Tiba di sebuah bandara internasional Charles de Gaulle Paris. Ran percaya setiap jawaban yang di berikan oleh Doojoon ketika dia bertanya di mana lokasi mereka saat ini.
"Loh! Katanya ke Korea? Kenapa malah ke sini?" Tanya Ran menggandeng lengan sang suami yang sedang membawakan tasnya
"Kita honeymoon dulu di sini, lusa baru ke Korea" jawab Doojoon menenteng barang bawaan istrinya.
Penampilan suaminya yang seperti idol Korea, apalagi kaca mata hitam terpasang pas di hidung mancungnya, postur tubuh yang tidak bisa di ragukan lagi membuat para turis ikut melirik. Tinggi di atas rata-rata membuat nya menjadi salah satu aspek yang tidak bisa di hindari
"Mas..."
"Hm?"
"Mereka lirik kamu tuhh"
"Siapa?"
"Kayaknya mereka tertarik deh sama kamu" keluh Ran agak sedikit kesal, tapi lebih tepatnya cemburu
"Memangnya kenapa?" Tanya Doojoon peka
"Ihhh, kamu tebar pesona banget sihh!"
"Ehh, aku kan gak lakuin apa-apa" jawab Doojoon memang hanya berjalan melintasi jalan tempat orang berlalu-lalang di bandara
"Gak kok, aku cuma tebar pesona sama istriku tercinta" jawab Doojoon tidak ingin kompor semakin memanas
"Oh" jawab Ran tersipu malu
Tiba di saat sebuah parkiran, seorang supir sudah menunggu mereka menuju hotel yang sudah di pesan oleh Doojoon sendiri.
"Bienvenue Monsieur" ucap seorang manager menyambut pasangan suami-isteri itu di lobi utama hotel.
Hotel di atas bintang lima itu sungguh memanjakan mata Ran yang terpana akan kemewahan nya. Ran yang meskipun sudah terbiasa tapi ini yang pertama kalinya menginjak kan kaki yang di juluki kota cinta, yaitu Paris
"est-ce que tout est prêt?" Jawab Doojoon sangat fasih berbahasa Perancis.
Ran hanya diam mendengarkan sang suami berbicara bahasa yang tidak dia mengerti sama sekali
"nous avons préparé tout ce que vous voulez" jawab manager yang berarti kami sudah menyiapkan semua yang tuan inginkan.
"Kamu bisa bahasa Perancis?" Tanya Ran saat mereka berada di dalam lift bersama dengan sang manager yang mengarahkan mereka.
"Perancis adalah salah satu patner besar di perusahaan papa, jadi setidaknya kami harus mampu menguasai bahasa nya" jawab Doojoon
"Kok kamu hebat banget, aku jadi insecure sama ilmu kamu. Kayaknya aku harus lebih banyak belajar lagi" tutur Ran semakin mengenal kemampuan sang suami
"Anytime honey" jawab Doojoon mengedipkan matanya dengan cool.
Sang manager mengantarkan mereka ke kamar hotel yang diatur dengan sangat indah di penuhi oleh berbagai macam bunga terkecuali bunga mawar.
Pemandangan yang langsung tertuju tepat di depan menara Eiffel semakin menambah kehangatan dari keduanya. Ran langsung berlari menuju balkon jendela melihat bangunan yang sangat indah di depannya.
"MasyaAllah. It's beautiful" kalimat pujian mengalir begitu saja di bibir Ran.
"Malam lebih cantik lagi" jawab Doojoon memeluk wanitanya dari belakang. Memandang matahari yang mulai terbenam dari barat.
"Jalan yuk mas!" Ajak Ran di sela-sela Doojoon sedang menikmati dekapannya
"Hah? Gak capek? perjalanan kita seharian loh sayang" jawab Doojoon tidak ingin berpindah
"Capek sih tapi sekalian nanti malam aja kita istirahat nya" jawab Ran masih semangat
Keinginan sang isteri adalah kewajiban bagi Doojoon. Asalkan wanita nya bahagia dan mereka selalu bersama, itu sudah cukup bagi Doojoon
"Oke. Kita jalan" jawab Doojoon dengan sepenuh hati.
"Vin, kamu di mana?" Tanya Reza mencari di sekeliling rumah. Faktanya setelah pertengkaran itu keduanya sempat tertidur pulas di atas kasur, tapi saat Reza membuka mata wanita itu sudah hilang dalam dekapannya.
Plakkk
"Kamu darimana hah!? Kenapa baru pulang sekarang!?" Tanya Vina penuh selidik pada sang adik yang datang mengunjungi rumahnya.
Tamparan keras langsung tertuju kepada sang adik yang baru saja turun dari motornya. Sebenarnya Vina tidak tega pada adiknya tapi rasa cemasnya yang sudah berminggu-minggu tidak ada kabar dari adiknya yang tidak jelas keberadaannya di luar sana.
Adiknya sengaja datang ke rumah Vina karena suruhan dari ibunya yang tahu akan kekhawatiran sang kakak yang selama ini menjadi sumber rezeki bagi keduanya.
Doni diam seribu bahasa. Bahkan matanya tidak berani menatap sang kakak seperti dulu yang dia lakukan. Bahu lemah kepala tertunduk kini sudah tidak lagi memperlihatkan kekuatan nya.
"Jawab Don! Jangan ilangin rasa gentleman lo!" Ucap Vina masih emosi ingin memakan habis sang adik.
"Bisa gak sih nurut dikit sama gue! Gue tahu kalau lo gak suka sama sifat gue yang barbar kayak gini! Tapi gue kakak lo!" Ucap Vina masih mengoceh dengan nada tinggi nya.
"Lo gak pernah ngerasain gimana jadi kakak yang tiap hari dengerin gosip orang-orang tentang adiknya yang berantem! ugal-ugalan dijalan! Bahkan sampai mereka bilang kalau adik gue sendiri narkoba! Tapi...gue percaya sama lo Don..."
Memang Vina terlihat acuh terhadap adiknya seperti yang orang lihat, tapi dalam hati Vina, Doni adalah tanggung jawabnya sebagai seorang kakak.
"Sorry..." Lirih Doni dengan pelan
"Apa!? Sorry?"
"Gue juga capek begini terus!"
"Bukan cuma lo doang yang capek! Gue capek khawatir sama lo tiap hari! Gue capek cari duit buat nafkahin lo! Gue juga capek sama hidup gue Don. Jadi dengerin gue...dikit aja nurut sama gue Don. Gue gak pernah nuntut lo buat jadi anak yang bisa gue banggain, setidaknya jangan cari masalah!"
"Siapa juga yang mau di nafkahin sama lo" lirih Doni masih bisa membantah tapi dengan suara pelan.
"Argghhhh! Ni anak di bilangin batu banget!" Umpat Vina sangat ingin menonjok adiknya yang sangat keras kepala.
"Motor lo gue sita!"
"Loh! Kok gitu?"
"Itu motor beli nya pake duit gue! Lo sendiri yang bilang gak mau di nafkahin sama gue. Tuh helm juga pemberian dari gue!"
"Gak bisa gitu dong!"
"Ya bisa lah!"
"Balikin motor gue!"
"Gak!"
"Kak Vina!"
"Gak usah sok! Biasanya panggilan kita, Lo gue!"
"Vin, ngapain di luar?" Tanya Reza menghampiri keduanya yang masih cek-cok
"Ini, si paling gak tahu balas budi baru balik!"
"Loh Don, kenapa gak masuk ke dalam? Udah makan?" Tanya Reza ingin menyambut dengan hangat
"...."
"Balikin kuncinya kak Vina!" Ucap Doni tidak menggubris sambutan sang kakak ipar
"Vin..." Bujuk Reza lembut.
"Kalian berdua sama aja!"
"kok marah? perasaan masalah kita udah selesai?"
"tau ah!"
Share this novel