Episode 29

Romance Series 19934

Keduanya kini sudah berada di taman belakang menikmati waktu sore seolah dunia milik berdua. Ran sedang memeriksa pohon pohon buah yang sedang berbunga, sebentar lagi mereka akan berbuah. Ran membayangkan memetik buahnya saja sudah sangat kegirangan. Sementara Doojoon hanya memerhatikan istrinya, dia sedang duduk di kursi taman sambil menyantap jus dan beberapa cookies di meja bundar di hadapannya.

Ran sedang menunggu kedatangan sahabatnya yang baru saja menelfon hingga akhirnya keduanya berakhir di taman belakang sambil menunggu.

Awalnya Doojoon merasa khawatir pada Ran karena kelelahan saat tadi mereka melakukannya tapi Ran terlihat sangat ceria jika bertemu dengan sahabat mulut cabe kesayangan itu.

"Ran!!" Teriak seorang wanita berlari menuju ke arahnya. Terdengar suara seorang lelaki melarang nya untuk berlari tapi tentu saja wanita itu tidak perduli sama sekali

"Vinaa!" Jawab Ran menghampiri dan langsung memeluk sahabatnya erat.

"I miss you so much Ran" ucap Vina sangat bahagia dia seperti baru keluar dari penjara

"Miss you too" jawab Ran.

Reza menghela nafas panjang ketika mendapat tatapan menyeramkan dari Doojoon, seolah tatapan itu mengatakan "saya sudah bilang jangan ganggu selama seminggu"

"Maaf, gue gak bisa bang. Lo tahu Vina kayak gimana kan" ucap Reza terlihat lelah karena seharian di kantor belum lagi saat sampai rumah Vina sudah siap-siap pergi keluar, sebagai suami dia harus menjaga istrinya yang sedang hamil dan akhirnya mereka berdua berakhir di sini daripada Vina meminta yang tidak-tidak

"Wah, gue baru nyadar kalau taman di rumah lo se cantik ini" puji Vina menatap sekeliling. Bunga-bunga yang bermekaran dan pohon pohon rindang yang berjejer rapih

"Rangga yang sudah membuat semua ini persis seperti yang aku inginkan" jawab Ran teringat akan kekasihnya di masa lalu.

Sementara Doojoon dan Reza sedang memerhatikan istri-istri mereka yang sedang bermain di taman. Keduanya hanya asik makan cookies coklat seperti sedang menjaga anak mereka dari kejauhan

"Udah, jangan larut ke masa lalu lo lagi Ran. Sekarang fokus menata masa depan lo sama lelaki tampan mirip idol Korea kesukaan lo" ucap Vina tidak ingin sahabat nya kembali sedih jikalau mengingat kenangan indah di masa lalu.

"Iya, cuma mau mengenang aja. Btw, kandungan lo gimana?" Tanya Ran mengelus perut rata Vina lembut

"Baik baik aja, tapi kadang suka nyeselin" keluh Vina terlihat kesal

"Loh! Kenapa? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Ran cemas

"Baik baik Ran, tapi si kecebong ini nyusahin aku. Mual mulu kalau gak makan yang asam-asam" keluh Vina menghela nafas

"Jangan gitu, mumpung lagi suka yang asem asem, nanti aku suruh mbok Arsih buatin jus jeruk buat kamu" ucap Ran dengan senyuman manisnya

"Makacih ya Tante Ran" ucap Vina mewakili kecebong yang berada dalam perutnya seperti anak kecil.

"Sama-sama sayang" jawab Ran

"Wahhh, kolam renangnya gede juga ya Ran, banyak bunga-bunga lagi di pinggiran kolamnya" puji Vina menuju ke kolam renang. Sepertinya naluri ibu hamil kalau ngidam suka yang cantik dan indah-indah semua.

Ran tentu saja menemani, berhubung kolam renang dan tempat Doojoon dan Reza duduk agak sedikit jauh juga keduanya juga sedang membahas masalah di perusahaan hingga akhirnya mereka tidak menyadari kalau dua bocil itu sudah hilang dari pengawasan mereka

Sekedar informasi kalau dua wanita itu tidak bisa berenang. Yang satunya bisa berenang karena banyak pria yang selalu rela di jadikan sandaran nya, satunya lagi hanya di ajari oleh satu pria yang hanya mengambil keuntungan jika ingin belajar hingga akhirnya keduanya sama-sama tidak ada perkembangan sama sekali.

"Itu apa?" Tanya Doojoon melihat plastik kresek berada di samping kursi Reza

"Astaga, gue lupa!" Ucap Reza baru sadar kalau mereka membawa makanan juga

"Ini ada minuman Boba sama puding kesukaan Ran. Vina yang beliin" Reza mengeluarkan jajanan itu di atas meja yang sudah full dengan makanan

Bbyurrrrr!!!

"RAN!!!" Teriak Vina di seberang sana. Doojoon dan Reza segera berlari menghampiri titik suara yang bergema di telinga mereka.

Mata Vina membulat kaget ketika Ran terpeleset di pinggiran kolam hingga akhirnya dia tercebur ke dalamnya

Doojoon yang baru saja tiba langsung melompat ke dasar kolam menarik Ran yang sudah tenggelam tidak berdaya

Segera Doojoon menggendong Ran keluar dari kolam dan meletakkan nya di pinggiran kolam.

"Ran!" Panggil Doojoon menggoyangkan bahu Ran untuk bangun.

"Panggil dokter sekarang juga!" Teriak Doojoon sangat tidak karuan

Doojoon segera memberikan nafas buatan dan melakukan pertolongan pertama, tapi Ran tidak juga sadar.

"Ran! Bangun sayang! RAN!" Teriak Doojoon di sela-sela nafas buatannya yang sudah ketiga kalinya dia lakukan

Vina gemetar dalam pelukan Reza yang juga khawatir pada keadaan istrinya yang sedang hamil juga sahabatnya yang belum sadar

"Uhuk uhukk!" Suara batuk Ran membuat Doojoon lega.

Nafas Doojoon yang tidak beraturan langsung memeluk Ran dengan perasaan lega "syukurlah" lirih Doojoon memeluk istrinya erat.

"Mas Doojoon, uhuk uhukk" Ran mencoba menenangkan suaminya yang gemetar hebat dengan nafas tersengal-sengal.

Reza membulatkan matanya melihat sikap Doojoon seperti kesetanan melihat Ran yang tak kunjung sadar, dia tidak memperdulikan siapapun yang berada di dekatnya. Setelah Ran membuka matanya raut wajahnya langsung sadar dan menahan air matanya.

"Hiks hiks maafin aku ran" ucap Vina meneteskan air mata takut sahabat nya tidak sadarkan diri. Tapi dia lebih takut pada reaksi Doojoon tadi yang sangat menyeramkan

Ran juga berusaha untuk mengatur nafasnya yang sudah memerah karena meminum banyak air dan hidungnya terasa sangat panas

"Aku yang minta maaf bikin kamu cemas dan kaget" ucap Ran masih bisa merespon sahabatnya

Memang menyeramkan melihat orang tenggelam yang tidak berdaya.

Detak jantung Doojoon berdetak kencang hingga terdengar di telinga Ran yang masih dalam pelukannya "aku hampir aja mati tenggelam mas" ucap Ran mencoba mencairkan suasana yang mencekam

Para pengawal dan para maid juga ikut cemas melihat keadaan Ran "kamu yang bikin aku mati Ran" ucap Doojoon mencoba menenangkan dirinya karena emosional

"Aku percaya mas Doojoon pasti nyelamatin aku" ucap Ran membalas pelukan suaminya dari tadi.

"Kita masuk yuk, aku malu diliatin mereka" bisik Ran di telinga Doojoon. Kini baju Ran tembus pandang karena sudah basah. Untung saja mbok Arsih langsung membawa handuk untuk menutupi tubuh Ran yang sudah berantakan.

Doojoon menggendong istrinya ke kamar mandi untuk segera mengganti pakaiannya. Untung saja Ran memakai jilbab pasang simple dan baju terusan yang tidak berbahan tebal. Doojoon melepas satu persatu pakaian Ran dan memeriksa setiap inchi tubuhnya.

"Gak ada yang luka mas, cuma bekas kissmark kamu aja di tubuh aku" ucap Ran sudah malu

"Huh, aku bisa kena penyakit jantung karena ulah kamu" ucap Doojoon melepaskan nafas lega dalam pelukan Ran

Doojoon segera memakaikan Ran pakaian yang sudah di siapkan maid tadi. Jilbab simpel, Hoodie sweater yang tebal juga celana training tebal menyelimuti tubuh Ran agar tidak demam lagi.

"Mas juga ganti pakaian gih, nanti masuk angin" perintah Ran.

Doojoon segera melepaskan pakaiannya di depan Ran, dia melihat tubuh Doojoon yang naked segera di baluri oleh piyama mandi sebatas kaki. Doojoon menggendong Ran menuju ke kasur juga segera memakai pakaian nya.

"Jangan marah sama Vina, aku yang salah injek tadi terus kepeleset deh" ucap Ran tahu kalau Doojoon akan segera menuju ke bawah memarahi Vina

"Dia sedang hamil mas, tidak baik kalau kita melukai perasaan seorang ibu. Justru aku cemas sama kandungan dia yang udah syok lihat aku" ucapan Ran memang ada benarnya tapi memang Doojoon sangat kesal dengan kejadian itu

"Tunggu di sini" pesan Doojoon lalu memanggil salah satu maid menemani Ran di dalam kamar

Doojoon menuju ke bawah menghampiri Vina yang merasa bersalah dengan isakan tangis dalam pelukan Reza

"Udah nangisnya sayang, gak baik buat janin kamu" ucap Reza sudah membujuk tapi tidak di dengarkan oleh wanitanya

"Kasian Ran nya Za. Hiks hiks seharusnya gue gak ajakin dia ke kolam. Gue pengen nolongin Ran tapi gue sadar gak bisa berenang. Huwaaa" Vina merasa bersalah pada sahabatnya

"Udah Vin, gak usah nangis lagi, ini bukan salah kamu, Ran sudah cerita ke saya. Jangan menyalahkan dirimu. Sekarang kamu istirahat juga, saya tahu pasti kamu juga syok. Kamar tamu sudah di bersihkan. Dokter akan menuju ke sana setelah memeriksa kondisi Ran" ucap Doojoon menjelaskan hingga akhirnya Vina sudah merasa baikan.

"Maaf ya bang, gue ngerepotin" ucap Reza pada sepupunya dengan tulus

"It's okay. Sekarang bawa Vina ke kamar. Saya juga mau lihat kondisi Ran dulu" jawab Doojoon langsung menuju ke kamarnya.

Tak terasa waktu sudah berjalan hingga malam pun sudah tiba. Di kamar, dokter sudah memeriksa kondisi Ran "dia baik-baik saja hanya sedikit kelelahan dan syok atas kejadian tadi. Jadi biarkan dia istirahat dulu sampai keadaannya benar-benar pulih" pesan sang dokter langsung meninggalkan mereka berdua.

Ran yang tertidur pulas dalam selimut bahkan tidak tega membangunnya untuk makan malam. "Kamu pasti kecapean" ucap Doojoon sudah berada dalam selimut memandangi wajah Ran

"Kamu sih nakal banget! Pasti mama sama Hendra kewalahan sama sifat kamu yang kayak gini" gumam Doojoon bercerita sendiri dengan asiknya.

"Untung aja Vina gak ngikutan nyebur nolongin kamu. Aku gak bisa jamin kalau kalian berdua masih bisa jalan bareng" ucapnya memang sudah sangat ingin mencurahkan isi kepalanya karena kejadian tadi.

Doojoon semakin gemas melihat keaktifan sang istri yang versi tersembunyi dalam dirinya. Ia ikut menutup mata setelah memberikan kecupan singkat di bibir Ran. Keduanya larut dalam mimpi masing-masing.

Sementara di kamar sebelah...

"Hueekkk!" Vina sudah kelelahan menahan muntah di tengah malam yang selalu mengganggunya. Reza hanya bisa menemani sambil mengelus punggung Vina agar mualnya bisa keluar semua

"Mau aku buatin jus lemon?" Tawar Reza menahan kantuknya demi sang istri.

Vina hanya mengangguk lesu tidak berdaya, dia sudah kehilangan tenaga karena rasa mual yang tak kunjung reda.

"Besok aku harus ke kantor, ada rapat ketua divisi" keluh Vina juga sudah kantuk tapi setiap kali dia menutup mata, rasa pusing dan mual pasti datang.

"Masih ada 6 jam lagi buat kamu istirahat. Tunggu bentar ya, aku ke dapur cari lemon" ucap Reza melihat jam tangannya yang menunjukkan waktu pukul 12:00

"Apa aku berhenti aja ya Za?" Gumam Vina sudah kewalahan karena kehamilannya "tapi gimana kehidupan mama sama brandal satu itu?" Keluh Vina sudah bersandar di kasurnya

"Vin, kamu itu istri aku. Berarti mama sama Doni juga orang penting buatku. Apa suamimu ini tidak bisa membiayai keluarga mu?" Ucap Reza memegang pundak Vina seolah memberi dukungan kepada nya

"Za, gue dari keluarga yang gak berpunya. Gue juga punya harga diri dan lo dari keluarga konglomerat, bagaimana kalau keluarga Lo tahu kalau lo membiayai kehidupan keluarga gue?"

Reza menghela nafasnya, Vina bukanlah wanita yang matre meskipun penampilannya seperti jalang, dia adalah wanita pekerja keras yang tidak pernah membebani siapapun. "Kita sudah membahas ini hampir setiap hari Vin, lo keras kepala banget. Lo bisa gak terima semua yang gue kasih?" Jawab Reza baik-baik

"Gue gak seperti wanita di luar sana yang cuma ngarepin duit suaminya. Gue gak keras kepala Za, gue juga sadar diri sebagai wanita dari kelas bawah" ucap Vina

"Vin, gue gak perduli lo dari keluarga paling bawah sekalipun, lo itu orang yang pengen banget gue bahagiain di dunia ini Vin. Gue gak pernah ngelarang lo lakuin apapun semau lo, tapi jangan buat diri Lo sendiri tersiksa Vin. Biar gue aja yang jadi tulang punggung keluarga. Duit gue gak akan pernah habis sampai tujuh turunan" Reza menjelaskan semuanya untuk yang kesekian kalinya

"Please jangan paksa diri lo Vin, gue selalu ada buat lo" bujuk Reza menggenggam tangan istrinya yang sudah berlinang air mata.

"Za, tapi gue gak mau bebanin lo...hiks hiks" lirih Vina sudah menerima banyak cinta dari lelaki yang sangat mencintainya

"Lo bukan beban Vin, tapi tanggung jawab gue dunia akhirat. Nurut sama gue. Hm?" Ucap Reza menyeka air mata yang sudah mengalir di pipinya

Vina mengangguk, ia langsung memeluk Reza di sela tangisnya "apapun yang gue beri, jangan pernah merasa rendah Vin. Lo masih Vina yang dulu suka perintah gue, marahin gue lo masih Vina si tukang nyuruh, lo masih Vina yang paling berani marahin orang, lo masih manjadi Ratu mulut cabe gue yang paling manis" kata Reza menenangkan istrinya yang selalu cekcok dengannya hanya karena masalah kecil

"Hiks hiks, gue sayang banget sama lo Za" kata Vina dengan isakan tangisnya

"Gue yang paling sayang sayanggg banget sama Vina ratu mulut cabe" gombal Reza tersentuh dengan kalimat manis Vina yang baru pertama kali dia ucapkan.

"Mmph....oekkk!" Akhirnya baju Reza kini menjadi serbet untuk menampung muntah Vina yang tidak sempat ke wastafel

"Sorry..." Lirih Vina berlari menuju ke wastafel diikuti oleh Reza yang menerima bajunya yang kotor. Sedangkan ia hanya membawa satu baju, tidak akan mungkin Doojoon meminjamkan pakaian nya pada adik sepupunya ini.

Reza melepaskan pakaiannya hingga akhirnya dia telanjang dada. "Aku buatin jus lemon ya, tunggu di sini bentar" pesan Reza keluar dari kamar dengan telanjang dada.

Ran masih dalam lelapnya begitupun Doojoon mengurung istrinya dalam pelukannya.

"Mahh..." Lirih Ran dalam tidurnya

"Mas Doojoon... Tolong aku... Hiks hiks" ucap Ran sepertinya mimpi buruk

"Mas!!! Hah hah hah" ucap Ran gelisah. Keringat di pelipis mata dan sekujur tubuhnya membuat Doojoon khawatir
Doojoon sadar karena suara Ran yang membangunkannya "Ran" panggil Doojoon panik

"Mas" Ran semakin memegang erat lengan Doojoon dengan mata yang masih tertutup

"Ran, sadar..." Ucap Doojoon membuat Ran tersadar. Ia langsung menatap Doojoon dengan rasa takut

"Aku mimpi mas, aku takut kamu gak nyelamatin aku" lirih Ran menggenggam tangan Doojoon. Dia sudah tahu ketika ada hal buruk terjadi pada Ran, dia akan membawanya sampai ke mimpi buruk bahkan lebih parah lagi.

Tangan Ran gemetar, wajahnya pucat dan keringat sudah membasahi pakaiannya "aku telfon dokter sekarang" ucap Doojoon tapi di tahan oleh Ran.

"Ma'ag aku sepertinya kambuh. Tolong ambilkan obat di laci bawah mas" pesan Ran pada Doojoon.

Dia segera mengambilnya, seperti tas makeup yang dipenuhi oleh obat-obatan yang biasa Ran konsumsi. Tapi obat-obatan itu sudah jarang dia konsumsi, obat itu untuk jaga-jaga apabila penyakitnya menyerang.

Doojoon mengerutkan keningnya melihat berbagai macam obat yang sangat asing di matanya. "Apa kamu masih mengonsumsi obat-obatan ini Ran?" Tanya Doojoon Ragu.

"Sudah hampir dua tahun aku berhenti mengonsumsi nya mas" jawab Ran berbohong. Dia pernah meminumnya sekali saat dirinya bertemu dengan Rangga di mana mereka bertengkar mengenai pernikahan. Saat itu memang Ran sangat syok dan pikirannya tidak bisa dia kontrol hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengonsumsi obat-obatan itu lagi.

Ya, dia tahu Ran tidak pandai berbohong, tapi Doojoon tidak ingin mengungkitnya. "Aku buatkan air hangat dulu. Kamu tunggu di sini" ucap Doojoon tapi tangan Ran kembali menahannya

"Ikut" lirih Ran menggenggam erat tangan Doojoon

Ran mengikat tali Hoodie di kepalanya sebagai kerudung lalu berdiri di atas kasur. Tangannya langsung meraih Doojoon yang sedang berdiri di depannya

Doojoon langsung menggendong layaknya seperti anak bayi. Ran menyilangkan kakinya di belakang pinggang Doojoon lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Doojoon. Kedua tangan Doojoon menjadi titik tumpu di pinggul dan pinggang Ran agar tidak merosot ke bawah. Layaknya seperti anak bayi yang cengeng.

"Tumben manja" kata Doojoon dengan senyuman

"Aku lagi sakit, jadi tugas kamu merawat aku" tutur Ran menghirup wangi khas tubuh suaminya di ceruk lehernya

"Kamu gak mau? Ya udah aku turun aja!" Ucap Ran melepaskan rangkulannya

"Gak gitu sayang, berarti kamu udah cinta sama aku?" Tanya Doojoon masih menggoda Ran dalam gendongannya

"Tau ah! Aku laper mas, ayokk" perintah Ran memang kenyataannya dia sudah pucat karena belum makan dari siang

"Iya iya, pegangan yang kuat" pesan Doojoon berjalan ke bawah.

jangan lupa ratingnya ya guys. love you;)

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience