Episode 10

Romance Series 19934

"Rangga!" Panggil Ran dengan keras namun, tidak ada tanda-tanda lelaki itu membalas panggilannya.

Saat ini ambulance yang ditumpangi oleh keduanya, Rangga yang tidak sadarkan diri berada di atas brankas ambulance yang menuju ke rumah sakit.

Air mata yang sudah mengalir deras membasahi pipi Ran, darah yang keluar dari hidung Rangga tidak berhenti. "Ran..." lirih Rangga membuka kedua matanya. Rangga mengangkat tangan kanannya, ia berharap tangannya itu akan digenggam oleh Ran. Di situasinya saat ini, Ran akan melakukan apa saja demi Rangga. Ia menggenggam erat tangan Rangga.

"Ini aku" singkat Ran mendekatkan dirinya agar dilihat jelas oleh Rangga. Senyuman lega dari Rangga melihat Ran baik-baik saja.

"Maafkan kesalahan ku di masa lalu Ran. Aku menyesali perbuatan ku" lirih Rangga menatap Ran penuh cinta.

"Aku memaafkan mu. Kamu harus kuat. Kita akan segera sampai di rumah sakit" ucap Ran mengelus kepala Rangga. Ia melihat tangannya dipenuhi oleh darah dari luka yang berada di kepala Rangga

"Rangga... kamu harus kuat. Kamu adalah Rangga yang paling hebat di hidupku" ucap Ran menyemangati Rangga yang tidak berdaya menahan sakit yang tidak tertahankan.

"Sakit Ran, aku... tidak sanggup lagi" Rangga pertama kali mengeluh kesakitan pada Ran, sungguh kali ini Rangga tidak mampu menahannya.

"Hiks hiks, kamu pasti bisa Rangga. Aku akan bersamamu melewati semua ini" ucap Ran tidak sanggup melihat Rangga.

"Akh! Hehe, baru kali ini kamu benar-benar menatap ku dengan cinta" keluh Rangga masih bisa tersenyum dalam kesakitan nya.

"Jangan ngomong lagi. Jangan pernah tutup mata kamu. Gak boleh tidur. Kamu harus sadar" peringat Ran.

"Ran..."

"Hm?"

"Jangan pernah lepaskan genggaman mu" pinta Rangga sudah sangat bersyukur Ran menuruti keinginannya.

Mereka tiba di rumah sakit, sepanjang perjalanan Rangga masih menggenggam tangan Ran tanpa lepas sedikit pun. Namun saat masuk ke ruangan UGD, tangan itu harus dilepaskan.

Ran hanya bisa menunggu di depan ruangan itu, tangan yang berlumuran darah bersama dengan pakaiannya karena luka Rangga. Ran sangat takut kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Rangga.

Hanya ia sendiri di lorong sepi tanpa seorang pun yang melintas. "Ini semua salahku, seharusnya aku tidak mengangkat panggilan dari Rangga" keluh Ran mulai menyalahkan dirinya sendiri.

"Ran!" Panggilan dari seseorang yang sangat mencemaskan nya datang dengan keadaan sangat kacau. Nafas yang tidak beraturan karena mencari keberadaan Ran di seluruh ruangan rumah sakit.

Ran melihat Doojoon membuat nya makin sesak, entah apa yang harus dia lakukan.

"Hiks, hiks..." suara tangisan Ran membuat Doojoon sangat ketakutan apalagi Ran sudah berlumuran darah. Ia berlari menghampiri Ran. Tanpa bertanya Doojoon langsung memeluknya erat. Pelukan itu disambut ran dengan erat "kak, Rangga..."

"Syutt, aku berusaha untuk menenangkan pikiran ku Ran, aku takut kamu kenapa-napa" keluh Doojoon masih memeluknya erat.

"Inilah alasan ku untuk tidak membuat mu dekat lagi dengan Rangga, semuanya akan membuatmu terpuruk dan menyalahkan dirimu sendiri" gumam Doojoon masih memeluk Ran yang gemetar

"Aku takut..." keluh Ran masih gemetar dengan keadaan yang sangat menakutkan ini.

"Rangga pasti baik-baik saja" ucap Doojoon menenangkan.

Ran tidak bisa menghentikan tangisannya, semua bujukan yang ditawarkan Doojoon tidak berefek pada Ran. Dia merasa sangat jahat pada Rangga.

"Ran, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kalau aku diposisi Rangga, sudah pasti aku akan melakukan hal yang sama" ucap Doojoon lembut.

"Kenapa kamu masih di sini? Sudah puas kamu memainkan hati Rangga?" kata Rachel yang datang bersama dengan suaminya.

"Tante..."

Plakk

Tamparan mengenai pipi Ran dari Rachel yang sangat marah. Doojoon mencoba untuk membela tetapi di tahan oleh Ran.

"Kamu di mana saat Rangga membutuhkan mu? Kenapa kamu tidak pernah mengangkat panggilan dari Rangga? Kenapa saat kamu dalam kesusahan baru menghubungi dia!" Keluh Rachel bercucuran air mata.

"Ran, apa yang kamu lakukan?" tahan Doojoon melihat Ran menumpukan kedua lututnya di lantai lalu mengangkat kedua tangannya, memohon maaf kepada Rachel.

"Aku minta maaf tante, ini semua salahku. Aku akan melakukan apa saja demi menebus kesalahanku. Aku minta maaf tante" ucap Ran makin gemetar karena kesalahannya.

"Pergi! Kamu tidak pantas berada di sini! Pergi!" Teriak Rachel tidak tega pada Ran.

"Tante... maafin aku. Hiks, hiks" tolak Ran masih memohon.

"Dokter, bagaimana dengan anakku?" tanya Rachel melihat dokter yang baru keluar dari ruangan.

Dokter itu menggelengkan kepalanya. Ran terduduk lemah di lantai. "Kanker otak yang dialami oleh Rangga sudah tidak bisa di tangani, kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, apalagi benturan keras yang dia dapatkah mengakibatkan pendarahan otak yang membahayakan dirinya. Saya berharap kalau kalian selalu berada di sampingnya" pesan Dokter.

"Kanker otak?" Gumam Ran.

"Aku bilang pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Tegas Rachel pada Ran. Ini adalah satu-satunya cara untuk membuat Ran lepas dari Rangga. Besok adalah pernikahannya dengan Doojoon tapi saat ini Ran sangat terpukul.

"Rangga..."

"Pergi!"

"Kita harus pergi Ran, kamu harus menenangkan diri dulu"

"Tapi kak..."

"Aku akan menjelaskan semuanya pada kamu" kata Doojoon membawanya pergi.

Sepanjang perjalanan, Ran menatap langit malam dari jendela mobil, air mata mengalir terhapus sendiri oleh angin malam yang menimpanya.

Rangga yang menderita kanker glioblastoma stadium akhir. Operasi maupun kemoterapi tidak bisa dilakukan karena posisi kanker yang berada di tempat paling sensitif di otaknya. Yang bisa dokter lakukan hanya untuk memperlambat penyebaran kanker ke seluruh tubuhnya dan hasilnya menunjukkan kalau kankernya sudah menyebar dan mereka hanya tinggal menunggu hari, di sisi lain Ran harus mempersiapkan diri untuk pernikahannya yang tinggal beberapa jam lagi.

"Apa kita batalkan saja pernikahannya besok?" saran Doojoon melihat Ran sangat stres menghadapi semua nya.

"Tidak perlu kak, semuanya sudah disiapkan. Aku tidak mau keluarga kakak jadi korban atas kesalahan ku" tolak Ran tidak bisa menahan air mata yang selalu mengalir sendirinya.

"Ran. Kamu harus kuat jika ingin Rangga pulih. Dengan keadaanmu yang seperti ini hanya akan membuatnya makin buruk" pikir Doojoon bisa menghentikan tangisan dari Ran.

"Benarkah?"

"Iya. Aku akan membawamu besok setelah pernikahannya selesai" ujar Doojoon.

***

Tep

Tangan Vina menyentuh sesuatu yang keras, ia mencoba merasakannya.

"Ugh" ringis seseorang yang bergerak memeluk Vina erat.

"Gue belum nikah? Kenapa ada cowok yang meluk gue?" gumam Vina masih merasa dalam mimpi. Dia tersenyum manis memimpikan hal yang sangat indah ini.

Cup

Sebuah kecupan kecil mendarat di kening Vina "kayaknya ini bukan mimpi" gumam Vina membuka kedua matanya. Tangannya sudah berada di dada Reza yang telanjang dada, di tambah lagi dirinya yang tidak berbusana terbungkus di dalam selimut.

"Vin, masih pagi. Tidur aja dulu" ucap Reza dengan suara parau. Ia makin memasukkan Vina dalam dekapannya.

"Situasi macam apa ini!" Keluh Vina bangkit membawa selimutnya.

Plakk

Vina menampar dahi Reza yang masih belum sadar "aww!" Ringis Reza langsung memegang dahinya yang sakit.

Vina makin menjaga jarak hingga selimut itu lepas dari tubuh Reza, nampak jelas Reza hanya menggunakan boxer dilihat langsung oleh Vina.

Vina masih belum sadar pada dirinya, melihat bekas cakaran di punggung Reza bersama dengan gigitan berada di kedua bahu Reza yang sangat jelas di mata Vina.

Ia melihat tubuhnya melalui cermin, begitu banyak bekas merah menjelajahi diri yang serasa habis olahraga berat, seluruh tubuhnya sangat ngilu. Tatapan mematikan Vina menatap brutal ke arah Reza. "Brengsek lo Za!" kesal Vina meneteskan air mata.

"aku akan bertanggung jawab atas dirimu Vin" ucap Reza menghampiri Vina.

"aku gak mau!" Teriak Vina menepis tangan Reza.

"sekarang kamu milikku selamanya.."

"Gue benci lo!" singkat Vina meninggalkan Reza.

"Vin!"

"Jangan ikutin gue! Bangsat lo!" Umpat Vina sangat marah. Vina pergi dengan sebuah mobil yang sering dia pakai.

"Mobil gue Vin! Gue mau berangkat kerja!" Teriak Reza.

"Goblok!" Umpat Vina masih mendengar suara Reza.

jangan lupa follow, komentar dan berikan rating yaa. love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience