ran.

"Besar juga" gumam Doojoon sangat terhibur.

"Kamu ngomong apa?" Ran mendengar nya samar

"Mau di bantuin?" Tawar Doojoon ingin menetralkan suasana yang panas ini.

"Udah selesai" jawab Ran

"Terus kamu gak mau pindah dari tubuh saya" kata Doojoon sudah merasa nyaman pada posisi mereka.

"Gak" jawabnya pindah dari tubuh Doojoon.

"Ran?"

"Hm?"

"Kapan?"

"Kapan apa?"

"Kapan aku dapat jatah?" tanya Doojoon serius

"......."

"Sekarang saya siap kok" Doojoon meyakinkan.

"Kamu... pengen ya?" Ran gugup dan tidak ingin menolak suaminya. Tapi dia tidak ingin membohongi hatinya yang masih belum siap.

Janji saat malam pertamanya dengan Rangga dulu, selalu saja membuat hati sesak. Yaitu jiwa dan raganya hanyalah untuk Rangga seorang. Janji selamanya hingga tak akan pernah hilang. Apalagi cinta yang saat ini sedang memegang peranan penting dalam menjalankan hidupnya dengan seorang pria yang sangat sabar dan tulus akan perasaannya.

Melihat wajah murung Ran yang sedang memaksakan dirinya

"Nggak kok. Cuma mau ngetes aja" jawab Doojoon tersenyum, ia memahami semuanya membutuhkan waktu yang lama.

"Maaf tadi saya lancang masuk ke sini" ucap Doojoon tulus.

"Aku yang salah gak kunci pintu" tolak Ran juga ceroboh.

"Lanjut lagi mandinya. Aku mau lanjutin kerja" tutur Doojoon mengelus kepala Ran.

"Mas?"

"Apa sayang?"

"Makasih"

"Sama-sama" jawabnya meninggalkan Ran.

"Hah! Kendalikan dirimu Doojoon. Jangan terburu-buru" keluh Doojoon membayangkan tubuh Ran yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Arkkk! FOKUS!" Doojoon tidak bisa bekerja dengan baik di depan layar laptopnya di atas kasur.

"Kalau tahu gini. Mending aku di kantor selesain semuanya" akhirnya Doojoon menyesal telah pulang ke rumah lebih awal. Penyiksaan yang tiada penawarnya ini sungguh melelahkan bagi Doojoon.

Melihat Ran buru-buru menghampiri meja make up nya, memeriksa setiap kotak juga lemari mencari sesuatu.

"Cari apa?" tanya Doojoon menghampiri Ran.

"Pembalut aku habis" jawab Ran sedikit sedih.

Memelaskan wajahnya menatap Doojoon "beliin pembalut di depan" pinta Ran lembut.

"Oke" jawab Doojoon langsung pergi.

Demi menghilangkan bayang-bayang Ran yang selalu menghantuinya, apa saja akan dia lakukan. Pertama kalinya dia berjalan melewati kompleks yang sudah ramai dengan anak-anak bermain dan para orang tua yang sedang mengobrol di sebuah pondok pos kamling yang baru saja dia lewati.

Sorotan mata para orang tua pada Doojoon, ia berjalan lambat dan tersenyum merespon mereka.

"Mampir dulu mas!" Panggil bapak-bapak yang berada di pos kamling. Sementara ibu-ibu sudah mulai bergosip melihat wajah yang tidak biasa di mata mereka

Doojoon menghampiri meskipun dia sedang buru-buru karena Ran menunggu di rumah

"Assalamualaikum pak, bu" sapa Doojoon sopan.

Dia menundukkan kepalanya karena bersentuhan dengan atap pos kamling yang kecil dan pendek. Doojoon terlihat seperti tiang karena sangat tinggi dari bapak-bapak yang memiliki ukuran normal.

"Waalaikum salam" jawab mereka sedikit gugup. Penampilan Doojoon masih seperti anak muda pada umumnya, celana jeans hitam bersama dengan sweater biru tebal dengan sendal yang bermerek sungguh terlihat seperti lelaki cool

"Mas yang tinggal di rumah besar itu kan?" Tanya bapak kepala RT pada Doojoon

"Iya pak. Saya baru tinggal di kompleks sini sama istri" jawabnya nurut

"Ohhh. Pengantin baru ya mas?" Tanya ibu-ibu kepo.

"Iya mba. Sebulan yang lalu" jawab Doojoon

"Namanya siapa mas?"

"Saya Doojoon pak. Kang Doojoon" jelas Doojoon menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari bapak-bapak dan ibu-ibu kepo.

"Mas bukan orang indo ya?"

"Iya, saya dari Korea pak"

"Wahh, bahasa Indonesia nya sangat lancar ya"

"Keluarga mama asli Indonesia. Jadi sudah lancar pake bahasa Indonesia" Doojoon seperti dalam suasana wawancara

"Pak Doojoon pasti punya istri yang cantik" puji ibu-ibu yang mengakui ketampanan Doojoon sudah pasti kalah dengan penampilan suami mereka

"Istri saya memang sangat cantik" jawab Doojoon percaya diri.

"Istrinya orang Korea?"

"Asli Indonesia pak"

"Wahhh, beruntung sekali istrinya dapat orang setampan bapak"

Biasanya ibu-ibu yang memuji, tapi kini bapak-bapak ikut-ikutan karena penasaran.

Doojoon hanya tersenyum, ia tidak ingin menjawab pertanyaan lagi yang merujuk lebih dalam ke hubungan pribadi nya.

"Lagi bahas apa pak?" tanya Doojoon akhirnya mulai bertanya

"Kami sedang membentuk shift malam buat jaga-jaga. Sekarang musim maling mas. Komplek sebelah sudah dua rumah yang dirampok" jelas pak RT sudah menulis list nama-nama keluarga yang tinggal di kompleks.

"Maling?"

"Iya mas Doojoon. Jadi nama mas saya masukkan di list ya?"

"Silahkan pak. Hubungi saya saja kalau sudah ditentukan jadwalnya" pesan Doojoon memberikan kartu namanya.

"Ohh, iya mas"

"Kalau begitu saya permisi dulu pak, bu. Istri saya sudah nungguin di rumah" pesan Doojoon langsung beranjak pergi menuju ke warung terdekat.

"Iya mas" jawab mereka.

Bapak-bapak yang beru pertama kali menerima kartu nama semewah itu kaget membacanya.

Kartu nama yang bertuliskan CEO Asian Company sedang berada di tangan mereka.

"Ini... Perusahaan baru yang terkenal itu kan?" Pikir mereka saling menatap memastikan.

"Bagaimana bisa keluarga konglomerat tinggal di kompleks kita ini?"

Awalnya menganggap enteng lelaki yang baru saja mereka wawancarai dengan berani adalah seorang yang dihormati oleh ribuan karyawan di perusahaan yang miliki banyak unit di beberapa negara.

"Setidaknya dia adalah seorang lelaki yang sopan santun dan tidak memandang rendah kita, itu sudah membuktikan kalau dia orang baik" kata pak RT menyimpulkan.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam. Ada yang bisa di bantu kak?" tanya seorang perempuan penjaga kasir mini market.

"Saya bisa sendiri mba" jawab Doojoon datar. Ia mencari barang yang bertuliskan pembalut tapi kebingungan karena sangat banyak yang bertuliskan pembalut wanita dengan merek yang berbeda.

Doojoon mengambil masing-masing satu pembalut yang berbeda merek hingga keranjang belanja hampir terbagi dua.

Perempuan itu menyembunyikan tawanya "semuanya 200 ribu mas. Ada lagi?"

"Cukup" jawabnya mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya.

"Terimakasih" ucap Doojoon meninggalkan mini market.

"Omegatttt, handsome banget kakaknya. Wangi banget lagi" kata karyawan mini market berpapasan dengan Doojoon dari pintu masuk.

"Istighfar lo, udah ada yang punya tu kakak" tegur si kasir memerhatikan jemari Doojoon sudah memakai cincin di jari manisnya

"Bilang aja kalau lo juga mau, kan?" Kata karyawan perempuan muda yang kegirangan

"Terserah. Intinya bukan urusan gue"

Ketika sampai ke rumah, Doojoon mengunci pintu rumah menghampiri Ran yang masih berada di kamar.

"Sayang?" Panggil Doojoon menghampiri Ran sudah tertidur di kasur masih memakai jubah mandinya.

"Hemmm?"

"Nih pembalutnya" ucap Doojoon duduk di sudut kasur.

"em" singkat Ran.

"Kenapa? Perutnya sakit?" tanya Doojoon memerhatikan gerak-gerik Ran

"Em, tadi berendam kelamaan. Kamu kok lama banget?" Keluh Ran terbungkus selimut rapat-rapat.

"Tadi habis ngobrol sama bapak-bapak kompleks. mau saya ambilkan air hangat?" Tawar Doojoon lembut.

Ran mengangguk, mengunggu Doojoon mengambilnya "Pelan-pelan. Panas" pesan Doojoon memberikan gelasnya pada Ran.

Ia beranjak dari tempatnya "ck. Kok aku lupa sih!" Keluh Ran sebal.

"Kenapa lagi?"

"Kayaknya aku tembus deh mas" adu Ran sangat bad mood kalau sedang haid.

Ran turun dari Ranjang, melihat tempatnya sudah beredar bercak darah hingga ke selimutnya. "Biar saya yang beresin, kamu ganti jubah mandinya biar gak masuk angin. Pakai sweater saya saja biar hangat, jangan lupa pembalutnya" oceh Doojoon saat bawel pada Ran.

Ran menuruti semua perintahnya, sementara Doojoon mengganti semua seprai dengan yang baru. Sepertinya sekarang Doojoon yang bertukar peran manjadi ibu rumah tangga mengurusi anaknya, yaitu Ran.

Setelah seprai terpasang, Doojoon memasukkan semuanya ke mesin cuci beberapa menit dan mengeringkannya di luar "hah, capek juga ngurusin rumah. Sepertinya saya harus cari pengurus rumah, biar istri saya gak capek" keluh Doojoon merasakan penderitaan Ran mengurus rumah sendirian, belum lagi menyiapkan makanan dan urusan kampusnya.

Melihat Ran kembali berada di kasur meringkuk memegang perutnya yang keram, Doojoon ikut masuk ke dalam selimut. Memeluk Ran dari belakang, memasukkan tangannya ke dalam baju Ran "ngapain?" Ran tersentak.

"Ngelus ini biar hangat" jawab Doojoon mengelus perut Ran. Terasa tangan hangat Doojoon menempel di perutnya.

"Udah mendingan?" bisik Doojoon di belakang Ran

"Em" jawab Ran mengambil tangan Doojoon yang masih dalam perutnya, menyatukan tangannya dengan Doojoon "kamu pasti capek, gak usah banyak ngomong. Kita bobo bareng. Aku bangunin kamu kalau udah Maghrib" perintah Ran memeluk tangan Doojoon yang kekar dalam tubuhnya. Doojoon tersenyum dengan hal kecil yang Ran lakukan untuknya, kadang berubah menjadi anak kecil yang manja, kadang menjadi seorang istri yang merawat suaminya dengan baik.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience