Ran berencana mengunjungi Doojoon saat pagi pukul 10:00, dia harus mengurusi ibunya dulu sebelum pergi ke perusahaan menemui suaminya
Ran mencoba menghubungi Doojoon melalui handphonenya tapi ia tidak ingin mengganggu dan memilih pergi mengunjunginya langsung ke kantor. Berhubung karena mereka sedang tidak baik, Ran berfikiran untuk memberikan surprise untuk Doojoon mengenai kedatangannya.
"Halo Za, mas Doojoon ada di kantor kan?" Tanya Ran menghubungi sekertaris nya
"Sekarang kita lagi ketemu sama klien Ran" jawab Reza mengecilkan suaranya
"Bisa sharelock sekarang? Aku mau ketemu sama mas Doojoon" pinta Ran sudah berada di dalam taxi.
"Di hotel Diamond, meeting room" jawab Reza langsung mematikan panggilannya karena klien sudah datang.
Ran langsung memberikan lokasinya pada supir taxi segera. Hari ini Ran akan mengakui semua perbuatan dan kesalahannya juga perasaan yang selalu dia tutupi selama ini.
Sepanjang perjalanan Ran membayangkan Doojoon dalam pikirannya. "Ternyata kamu orang yang sangat dewasa menghadapi semua kegilaan ku. Thanks for coming into my life my husband" gumam Ran disepanjang perjalanan
Ran langsung menuju ke resepsionis dan menjelaskan tujuan nya datang ke Hotel. "Mari saya antar nona" tutur karyawan Hotel dengan ramah.
Ran mengikuti karyawan itu membawanya ke suatu ruangan kamar hotel "pak Reza berpesan kalau nona menunggu di sini sampai meeting mereka selesai" tuturnya lembut.
Ran mengangguk hingga akhirnya karyawan hotel itu meninggalkan nya sendiri dengan makanan yang sudah di siapkan di atas meja.
"Thank you sir" ucap Doojoon mengakhiri pertemuannya dengan klien mereka yang berasal dari luar negeri.
"Lo gak apa-apa kan?" Tanya Reza melihat gerak-gerik Doojoon seperti kurang sehat. Saat ini mereka sudah masuk ke dalam lift menuju ke lantai atas
"Gak apa-apa" jawab Doojoon serius dengan wajah pucat yang sangat jelas. Tapi dia berusaha menahannya
"Ran udah nungguin di kamar 102" jawab Reza. Doojoon terdiam kaku, ternyata wanita yang sedang menelepon dengan Reza tadi adalah istrinya. Doojoon sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Ran dan mengesampingkan rasa pusing di kepalanya. Dia harus kuat dan sehat agar Ran tidak menghawatirkan dirinya
"Gue tunggu di bawah" pesan Reza kembali memencet tombol lift yang tertutup kembali
Doojoon menuju ke kamar 102, ketika pintu terbuka, Ran sudah menyambutnya di depan pintu dengan wajahnya yang gugup
"Mas Doojoon...aku minta maaf-"
Srukk
Doojoon langsung memeluk Ran erat sebelum penjelasannya selesai "bogosippo" gumam Doojoon semakin mengeratkan pelukannya.
Ran tersenyum, dia tahu arti dari kalimat itu. "Aku juga" jawab Ran membalas pelukan itu, pelukan yang sangat lama
Doojoon menatap lekat wajah yang masih dalam rangkulannya, menyentuh pipi chubby yang sudah memerah dan memanas.
"I love you" lirih Doojoon memiringkan kepalanya menuju ke sebuah bibir ranum seksi yang sudah menantinya
Ran menyambut bibir itu dengan lembut, ciuman itu semakin lama semakin cepat, tangan kekar itu menahan kepala Ran untuk lebih masuk dalam tautannya. suasana semakin memanas ketika mereka tidak menyadari sudah terbaring di atas kasur
"Mas..." Ran sudah kehabisan nafas. Doojoon melepaskan tautannya karena nafas Ran yang hampir habis karena kebrutalan bibir Doojoon yang hampir gila.
Kening Ran mengernyit melihat wajah Doojoon yang sangat pucat "mas, kamu sakit" tanya Ran menangkup wajah Doojoon yang berada di atasnya
"Kwencana" jawab Doojoon ingin kembali melahap bibir kenyal seperti marshmellow. Tapi
Brukk
Doojoon pingsan menindih tubuh Ran "mas Doojoon" Ran menggerakkan pria yang berada di atasnya. Ran mencoba membalikkan tubuh Doojoon hingga terlentang. "Ugh" keluhnya keberatan memindahkan tubuh Doojoon yang sangat berat baginya
"Mas, bangun" Ran menggoyang-goyangkan tubuh Doojoon tapi tidak menunjukkan kalau Doojoon akan sadar
Ran segera menghubungi Reza untuk segera membawanya ke rumah sakit "mas, bangun hiks hiks" panggil Ran menunggu Reza yang tak kunjung datang
Tak
Pintu terbuka lebar, "Dia kenapa Ran?" Tanya Reza cemas
"Gak tahu Za, dia tiba-tiba pingsan" jawabnya
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang juga" Reza memanggil beberapa karyawan untuk membantu membawanya ke mobil.
"Mas, bangun mas" panggil Ran menyadarkan Doojoon yang berada di atas pangkuannya di dalam mobil.
Sementara Reza fokus mengendarai mobilnya dengan cepat menuju ke rumah sakit. Doojoon yang tidak sadarkan diri semakin membuat keduanya semakin khawatir.
Hingga akhirnya mereka tiba dengan penanganan dokter yang sigap langsung melakukan pemeriksaan pada Doojoon
15 menit berlalu, Reza yang bolak balik menunggu di depan ruangan terlihat sangat cemas menunggu hasilnya. Ran duduk dengan wajah pucat karena takut terjadi apa-apa pada suaminya
"Ya Allah, selamatkan suamiku. Aku sangat mencintainya. Aku bahkan belum sempat mengatakan kalau aku tidak ingin kehilangan dia selamanya" doa Ran dalam hatinya
Beberapa menit kemudian sang dokter keluar dari ruangan "bagaimana kondisi suami saya dok?" Tanya Ran tanpa basa-basi
"Imun pasien sangat turun drastis. Kemungkinan karena dia belum mengonsumsi apa-apa dalam waktu yang lama, apalagi pasien memiliki dehidrasi karena kekurangan pasokan minum hingga imun semakin melemah. Beruntung kalian cepat membawanya ke sini agar bisa ditangani dengan cepat" jawab dokter tersebut
"Jadi apa langkah selanjutnya dok? suami saya akan baik-baik saja kan?" Tanya Ran
"Untuk saat ini pasien belum sadarkan diri, tapi tenang saja kami sudah memasangkan infus dan tinggal menunggu beberapa jam lagi untuk pasien sadar. Sebaiknya saat pasien sadar berikan dia air minum dan setelah itu berikan dia bubur. Saya akan kembali memeriksa keadaannya" jelas sang dokter.
Doojoon segera di pindahkan ke ruangan VIP, tentu saja Ran setia menemani.
"Eh, mama kenapa ke sini?" Tanya Ran kaget melihat ibunya datang berkunjung
"Tadi sudah izin ke dokter Ran" jawab Hendra menemani
"Suamimu kenapa sayang?" Tanya Andin menghampiri anaknya bersama dengan Hendra yang mendorongnya dengan kursi roda.
"Mas Doojoon pingsan karena belum makan sama minum dua hari" jawab Ran setia menemani di samping brankar sambil menggenggam tangan Doojoon. Reaksi Andin syok melihat kondisi menantunya yang lemah tidak berdaya, pasti ada sesuatu antara Ran dan Doojoon sampai membuatnya seperti ini
"Ran, saat Doojoon sibuk mengurusi perusahaan, mama masih tetap menjadi prioritasnya meskipun mama menolak tapi dia tetap memaksa mengurus semua keperluan mama Ran" cerita Andin pada anaknya. Selama ini dia selalu menyembunyikan kebaikan yang Doojoon selalu lakukan padanya.
"Salah satu alasan mama menyuruhmu menerima lamarannya dulu adalah kesabaran dan kelembutan yang dia miliki Ran. Doojoon pasti bisa membahagiakan kamu, dan mama percaya itu" jelas ibunya lagi. Semua kebaikan Doojoon yang selalu ditutupi kini diceritakan bagaikan sebuah lembaran buku cerita yang masuk ke dalam Ran seutuhnya.
Ran semakin luluh mendengar semua cerita yang tidak pernah dia ketahui bahkan tidak pernah menyangka akan sebanyak itu. Air mata bahagia mengalir begitu saja, Ran adalah orang yang paling bodoh jika menolak lelaki seperti Doojoon yang selalu berkorban untuknya.
"Mama menceritakan ini semua karena kamu harus tahu perjuangan Doojoon untuk mendapatkan kamu"kata Andin melihat sebuah harapan di diri Ran. "Sudah waktunya kisah kalian di dengar Ran. Jangan berlarut-larut dalam kepedihan masa lalu" pesan Andin memberikan nasihat pada anaknya
"Kakak yang akan hukum kamu kalau buat dia menderita kayak gini Ran" ancam Hendra pada adiknya. Dia tahu kalau Doojoon yang terbaring lemah ini adalah perbuatannya.
"Abang gak sayang sama aku lagi?" Tanya Ran manja
"Bukan gak sayang, kamu yang gak punya hati sama dia" jawab Hendra serius
"Iya iya, gak lagi" jawab Ran ketus
"Jadi udah baikan nih?" Tanya Hendra dengan senyuman nakalnya
"Kak Hendra tahu darimana aku sama mas Doojoon berantem?" Ran sama sekali tidak pernah bercerita pada siapapun mengenai pertengkaran mereka dua hari lalu
"Kamu gak cerita pun Abang tahu kalian pasti lagi ada masalah kan?" Tebak Hendra sangat pintar membaca kondisi
"Udah selesai kok" lirih Ran malu-malu
"Ran, masalah di kantor sebesar apapun tidak bisa di bandingkan dengan masalah rumah tangga yang paling susah diselesaikan. Jadi kalau ada masalah harus segera diselesaikan karena yang akan dapat dampaknya itu adalah tempat kerjanya. Memang dia akan biasa saja tapi tidak dengan pikirannya yang sedang memikirkan penyelesaian dari masalah rumah dan akhirnya bakalan super duper capek dan udah gak bisa urus diri" jelas Doojoon sudah sering mendapatkan masalah yang sama dengan adiknya.
"Apalagi Doojoon yang baru dapat kebahagiaan malah di khianatin lagi" celetuk Hendra semakin membuat Ran tidak enak hati pada suaminya.
"Kok kak Hendra bisa tahu sih" tanya Ran semakin kesal di buat kakaknya yang membongkar masalahnya di depan ibu dan Reza yang hanya mendengarkan dari sofa ruangan itu
"Abang ini laki Ran, jadi kalian sebagai cewek itu harus peka sama kondisi kita sebagai pria. Bukan cuma cewek aja yang mau di mengerti, cowok juga" jawab Hendra sebenarnya juga sedang curhat dengan isi hatinya
Reza mengangguk mengiyakan kalimat Hendra yang sangat mewakili dirinya. Bahkan kedua jempolnya secara otomatis sudah berada di udara.
"Bang Hendra memang lain dari lain" puji Reza di balas anggukan kebanggaan oleh Hendra.
"Ih, gak usah sok deh, mumpung Ran udah rekam kata-kata Abang tadi biar Ran kirim ke kak Ayu" ancam Ran dengan senyumnya yang manis
"Kirim aja, sebagai kepala rumah tangga pasti istriku akan mengerti" kata Hendra dengan bangga.
Reza semakin mengagumi sesepuhnya yang sangat hebat ini
"Beneran?"
Wajah kebanggaan itu perlahan luntur di wajah Hendra "Ran mau di beliin apa?" Bujuk Hendra mengambil hati sang adik
"Kan kan, Abang itu cuma berani di luar rumah aja. Kalau udah di kandangnya pasti kayak kucing dalam karung" canda Ran sebentar benar.
"Udah-udah, kita balik ke ruangan mama, pasti Muti sama Ayu udah ke sini" kata ibunya ingin pamit pergi.
Beruntung ibunya dan Doojoon berada di rumah sakit yang sama, jadi mereka bisa kapanpun saling mengunjungi satu sama lain.
"Iya mah. Ran di sini dulu jagain mas Doojoon. Hubungi Ran kalau mama ada butuh apa-apa" pesan Ran mengantar sampai ke depan pintu
"Sekarang kamu fokus dulu merawat suamimu, mama banyak yang jagain" pesan ibunya dengan tulus.
"Bang jangan lupa kabarin ya kalau ada apa-apa" pesan Ran lagi ke abangnya
"Iya. Jangan lupa ya rekaman nya di hapus" kata Doojoon masih sempat tawar menawar
"Iya bawel. By ma, by Abang takut sama istrinya" jail Ran membuat Andin tertawa bahagia melihat anaknya yang bahagia.
hi guys, cerita my destiny lanjutan dari novel aku yang judulnya my first love is my husband. jadi buat kalian yang penasaran kenapa Ran bisa trauma dengan masa lalunya langsung aja ke novel aku yang udah tamat season 1
Share this novel