Malam saat semuanya sudah berkumpul di halaman Vila yang sudah terhias dengan sangat cantik. Setiap sudutnya dipenuhi oleh lampu Tumbler di sekeliling panggung.
Doojoon memakai pakaian santai layaknya seperti mereka. Tapi postur tubuh yang tinggi, bahu yang kekar dan sixpack di tambah lagi wajah tampan yang tidak bisa di elakkan. Semua itu membuatnya seperti figur seorang artis yang sedang mengiklankan produk pakaian nya malam ini.
Saat ini dia duduk bersebelahan dengan Ran. Duduk manis memangku kaki jenjang nya. Sebelah tangannya dia gunakan untuk menyanggah dagunya yang sedang menatap Ran tanpa berpaling sedikitpun.
Semua orang lesehan di halaman Vila yang di alasi dengan karpet merah yang sangat besar hingga mampu menampung semua mahasiswa.
Semua senior dan tamu tentunya berada di barisan paling depan. Doojoon berada di barisan sudut kiri depan yang di sampingnya ada istri tercinta setelah itu ada Rasya, Mita dan ke tiga polisi yang menjadi tamu dari senior mereka.
Sedangkan barisan ke dua di belakang Doojoon adalah para pengawalnya yang selalu sigap menjaga tuan dan nyonya mereka.
Sebenarnya, Doojoon sempat mengajukan penolakan mengenai lokasi duduk mereka yang dia pikir tidak higienis dan pasti akan sangat dingin. Tapi melihat wajah Ran yang sangat bahagia akhirnya dia mengubur dalam-dalam penolakan itu.
Sedangkan Ran fokus menonton persembahan dari para mahasiswa di depan mereka. Tertawa dan tersenyum, inilah mimik wajah yang ditunjukkan nya selalu.
"Cantiknya" gumam Doojoon di dengar oleh wanita cantik yang membuatnya candu.
Ran menoleh, tatapan mereka saling bertemu "cup" Ran memberikan kecupan singkat di pipi Doojoon. Mata Doojoon terbuka lebar, dirinya salah tingkah dan tersenyum di dalam ceruk leher Ran dengan manja.
"Aku pasti sudah melahap mu kalau hanya kita berdua di sini" bisik Doojoon di telinga Ran.
Plak
Ran memukul bahu Doojoon, ia tak mengerti sikap suaminya yang dulu sangat cool dan berwibawa sekarang seperti anak kecil manja yang selalu meminta cinta dari ibunya.
"Gak malu di dengar mereka?" Ucap Ran melihat semua mata cemburu dan iri pada kemesraan yang Doojoon berikan.
Doojoon menggeleng cepat "enggak, kamu kan istriku" jawab Doojoon percaya diri.
"Udah, mending kamu nonton mereka tuh. Seru banget mas Doojoon" mata Ran mengarah pada panggung teater yang sudah di mulai dari tadi.
"Ada yang lebih seru kok" mata berbinar Doojoon menatap lekat mata Ran, perlahan wajahnya mulai mendekati wajah Ran tanpa peduli mereka sedang di mana. Doojoon ingin mengecup bibir pink kenyal itu saat ini juga.
Ekhem!
Hampir semua orang di sana berdehem melihat sejoli yang tidak melihat situasi dan kondisi.
"Kamu gak dingin?" Tanya Doojoon memerhatikan istrinya.
Ran menggeleng, saat ini dia memakai pakaian tebal. Di seluruh tubuhnya bahkan kepalanya yang dilindungi oleh jilbab simpel masih di pakaikan tengtop yang tebal menyelimuti seluruh kepalanya.
Pukul 10:00 malam semakin larut di tambah lagi hawa dingin masuk di sela-sela pori-pori kulit yang tertutupi oleh benda hangat di tubuh mereka.
Mereka tidak menyadari waktu karena sangat seru, persembahan demi persembahan mereka tampilkan dengan tujuan mengibur dan menciptakan tawa bagi yang menonton. Karena tujuan mereka ke sini adalah menjalin hubungan baik sekaligus healing mencari suasana alam yang asri.
Ran yang tidak tahan dingin masih bersikukuh berada di sana bersama dengan mahasiswa dan teman-temannya. "Shhh" Ran sudah merasa kedinginan malam ini.
Tentu saja suaminya itu langsung mengambil alih "kita masuk ke dalam, kamu gak boleh lama-lama di luar. Di sini semakin dingin" bujuk Doojoon lembut agar istrinya menurut.
Ran menggeleng, masih ada satu agenda lagi yang dia tunggu-tunggu. Yaitu penampilan mahasiswa kebanggaan nya yang akan menyanyikan sebuah lagu.
"Dikit lagi Yaa" jawab Ran dengan wajah memelasnya agar diizinkan.
"No Ran, kita masuk sekarang" jawab Doojoon khawatir akan kesehatannya
"Mas Doojoon.." rengeknya manja
Dia memijit pelipisnya sambil menghela nafas panjang "oke" singkatnya. Ia langsung melepaskan Hoodie sweater yang berada di tubuhnya lalu di masukkan ke dalam tubuh mungil Ran yang mau di urus demi sebuah izin untuk menetap.
Doojoon menggosok kedua tangannya lalu menggenggam dan memasukkan kedua tangan Ran di dalam tangan besarnya agar Ran tidak kedinginan dan tidak demam lagi.
Kedua sahabat Ran tidak berkutik di buat Doojoon, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Tapi itu membuat mereka bahagia karena Ran sudah kembali ceria karena beberapa hari ini dia dipenuhi oleh kecemasan hingga membuatnya sakit karena kepikiran tapi tetap saja di wanita yang tidak pernah menceritakan masalahnya jika itu membuat orang merasa kesulitan. Dia memilih diam dan memendamnya sendiri.
Seorang lelaki naik ke atas panggung dengan sebuah gitar akustik kesayangannya.
"Lagu ini khusus untuk seseorang yang selalu tersenyum ketika berpapasan dengan semua mahkluk di muka bumi ini. Senyuman yang selalu membuat semua mahkluk meminta lebih bahkan lebah pun ingin mendekati nya karena sangat manis dan wangi" sontak lelaki itu melirik ke arah Ran lalu memandang ke arah lain.
Gitar itu dipetiknya hingga semua tertuju pada penampilan yang membuat semua perempuan seperti ulat kepanasan, tapi tidak bagi Ran, di menyenderkan kepalanya di bahu Doojoon dan menikmati penampilan mahasiswa nya yang bernama Gibran.
Senyuman terpatri di bibir Ran, dia sangat bangga muridnya ahli dalam segala hal.
Cantik...
Ingin rasa hati berbisik...
Untuk melepas keresahan...
Dirimu...
O cantik...
Bukan kuingin mengganggumu...
Tapi apa arti merindu...
Selalu...
Walau mentari terbit di utara...
Hatiku hanya untukmu...
Ada hati yang termanis dan penuh cinta...
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa...
Tiada lagi,
Tiada lagi yang ganggu kita...
Ini kesungguhan...
Sungguh aku sayang kamu...
Malam yang semakin romantis jika bersama pasangan. Semuanya larut dalam suara Gibran yang mempesona. Doojoon memberikan kode pada kedua pengawalnya yang berada di belakang untuk mempersiapkan yang perlu di siapkan. Kedua pengawalnya mengangguk dan segera pergi melaksanakan perintah.
Ran sudah terlelap dalam pelukan Doojoon. Ia memberikan kode pada kedua sahabatnya untuk tidak membuat keributan agar istrinya tidak terbangun. Keduanya mengangguk dan memerintahkan semuanya tetap tenang karena acara puncak sudah selesai.
Perlahan Doojoon hati-hati menggendong Ran hingga kepalanya bersandar di dada bidang Doojoon. Seperti biasa tangannya langsung di tempelkan di dada Doojoon seolah mendapat kenyamanan akan detak jantung suaminya. Dia semakin lelap dalam gendongan Doojoon.
Kedua pengawalnya keluar membawa barang-barang lalu di masukkan ke dalam mobil Doojoon. Bukan membawa Ran masuk ke dalam Vila, pengawalnya langsung membukakan pintu mobil untuk tuannya. Ia langsung masuk ke dalam mobil yang sudah siap berangkat.
"Ehh, kalian mau ke mana?" Tanya Mita menahan pintu mobil ketika pengawalnya ingin menutupnya.
"Pulang, tugas Ran sudah selesai" jawab Doojoon datar.
"Tapi-" tatapan tegas Doojoon mengarah ke Rasya dan Mita menunggu penjelasan.
"Terimakasih sudah menjaganya. Saya rasa tugas kalian yang akan mengkordinir mereka" ucap Doojoon tulus pada kedua sahabat Ran.
Mobil itu berangkat tanpa jejak menuju ke rumah mereka.
Begitu banyak mata yang ingin menanyakan pasangan yang sangat menarik perhatian. Yah, pasalnya pernikahan mereka tidaklah pesta besar melainkan pernikahan yang dihadiri oleh keluarga inti dari kedua keluarga.
Sudah pasti banyak orang yang tidak mengetahui hubungan mereka. Di mata orang-orang mereka hanya berteman akrab saat Ran kembali ke negaranya. Di tambah lagi mereka orang yang tertutup akan hubungan.
"Mereka di jodohkan kak?"
"Keduanya sangat serasi. Yang satu sangat cantik dan lembut seperti malaikat. Sedangkan suaminya sangat tampan dan berwibawa seperti raja.
"Bukankah kak Ran sudah memiliki suami dari keluarga kaya Rangga Aditya?"
"Mereka sudah bercerai dua tahun yang lalu. Mantan suaminya meninggal karena kecelakaan" jawab mereka.
"Mereka bercerai karena apa ya? Padahal suaminya yang dulu juga sangat tampan dan sangat mencintainya"
Entah darimana mereka mendapatkan informasi yang sangat tertutup itu, dulu pun saat pernikahan Ran dengan Rangga adalah pernikahan yang sama seperti saat ini.
"Yah, aku sangat ingat! Berita yang membuat semua orang tidak percaya akan kematian putranya satu-satunya dari keluarga Aditya"
"Beruntungnya kak Ran mendapatkan lelaki yang memiliki background lelaki baik hati dan sangat mencintainya"
"Jangan terlalu sibuk sama masa lalu seseorang, dan jangan terlalu percaya omongan orang yang belum jelas adanya" oceh Mita merasa sedikit kesal.
Sementara malam ini Reza sedang membuatkan jus lemon untuk Vina yang sedang asik memainkan game online di hp nya.
"Wehhh, tolongin gue nihh, tolong Wee" teriak Vina meminta bantuan teman dalam game karena dia di serang.
"Anjir! Kalian ngapain sih! Mati nih gue, bangsat!" Umpat Vina kesal. Tentu saja Reza yang mendengar tidak suka bibir Vina sangat liar.
Tak
"Ngomong yang bener Vina" tegur Reza menjitak kepala Vina yang masih kesal.
"Bangke!" Celetuk Vina ditatap tajam oleh Reza. Segera Vina menutup mulutnya dengan tangan. Mata Reza masih menatap tajam ke arahnya
Ingin sekali dia mencakar tubuh Vina dengan sadis. Kenapa dia bisa mencintai wanita absurd tidak jelas ini.
"Maaf" suara Vina merendah.
Reza memberikan segelas jus lemon yang sudah jadi. Dengan lahap Vina meminumnya sekali teguk. Reza yang melihat merasa ngeri lemon yang sangat asam seperti meminum air mineral.
"Gimana keadaannya? Udah gak mual?" Tanya Reza mengelus perut Vina yang masih datar
"Baik-baik aja, besok ada jadwal buat periksa" jawab Vina kembali menghidupkan layar HP-nya
Tangan Reza lebih gesit merampasnya "udah, gak baik buat mata dan janin kamu kalau lihat layar hp terus" peringkat Reza menaruhnya di bawah bantal sofa.
"Tapi aku bosan Za, kalau gak fokus aku pasti mual lagi" keluhnya memang sangat bosan berada di rumah terus. Entah mengapa dia membenci matahari hingga rasanya dia selalu ingin berada di rumah seharian. Reza yang tidak mengizinkan kalau Vina keluar malam, sudah pasti tujuannya adalah diskotik bersama dengan lelaki tak dikenal
"Gimana kalau kita ke tempat gym aja?" Ajak Reza
"Gak mau! Gimana kalau kita ke tempat kemah jenguk Ran, aku udah rindu ketemu teman-teman aku" jawab Vina malah memberikan saran
"Perjalanannya jauh, gak baik buat kandungan kamu" tolak Reza
"Kalau Mall?"
"Udah tutup" jawab Reza melihat jam tangannya menunjukkan pulul 11:00 malam.
"Di rumah aja kalau gitu. Makanya gak usah ngajak jalan kalau gak jelas!" Vina yang sangat kesal itu langsung meninggalkan Reza begitu saja.
"Malam ini tidur di luar!" Tambah Vina berhenti sejenak lalu melanjutkan langkahnya
Reza hanya bisa pasrah mengahadapi wanita keras kepala seperti Vina. Tidak ada yang berubah sama sekali, malah mereka lebih sering bertengkar karena masalah kecil, mungkin karena Vina saat ini sedang hamil jadi dia sangat sensitif.
Ddrrttt
Handphonenya berdering, di seberang sana sedang menunggu jawaban darinya
Melihat nama di layar hp yang sedang bergetar itu, membuatnya menghela nafas sejenak "pasti perintah lagi nih" keluhnya harus mengangkat panggilan itu
"Halo?"
"Seminggu ini saya berada di rumah, kamu urus semuanya dan jangan ganggu saya" ucap Doojoon pada sekretarisnya
"Terus kalau ada berkas yang perlu di tanda tangani gimana?" Tanya Reza saat ini otaknya sedang tidak bekerja dengan baik
Tut
Panggilan dimatikan begitu saja. Reza menarik nafasnya dalam-dalam "bangsat!" Umpatnya dalam hati.
jangan lupa comment, share, dan support sama cerita ini ya. jangan bosan bisan untuk memberikan komentar, karena saya suka banget baca komentar kalian dan pasti saya akan selalu balas mulai dari sekarang
Share this novel