Dua insan masih terbaring manja di atas kasur, mereka sangat nyaman dengan posisinya menyelimuti diri di mana hujan masih belum reda sejak subuh, itulah yang membuat keduanya semakin malas meninggalkan selimut hangatnya.
Sruk
Tangan lebar itu masuk memeluk wanita yang sedang tidur membelakangi dirinya.
Doojoon langsung terbangun kaget ketika merasakan suhu tubuh Ran yang berbeda.
"Sayang?" Panggil Doojoon memeluknya, merasakan suhu tubuh yang meningkat.
"Hmm?" Ran membuka matanya tidak bertenaga.
"Kamu demam" ucap Doojoon sudah cemas
"Makanya peluk aku, dingin" ucap Ran dengan suara serak dan tidak bergairah. Malah Doojoon memangku Ran dalam pangkuannya
"Apa semalam aku berlebihan ya" gumamnya bertanya.
"Kepala aku pusing, mata aku berat banget" keluh Ran membuat Doojoon semakin panik.
"Aku panggil Dokter"
"Gak usah! Hujan deras kasian dokternya. Aku istirahat aja, bentar lagi demamnya hilang kok" tolak Ran masuk memeluk tubuh hangat Doojoon yang hanya memakai boxer
"Panas kamu 39° loh yang" Doojoon memeriksa termometer setelah masuk ke dalam mulut Ran beberapa menit.
"Ishh bawel! Udah sana pergi kerja!" Ran cemberut kembali membelakangi Doojoon
"Biar aku temenin kamu di sini" tolak Doojoon kembali masuk ke dalam selimut.
"Maafin aku ya, semalam aku kasar mainnya" ucap Doojoon merasa bersalah karena di makan api cemburu karena mahasiswa Ran.
"Aku suka kok" lirih Ran dalam dekapan Doojoon.
"Berarti sama-sama suka kan" ucap Doojoon tersenyum senang.
"Em, tapi jangan keseringan. Bisa-bisa aku mati karena kamu" jawab Ran masih merespon pembahasan absurd mereka semalam.
"Beneran gak apa-apa nih, atau mau minum obat dulu, biar aku buatin sarapan buat kamu" ucap Doojoon sembari mengelus pipi chubby Ran juga kecupan kecupan singkat di keningnya.
"Buatin aku teh anget aja" jawab Ran.
"Oke, tunggu di sini. Aku ke bawah dulu"
"Gak mau! Ikut!" Ran semakin manja dan tidak ingin pisah sedikit pun.
Doojoon menghela nafas panjang, dia menuju ke walk in closet mengambil celana training lalu menggendong Ran sekaligus dengan selimut yang masih terbungkus di tubuhnya
"Kok panasnya gak turun-turun sih" ucap Doojoon merasakan lewat kepala Ran yang bersandar di dada bidangnya tanpa baju.
Beruntung hujan deras di pagi hari, sudah pasti para maid dan juga mbok Arsih belum tiba di kediaman mereka. Sebelum itu Doojoon sudah memerintahkan pengawalnya untuk tidak membiarkan orang-orang masuk ke rumah karena kondisi Ran yang hanya dia yang boleh melihatnya.
Ran di letakkan di atas sofa depan TV yang baru saja dia nyalakan. "Mau nonton apa?"tanya Doojoon mencari siaran TV
"Biar aku aja" jawab Ran mengambil remot yang Doojoon berikan.
Cup
"Tunggu di sini ya" ucap Doojoon mengecup kening Ran lalu meninggalkan Ran menuju ke dapur.
Ran menekan remote TV mencari siaran kesukaan nya, ya itu adalah film kartun lucu yang membuat Ran fokus menyaksikan.
Doojoon hanya bisa memastikan dari kejauhan istrinya tertawa meski keadaan kurang sehat. "Memang anak kecil" gumam Doojoon sambil tersenyum melihatnya
Beberapa menit kemudian Doojoon membawa teh hangat dan roti yang sudah diolesi dengan coklat Nutella di atasnya.
"Nih minum dulu, terus makan rotinya" ucap Doojoon duduk di samping Ran yang sangat gemas dalam selimut nya.
Doojoon kembali memeriksa demam Ran dengan kepalanya yang dia dekatkan di kepala Ran.
"Habis ini minum obat ya" bujuk Doojoon lembut, Ran yang sedang di suapi roti itu menggelengkan kepalanya menolak
"Pakai kompres yang di tv aja mas, katanya langsung turun demamnya" jawab Ran melihat iklan di TV.
"Tapi kan itu buat anak kecil, kamu udah gede sayang" jawab Doojoon membuat wajah Ran cemberut dalam diamnya.
"Pokoknya cariin! Aku gak mau minum obat kalau gak pakai itu dulu!" Tolak Ran sungguh banyak macam.
"Oke. Aku cariin" jawab Doojoon tidak bisa menolak.
Ia langsung menelfon pengawalnya untuk mencari kompres demam untuk usia dewasa.
"Udah puas? Ada yang lain lagi?"
Ran berdiri sambil memeluk selimutnya, "bobo di sini aja sambil nungguin pengawal kamu" perintah Ran harus di turuti oleh Doojoon.
Ia menurut, Doojoon langsung berbaring dengan bantal sofa yang menjadi pengganjal kepalanya. "Terus apa lagi?" Tanya Doojoon hanya mengikuti instruksi.
Ran tersenyum puas, ia segera naik menindih tubuh Doojoon di bawahnya, "gak boleh pindah sampai aku puas" pesan Ran masuk menarik selimut menutupi dirinya dan Doojoon.
"Suapin aku lagi" tutur Ran membuat Doojoon semakin berfikiran aneh karena keinginan konyol Ran.
"Gimana caranya? Aku gak bisa gerak sayang" jawab Doojoon sudah jengah.
"Kamu gak punya otak atau gimana sih! Tangan kamu kan ada, lagian mejanya biasa kamu raih tanpa pindah dulu!" Doojoon terdiam mendengar ocehan Ran yang barus dia dengar selama ini.
"Gak punya otak? Huh, sabar Doojoon, ini istri kamu yang lagi sakit" beo Doojoon dalam hati.
Meskipun kesulitan, tapi Doojoon tetap melakukannya sambil menyuapi Ran dalam dekapannya.
Ting Ting
Bunyi bel pintu ditekan, tandanya pengawal Doojoon sudah mendapatkan plester demam.
"Masuk" perintah Doojoon menyembunyikan tubuh Ran dalam selimut di atasnya
"Tuan, ini plester nya" ucap sang pengawal melihat posisi baring Doojoon yang terlihat aneh.
"Aww!" Ringis Doojoon puting susunya di gigit oleh Ran dalam selimut
"Tuan kenapa?" Tanya sang pengawal khawatir
"Gak apa-apa, kamu boleh pergi" jawab Doojoon hanya bisa pasrah melihat istrinya yang sangat jahil.
Pengawal itu pun pergi dengan wajah yang keheranan. Doojoon langsung membuka selimut "kamu kok nakal banget sih! Sakit sayang puting aku di gigitin" Oceh Doojoon memeriksa puting susu yang sudah merah bekas gigitan Ran.
"Sakit kan!? Aku juga gitu semalam!" Ucap Ran membuat Doojoon tidak bisa berkata-kata. Mata sembab Ran ingin menangis mendengar perkataan Doojoon yang sedikit naik penekanan karena kaget tadi
"Iyaaa, aku minta maaf. Jangan nangis dong yang" ucap Doojoon dengan lembut.
Ran mengangguk pelan, "sekarang pasangin plesternya" lirih Ran masih tidak mau pindah di tubuh Doojoon.
"Bentar, aku lihat expiration date nya dulu" jawab Doojoon mencari dengan teliti dalam dos plesternya
"Sekarang tanggal berapa yang?" Tanya Ran mengingat sesuatu
"Tanggal 21, emang kenapa?"
Deg
"Kayaknya gue udah telat seminggu deh" gumam Ran dalam hatinya.
"Gak kenapa-kenapa" jawab Ran sudah mendapatkan plester demam di jidatnya.
"Kita balik ke kamar aja, aku mau istirahat" pinta Ran kembali di gendong oleh Doojoon menuju ke kamar
Ran bersandar di kasur sambil menonton Drakor kesukaannya. Doojoon berada di kamar mandi membersihkan dirinya. Sekarang waktu pukul delapan pagi, plesternya masih menempel kuat di jidat Ran.
Tak
Doojoon keluar dari kamar mandi memakai handuk sebatas lutut menutupi kejantanan nya. Ia langsung menghampiri Ran memeriksa demam Ran dengan tangannya.
"Kamu udah minum kan obatnya?" Tanya Doojoon memastikan
Ran mengangguk dengan senyuman, obatnya sudah berada di tong sampah. Sepertinya perkiraan nya memang benar.
Doojoon tidak berangkat ke kantor dia benar-benar akan merawat Ran seharian ini. "Mas" panggil Ran manja.
"Kenapa? Aku pakai baju dulu"
"Cium dulu" pesan Ran menahan tangan Doojoon untuk pergi.
Doojoon memberikan ciuman di bibir Ran, bibir itu menuntut lebih. Hawa panas terasa di bibir Ran yang masih melahap bibir Doojoon tanpa jeda.
"Emhh, sayang. Aku pakai baju dulu. Dinginn" tahan Doojoon menerima lumatan panas dari Ran
"Gak usah pakai apa-apa. Aku suka lihat kamu naked kok" ucap Ran terang-terangan.
"Tapi sayang"
Brukk, Doojoon terhempas di atas kasur oleh tarikan Ran.
"Mas, pengen pegang itu" ucap Ran manja.
"Itu apa?" Doojoon kebingungan
"Inii...yang ada di balik handuk kamu" ucap Ran membuat Doojoon menganga tidak menyangka
"Ini masih pagi sayang, kalau dia bangun gimana? Kamu kan lagi sakit" ucap Doojoon sudah tersipu malu di oleh sikap nakal Ran hari ini.
Tep
"Sayang, aku-" Doojoon menahan handuk yang ditarik oleh Ran.
"Yaudah! Gak usah! Awas aja kamu minta jatah atau meluk-meluk aku. Aku gak mau kasih!" Ucap Ran lagi-lagi mengambek.
"Kalau nanti dia pengen gimana?"
"Tahan dong! Aku kan lagi sakit!"
"Okedeh, tapi gak boleh lama ya, aku gak sanggup" ucap Doojoon pasrah.
Ran tersenyum puas lalu berbalik melihat Doojoon yang sudah masuk dalam selimut. "Ini hukuman buat kamu semalam mas" gumam Ran tersenyum jahil.
Sorry ya baru upload episode baru. soalnya sedang dalam masa pemulihan karena kondisi yang sedang tidak baik dalam bulan terakhir ini, jadi mama membatasi ruang gerak kalau berhadapan dengan elektronik, thanks sudah setia menunggu untuk episode terbaru my destiny. hehehe doakan ya biar cepat pulih. salam hangat dari author. love you guyss
Share this novel