Doojoon berada di lobi utama hotel bersama dengan beberapa pengawalnya yang sedang sibuk menghubungi dan mencari kabar dari nyonya mereka.
Doojoon duduk dalam diam "kenapa liar banget sih kayak anak kecil!" Gumam Doojoon dalam hati.
"Jangan bikin aku cemas bisa gak sayang" lirih Doojoon menyugar rambutnya yang berantakan.
Beberapa pengawal tiba di tempat memberitahukan informasi yang mereka dapatkan dari luar
"Tuan..."
"Katakan!"
"Kami belum menemukan nyonya..."
"Selalu saja kalian lalai menjaga satu wanita! Apakah sulit? Hah?" Suara Doojoon bergema di telinga para pengawalnya yang diam tertunduk.
"Maafkan kami tuan" ucap mereka memang menjaga Ran, tapi itu semua karena aturan ketat yang Doojoon berikan kepada pengawalnya
"Saya tidak butuh maaf!"
Ddrrrttt...
"Halo."
"CCTV terakhir yang gue liat, dia naik taksi ke suatu tempat bareng anak kecil, tapi gue gak tahu jelas tempatnya"
"Anak kecil?"
"Iya, kayaknya anak itu umur lima tahun"
"Plat mobil nya"
"SD003PA"
Doojoon langsung mematikan panggilannya. "Kita berangkat sekarang" titah Doojoon di ikuti oleh para pengawalnya.
Tepat saat Doojoon keluar dari lobi utama hotel, mobil taxi yang dengan plat nomor yang sama tiba di depan mobil mereka.
Deg
"Pliss no" lirih Doojoon berharap
Tak
"Mas Doojoon?" Gumam Ran kebingungan melihat raut wajah yang datar dan dingin itu menatapnya penuh cemas, semuanya bercampur menjadi satu.
Ran berlari pelan menghampiri suaminya "mas, aku belum bayar ongkos taxi nya" bisik Ran di telinga Doojoon dengan santai.
Nafas Doojoon naik turun di buatnya, mata itu tidak berpindah sedetikpun menatap wanita yang masih kebingungan dengan suasana yang menegangkan, di tambah lagi para pengawal yang terlihat lega tapi nampak kelelahan
Srett
"Ehh! Mas! Taxi nya belum di bayarin!" Ran kebingungan melihat Doojoon daritadi diam malah menyeretnya pergi masuk ke hotel.
"Mas"
Brak
Pintu kamar hotel tertutup rapat dengan bunyi yang kuat.
"Aaa...aku bisa jelasin" ucap Ran melihat wajah serius Doojoon menahan amarahnya
Bahkan Ran yang awalnya ingin menempel kini menjaga jarak melihat sosok lelaki yang sudah sangat datar tak bersuara
"Kalung" ucap Doojoon datar
"Kalung? Ohh, tadi aku lupa pake karena tadi udah gak sabar pengen jalan-jalan" jawab Ran dengan detail. Kesalahan pertama adalah Ran tidak memakai kalung pemberian Doojoon yang terdapat alat pelacak di dalamnya, sampai Doojoon kesulitan mencari lokasi istrinya berada.
Doojoon menghela nafas panjang sambil menutup matanya. "Tahan Doojoon, jangan sampai kamu lepas kendali pada wanita aktif ini" gumam Doojoon sangat gemas melihat wajah Ran yang sangat gugup tapi masih terpatri senyuman polos agar Doojoon luluh
"Kamu siapa?"
"Hah? Saya?" Ran menunjuk dirinya sendiri "aku istri kamu" jawab Ran semakin gugup dengan pertanyaan abstrak dari Doojoon
Ingin sekali Doojoon memeluk Ran karena perasaan cemasnya yang tak kunjung hilang sebelum Ran kembali. Kini wanita itu terdiam sambil menjawab pertanyaan karena dia tahu telah membuat kesalahan, yaitu pergi tanpa pesan ataupun izin dari Doojoon
"Mas...kamu...marah?" Ran dengan tingkat kepekaan yang kurang dengan polosnya menanyakan hal jelas terpampang wajah tembok yang belum berubah sama sekali
Posisi Doojoon yang duduk di atas sofa, sementara Ran di depannya berdiri dengan wajah gugup juga sedikit takut karena wajah Doojoon, tapi sebisa mungkin dia harus tenang
Wanita itu sudah kehilangan akal untuk membujuk suaminya, hingga akhirnya keberanian langsung menyambar otak stuck Ran yang berjalan menghampiri Doojoon dan duduk di sampingnya.
Ran menelan ludah berat mendapati tatapan itu semakin dia dekati. Tangan yang sedari tadi mengepal keras tersentuh oleh jemari mungil dan menyatukan ikatannya.
Deg...
Doojoon terkejut, sedikit tergoyahkan oleh tatapan mata yang mampu menguasai pikirannya. Doojoon menghindar, tapi belaian lembut langsung menangkap kembali tatapan itu hingga Doojoon terjebak di dalamnya.
"Tutup mata kamu" lirih Ran dengan suara yang sangat lembut. Amarah itu seketika berubah menjadi debaran hebat memacu adrenalin dalam tubuhnya
Doojoon masuk ke dalam ritmenya, mata itu seperti tertiup angin dengan mudahnya mengikuti alur. "Berhasil juga" gumam Ran tersenyum lega.
"Waduh! Terus apa lagi nih! Kok gue blank!" Ran kembali kebingungan, Doojoon yang menunggu langkah selanjutnya masih setia dengan posisinya
Perlahan Ran memeluk Doojoon dengan kecupan manis di pipi Doojoon. Ran berbisik pelan di telinga Doojoon "mas, kayaknya supir taxi tadi masih nungguin di bawah. Kasian"
Mata Doojoon membulat seketika, berharap Ran akan melantunkan syair-syair merdu, tapi sebuah kecemasan karena jiwa sosialnya yang tinggi.
"Ahh!" Doojoon langsung mengangkat Ran dan membawanya ke atas kasur.
"Mas..."
"Nama"
"Kang Doojoon"
Doojoon langsung melumat bibir yang hampir bergetar karena kebingungan mengungkapkan kata-kata, kini basah dengan timpaan ciuman yang bertubi-tubi hingga membuat Ran kesulitan mengatur nafasnya.
Seperti dahaga yang tidak bisa tercukupi, Doojoon semakin menjadi-jadi menjalari setiap inci bibir yang sudah membengkak memerah
Srak, Doojoon melemparkan kemeja putihnya sembarangan. Entah mengapa tubuhnya ingin masuk lebih dalam lagi sampai rasanya mau gila karena takut kehilangan wanita yang meringis kesakitan. Doojoon melepas semua pakaian Ran tanpa hati-hati
"Ughh, sakit" lirih Ran dengan wajah tertekan.
"Mana yang sakit?" Tanya Doojoon memeriksa dengan teliti
don't forget to comment, and give rating guyss
Share this novel