Episode 43

Romance Series 19934

"gimana hasilnya?" Tanya Doojoon masih setia menunggu istrinya siuman di rumah sakit. Raut wajah yang sangat menyeramkan itu sedari tadi menunggu kabar dari Reza yang baru saja tiba di ruangan VVIP.

"Orang ini lebih cerdik dari yang gue kira. Dari CCTV kampus memang bener Ran minum sesuatu sebelum masuk ke ruangan prodi" jawab Reza.

"Terus"

"Minuman itu dari anak kecil yang jualan keliling. Ran udah sering beli jajanan anak itu kalau di kampus"

"Kamu nemu anak itu?"

"Iya, anak itu cuma di suruh sama orang buat jualan. Dia yatim piatu. Anak itu gak tahu sama sekali kalau ada racun di jualan dia"

"Jadi?"

"Ya, dia sengaja lakuin ini biar kita gak bisa nangkap dia"

Wajah Doojoon memanas menahan emosinya"Sekarang anak itu di mana?" Kepalan tangan itu rasanya sangat ingin menonjok seseorang demi melampiaskan amarahnya.

"Buat apa anak itu?"

"Biar saya yang interogasi"

"Tapi-"

"Gak ada bantahan!"

Siapapun orangnya Doojoon tidak akan melepaskan orang yang telah melukai Ran sampai membuatnya tersiksa seperti ini. Doojoon sangat menyesal, seharusnya dia memerintahkan pengawalnya untuk menemani Ran kemanapun dia pergi.

Kini dia hanya melihat Ran tidak berdaya dalam pandangannya, orang jahat mana yang tega melukai wanita se baik ini. Bahkan setelah Doojoon melihat rekaman CCTV dari handphone Reza, Dengan senyuman manisnya Ran masih memberikan uang lebih pada anak kecil yang menjualkan dagangannya.

"Aku tidak ingin mengekang mu Ran, tapi kalau seperti keadaannya, aku tidak bisa diam" lirih Doojoon menggenggam tangan mungil Ran yang terkulai lemah tidak berdaya.

Perlahan mata Ran terbuka dengan pengelihatan yang samar-samar. "Sayang" panggil Ran melihat Doojoon sedang menempelkan wajahnya di telapak tangan Ran dengan mata tertutup.

"Sayang, kamu udah sadar! Ada yang sakit?" Tanya Doojoon khawatir

"Pusing, pengen muntah" lirih Ran masih sangat lemas

"Mau aku gendong ke toilet?"

"Enggak" lirih Ran menatap wajah khawatir Doojoon yang tidak berhenti menjaganya.

"Aku cariin wadah buat kamu muntah" ujar Doojoon langsung mencari di dalam lemari.

"Mas" panggil Ran ingin menanyakan sesuatu.

Melihat sebuah infus di tangannya, sungguh pemandangan yang mengerikan, rumah sakit adalah tempat yang paling dia benci seumur hidup.

"Kenapa aku bisa di rumah sakit?" Tanya Ran menghentikan pergerakan Doojoon.

Ia berjalan mendekati brankar Ran perlahan "kamu... keracunan minuman"

Deg

"Jangan hukum anak kecil itu mas" lirih Ran sudah bisa menebak pelakunya.

"Apa alasan kamu aku gak boleh hukum anak itu?" Doojoon menatap tegas Ran karena permintaannya itu

"Dia gak punya siapa-siapa, aku kasihan sama dia"

"Maaf Ran, aku gak bisa"jawab Doojoon

"Kali ini aja mas, aku mohon" alasan Ran hanya satu, dia tidak ingin Doojoon terluka karena dirinya. Apalagi dia selalu di teror oleh seseorang sejak dia berada di perkemahan bahkan saat pesta pernikahan Vina. Tapi dia mencoba untuk mengabaikan semua itu karena mungkin hanya khayalan nya saja. Tapi kali ini situasinya semakin rumit dan sudah sangat berani sampai seperti ini.

"Tidak untuk kali ini Ran" tolak Doojoon dengan tatapan kecewanya pada Ran. Terbuat dari apa hati wanita ini, bahkan orang yang melukainya pun masih dia cemaskan.

"Mas..."

Doojoon langsung meninggalkan kursinya karena tidak ingin melihat Ran memohon atas keinginannya. Sudah pasti Doojoon akan luluh jika dia lebih lama berada di samping Ran.

"Kamu mau ke mana?"

"Cari pelakunya sampai ketemu."

"Jangan pergi!"

"Mutiya udah datang temenin kamu malam ini."

Muti yang baru tiba di buat bingung oleh Doojoon ketika berpapasan di depan pintu masuk. Wajah Doojoon yang tidak bersahabat itu membuat Muti merinding bukan main, "waduh! Kayaknya mereka lagi berantem nih! Apa gue balik aja ya?" Beo Muti dalam hati.

Dia antara ingin masuk atau kembali, Doojoon menghalangi pintu soalnya.

"Kamu mau ninggalin aku?"

Bibir Doojoon kelu untuk menjawab, dia pun tidak berbalik sedikitpun melihat Ran

Gedubrak

Ran melepas infus yang berada di tangannya mencoba menyusul Doojoon tapi tubuhnya yang lemah tidak bisa menumpu nya hingga dia terjatuh ke lantai bersama dengan beberapa peralatan rumah sakit. Ini adalah cara satu-satunya untuk Doojoon tetap tinggal menemaninya

"Astaghfirullahaladzhim kakak!"

Doojoon langsung berlari menghampiri Ran yang berada di lantai. Bukannya ingin membantu tapi Muti sepertinya tidak di butuhkan di sini, dia hanya penonton yang menyaksikan tayangan langsung di depannya.

Perlahan Doojoon mengangkat kembali Ran naik ke brankar nya dengan wajah datarnya yang tidak berperasaan. "Aku butuh kamu mas. Jangan pergi!"lirih Ran memeluk pinggang Doojoon

Darah yang keluar dari punggung tangan Ran karena jarum infus yang sudah terlepas. Ran sedikit meringis merasakan sakit, Doojoon langsung mengambil sikap, mau tidak mau dia harus terlihat menuruti keinginan Ran demi kesehatan nya.

"Aku gak akan pergi, tapi ada satu hal yang harus kamu kasih tahu ke aku"

"Apa?"

"Apa yang kamu sembuyiin dari aku selama ini?"

"mas...beri aku waktu untuk jawab pertanyaan ini. Aku butuh bukti yang nyata atau memang ini cuma khayalan aku aja" jawab Ran masih belum bisa menceritakan yang dia alami selama ini.

"Tapi kamu harus dalam pengawasan ku setiap waktu"

"..."

"Ini demi keselamatan kamu sayang, aku gak mau kamu kenapa-napa"

"Oke"

"Maafin aku Ran, tapi aku harus selidiki masalah ini sampai ke akarnya. Siapapun orangnya aku tidak akan sungkan untuk menghabisinya" gumam Doojoon dalam hatinya.

"Mas"

"Hem?"

"Aku mau...ooekkk!" Baju Doojoon jadi korban isi perut Ran. Ia hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan senyuman paksa. "Sorry" ucap Ran memelas.

Beruntung Muti membawa baju yang sudah disiapkan oleh maid atas perintah Doojoon. Beberapa menit kemudian Ran kembali tertidur lelap dalam pengawasan Doojoon di sampingnya. Kepala Doojoon sudah dipenuhi oleh tanda tanya siapa pelakunya dan mengapa dia berbuat seperti ini.

"Dik?"

"Iya kak?"

"Jagain kakakmu, ada hal penting yang harus kakak urusin. Hubungi kakak kalau dia bangun"

"Kakak mau cari pelakunya?"

Doojoon terhenti, adiknya ini memang cerdas dan cepat melihat situasi. "Jangan beri tahu dia"

"Kakak harus kembali ke sini sebelum kak Ran bangun"

"Terimakasih dik"

"Sama-sama kak"

Akhirnya Muti sendiri menjaga Ran dalam ruangan VVIP, tapi ada dua pengawal yang siap siaga menjaga di depan pintu mereka. "Kayaknya ada yang gak beres nih" gumam Muti merasa sesuatu.

sorry ya guys lambat upload. love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience