Episode 5

Romance Series 19934

"assalamualaikum"

"Waalaikum salam. Ran! Lama tidak jumpa" sapa Ririn pada sahabat anaknya.

"Kak Rizki nya ada Tante?" tanya Ran tersenyum ramah pada wanita separuh baya yang masih awet muda.

"Ada, mau tante panggilkan?" tawar Ririn ramah

"Mmm, semalam kak Rizki mau pinjamin buku ke saya untuk referensi materi mata kuliah tante" kata Ran menjelaskan semuanya.

"Ohh, kalau begitu kamu ke kamarnya saja. Semua buku dia ada di kamar" ujar Ririn membawa Ran menuju kamar Rizki.

Tentu saja Ran mengikuti karena merasa tidak enak menolak penawaran dari seseorang yang dia hormati. "Tante..."

"Hmm?"

"Ran enggak enak masuk kamar orang" lirihnya lembut.

"Tante juga ikut masuk kok. Kayaknya Doojoon tidak ada di kamarnya" pikir Ririn melihat situasi kamar Rizki yang sangat sunyi.

Karena orang tua Rizki berasal dari Korea, tentu saja dia mempunyai nama asli yaitu Kang Doojoon tapi karena mereka sudah menetap di Indonesia jelas saja nama panggilannya diubah sendiri oleh Reza menjadi Rizki karena tidak terbiasa dengan penyebutan huruf Hangul. Jika mereka sudah berada di rumah otomatis kebiasaan mereka akan memanggil nama asli.

"Kamu cari saja bukunya, biar tante cari Doojoon di luar" pesan Ririn meninggalkan Ran sendiri di kamar Rizki.

Sedikit gugup merasa di kamar seorang lelaki pertama kali, matanya mulai melirik setiap sudut kamar yang sangat rapi juga bersih, sembari mencari buku-buku di lemari yang berjejer rapi, ia mulai membaca setiap cover buku itu mencari benda yang membuatnya datang ke sini.

Melihat sebuah buku catatan yang berada di rak paling atas membuat Ran penasaran ingin melihatnya, kakinya mulai berjinjit untuk menggapai buku tersebut tapi sayangnya ia tidak bisa meraihnya.

"Mau saya ambilkan?" tawar Rizki sudah masuk di dalam kamarnya langsung menghampiri Ran yang membelakangi nya

"Tolong dong kak" kata Ran masih berusaha tanpa melirik ke belakang sama sekali.

Tep

Buku itu langsung diraih oleh Rizki dan diberikan pada Ran, saat Ran membalikkan tubuhnya...

Deg

Sesuatu yang pertama kali dilihatnya adalah sebuah dada yang sedikit terekspos dari jubah mandinya "lelaki ini sangat seksi" gumamnya.

"Astaghfirullah" Ran tersadar dari khayalan di depan matanya.

Rizki yang baru saja selesai mandi dan masih mengenakan jubah mandinya terlihat sangat mempesona hingga Ran mengalihkan pandangannya.

"Ahh, maaf" kata Rizki menuju ke closet memakai pakaiannya.

Baju kaos lengan panjang dibalut dengan celana training melekat di tubuh six pack milik Rizki. Belum lagi rambut basah yang masih menetesi handuk kecil yang melingkar di lehernya membuat Ran memerhatikan nya tanpa berpindah sedikitpun. Kini mereka sedang berada di ruang kerja Rizki, tentu saja ruang kerja itu berada tepat di depan rak buku dalam kamar Rizki.

"Kalau kamu menatap ku seperti itu, aku juga bisa malu" gumam Rizki hanya bisa menahan diri.

"Jadi, kapan kamu akan mengajar?" tanya Rizki menetralkan suasana.

"Jam 09:00 pagi. Kak Rizki gak ke kampus?" tanya Ran

"Aku berencana untuk berhenti untuk beberapa bulan ini" ujar Rizki.

"Kenapa kak?"

"Semua urusan perusahaan akan diberikan kepadaku. Sebenarnya aku bisa mengatur waktuku dengan perusahaan di Indonesia tapi papa mengatakan sudah saatnya untukku mengelola semua perusahaan. jadi apa boleh buat" jelas Rizki memikirkan semuanya dengan matang.

"Kak Rizki memang sangat hebat, Ran bangga punya teman seperti kak Rizki" puji Ran mengacungkan kedua jempol nya.

"Bolehkah aku lebih dari sekedar teman bagimu?" tanya Rizki terus terang.

Deg

"Seorang janda seperti ku tidak pantas bersanding denganmu" gumam Ran dalam hatinya.

"Aku..."

"Doojoon oppa! minta duit jajan. Jennie mau nonton sama temen. Ehhh eonni!" Suara nakal dari gadis manja yang sangat dekat dengan Rizki masuk ke kamar menghampiri mereka.

"Eonni, bogo sip-eoyo (aku merindukanmu)" keluh Jennie langsung memeluk Ran erat. Pelukan itu membuat Ran tersenyum bahagia Jennie sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.

"Jennie udah gede ya" ucap Ran menyentuh pipi Jennie lembut.

"Eonni... temenin Jennie nonton yuk" ajak Jennie manja.

"Ran mau ngajar Jennie, jangan diganggu" kata Rizki.

"Nanti kita jalan-jalan bareng ya, sekarang aku gak bisa main sama Jennie" jawab Ran lembut.

"Janji?"

"Janji" keduanya melakukan janji kelingking.

"Mmm... kak Rizki"

"Apa Ran?"

"Nama asli kakak itu Doojoon?"

"Nama aslinya oppa itu Kang Doojoon eonni" jelas Jennie.

"Reza yang memberikanku nama panggilan yang selalu kamu panggil" kata Rizki.

"Terus kak Rizki kalau di kantor atau di pertemuan resmi di panggil siapa?" Ran makin penasaran.

"Mmm... kalau di perusahaan mereka hanya memanggil bos atau Presdir, mereka tidak pernah memanggil nama asli ku, dan seperti biasanya aku di panggil Rizki sama Reza" jawab Rizki

"Apa kakak pernah merasa risih atau tidak suka kalau nama Rizki yang selalu digunakan. Kayaknya nama kak Rizki itu gak cocok sama kakak" saran Ran.

"Sebenarnya aku lebih suka dengan nama asliku, tapi orang lain juga sudah tahu dengan nama panggilan itu" keluh Rizki merasa sedikit risih.

"Aku juga setuju" tambah Jennie merasa aneh memanggil kakaknya Rizki.

"Kalau gitu kalian maunya aku di panggil apa?" tanya Rizki pada dua perempuan yang suka mengatur

"Kalau aku sih Doojoon oppa" ujar Jennie."Kalau eonni gimana?" tanyanya pada Ran

"Kak Doojoon?" pikir Ran.

"Panggil oppa aja eonni biar sama kayak Jennie" bujuk Jennie merengek pada Ran.

"Tapi kan panggilan oppa itu untuk orang yang sudah dekat. Aku juga gak enak sama kak... Doojoon" jawab Ran

"Aku gak keberatan" singkat Rizki.

"Tuh!, Oppa gak keberatan. Eonni... coba panggil oppa, Jennie pengen denger" bujuk Jennie lagi. Melihat tingkah imut dari Jennie membuat Ran luluh dan mencoba untuk memanggil Rizki dengan nama aslinya.

"Doojoon... Oppa" suara lembut Ran membuat keduanya terdiam. Jennie dan Rizki langsung bertatapan.

Deg

"Waahhhh, suara eonni cocok banget panggil oppa" puji Jennie. Di sisi lain Rizki menutup wajahnya yang berubah merah mendengar suara lembut dari wanita yang dikaguminya memanggil namanya.

"Janji sama Jennie, eonni harus panggil oppa terus. Selamanya" ancam Jennie dengan manja agar semuanya berjalan mulus.

"I... iya" jawabnya.

Tentu saja Ran merasa malu pada sifatnya tadi. Jennie memberikan kode mata pada kakaknya kalau dia sudah berhasil mengambil langkah untuk mendekatkannya dengan Ran.

"Jangan lupa ongkosnya, sisanya biar Oppa yang urus" pesan Jennie pada Rizki di sela-sela ia memeluk Ran. Rizki mengacungkan jempolnya tersenyum senang.

"Kalau gitu, Jennie berangkat dulu ya" ujar Jennie melangkah pergi.

"Tunggu!" tahan Rizki. Ia langsung mengeluarkan 2 lembar uang senilai 50 ribu won dari dompetnya untuk Jennie. Jennie sangat bahagia menerima tip hasil usahanya dari Rizki.

"Kalau butuh bantuan, telfon aja. Jennie selalu ada buat Oppa" bisik Jennie pada kakaknya. Jennie manis banget sih ;)

Mulai saat ini panggilan untuk Rizki di rubah oleh Jennie dan Ran menjadi Kang Doojoon, yaitu nama asli dari Rizki. Jadi, author ngikut aja apa perintah dari kedua perempuan cantik itu. Semoga kalian ngerti my reader.

"Aku mau pamit juga, mmm... boleh gak aku panggil kakak... kak Doojoon aja?" tanya Ran merasa malu kalau memanggil Doojoon di depan orang lain nantinya.

"Janji harus ditepati Ran" peringat Doojoon pada janjinya dengan Jennie.

"Tapi..."

"Yasudah, kamu panggil aku Kak Doojoon saat kita berada di luar tapi kalau sama Jennie panggil sesuai janji kamu aja" saran Rizki pada Ran.

"Kalau ketahuan Jennie gimana?"

"Ada aku" jawabnya lembut.

"gomawo Oppa (terimakasih kak)" ucap Ran sedikit tahu bahasa Korea karena sering nonton Drakor

"cheonman-eyo (sama-sama)" jawabnya

***

Malam saat para wanita juga wanita berkumpul di sebuah taman belakang rumah baru milik Ran. Rencana mereka beberapa hari lalu kini terealisasikan. Barbeque di malam hari yang sangat menyejukkan hati juga tawa bahagia bagi mereka. Ada Vina, Doojoon, Reza, dan Haikal. Sudah pasti Ran sebagai tuan rumah.

"Ran, pacar gue mau datang. Boleh gak?" tanya Ran sedang memanggang daging juga jagung bakar bersama dengan Doojoon yang sangat membantu.

"Boleh dong, ajak aja dia ke sini" jawab Ran.

"Udah di depan dianya" ujar Vina berlari menuju ke pintu gerbang menjemput pacarnya.

"Rangga mana?" tanya Reza pada Haikal.

"Dia gak minat kumpul-kumpul gini. Paling sekarang dia sedang sibuk dengan para kertas juga komputer dihadapannya" jawab Haikal sudah sangat tahu kegiatan Rangga setiap harinya.

"Za, bisa tolong ambilkan sambal di dapur" pinta Ran

"Lagi nanggung nih, aku selesaikan dulu karpet nya Ran" tolak Reza juga sedang sibuk memasang alas juga perlengkapan makan bersama dengan Haikal.

"Oppa, tolong jagain ayam aku sama jagung nya. Aku ambil saos dulu" bisik Ran pada Doojoon di sampingnya.

"Pft"

Tawa Doojoon mendengar Ran memanggilnya lembut terdengar menggemaskan baginya. "Siap ibu Ratu" ucap Doojoon patuh.

"Za, ambilin gue ayamnya dong" perintah Vina langsung duduk di tempat yang sudah teratur bersama dengan pacarnya. Memang tidak tahu diri mereka hanya makan tulang aja. Dasar Vina. Biarpun seperti itu, Reza tetap menuruti kemauan sahabat nya dengan sabar dan sudah terbiasa dengan semuanya.

"EHH! pak Rangga!?" Haikal kaget melihat bosnya berada di sini memakai baju santai seperti mereka.

"Kayak bisu gak ngomong dari tadi udah di depan gerbang. Kalau gak niat, gak usah datang. Kita di sini juga gak butuh sama orang yang gak turun tangan buat bantu" sindir Vina pada Rangga. Semua para lelaki gugup melihat keberanian Vina. Ia adalah satu-satunya wanita yang berani menggunakan bahasa kasar pada Rangga, namun Rangga biasa saja tidak merespon.

Dengan santainya Vina menyuapi pacarnya tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Memang Vina sangat mencintai pacarnya itu, mata para lelaki memerhatikan pacar Vina. Dilihat dari penampilannya saja sudah pasti dia hanya memanfaatkan Vina saja. Kenapa mereka tahu, karena mereka juga lelaki. Tapi sebisa mungkin mereka harus menjaga Vina dengan pengawasan tanpa disadarinya.

"Minggir! Gue mau duduk" suara dingin Reza langsung menyusup diantara keduanya.

"Ngapain sih lo! Orang lagi happy juga" keluh Vina risih di samping Reza.

"Kita ke sini buat kumpul bareng, bukan buat forum baru. Pulang sana kalau mau dua-duaan" sindir Reza tidak suka.

Dengan terpaksa Vina dan Iqbal mengikuti kegiatan malam itu dengan bersama-sama hingga kemesraan mereka berdua terhenti.

Sruk

Barang bawaan Ran terjatuh di pinggiran kolam saat menuju ke tempat mereka berkumpul. Sontak Rangga dan Doojoon datang untuk membantu.

"Kenapa gak panggil aku kalau bawaannya banyak gini" ujar Doojoon sedang memasukkan saos dan makanan lainnya ke dalam dos.

"Ran bisa Oppa, makasih bantuannya" ucap Ran tidak memerhatikan seseorang yang membantunya.

"Makas..." Ucapan Ran terhenti ketika dia menerima botol kecap dari tangan seorang yang dikenalnya. Mata mereka saling bertatapan sangat dalam, beberapa detik hingga Doojoon harus menegur Ran.

"Ran, biar aku saja yang bawa" tutur Doojoon membawa semua barang hingga membuat keduanya sadar kembali. Apakah suasana di malam ini akan damai atau kecanggungan yang selalu ada di antara keduanya?

Saat semuanya sudah berkumpul mengelilingi meja persegi panjang dengan makanan yang sangat banyak di atas meja. "Nih, makanya pelan-pelan" pesan Doojoon memberikan paha ayam pada Ran yang berada di sampingnya sementara Rangga berada di hadapan mereka.

"Terimakasih. Oppa makan juga" bisik Ran pada Doojoon. Ia makan dengan lahap. Reza yang sibuk mengganggu Iqbal dan Vina sementara Haikal terjebak dalam cinta segitiga diantara Ran, Rangga dan Doojoon.

Drrtt, ddrrrtt...

Dering handphone Rangga terus saja bergetar tapi sama sekali tidak dihiraukan nya karena ingin fokus melihat Ran yang sangat lahap menyantap makanannya

"Bukannya lepasin stres malah suasana nya mencekam banget di sini" gumam Haikal memerhatikan ketiganya saling tatap tatapan ke arah Ran yang tidak perduli.

"Terus gue ngapain di sini?" gumam Haikal lagi frustasi menghayati suasana.

"Haikal?"

"Hmm? Kenapa Ran?"

"Gelas kamu tumpah"

"Oh, hah?"

Haikal bangkit dari duduknya, kaosnya sudah basah bersama dengan celananya. "Hahaa, Haikal ngompol" ejek Vina tertawa lepas.

Suasana berubah jadi tawa melihat Haikal dan Vina yang mempererat suasana menjadi lebih relaks.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience