Episode 24

Romance Series 19934

Malam saat mereka sedang berkumpul bersama sambil memetik gitar akustik di dengarkan oleh semua mahasiswa mengelilingi api unggun.

Ran hanya termenung mengkhayalkan kejadian tadi saat Doojoon pertama kalinya seperti itu.

"Kok bengong?" Dengan santai dia memberikan segelas kopi susu lalu duduk di samping Ran

Sontak Ran tersentak lalu membalasnya dengan senyuman. "Terimakasih. Cuma lagi lihat api unggun aja"jawab Ran segera menyeruput secangkir kopi susu yang sudah berada di tangannya

"Gak gabung bareng mereka?" Dimas sedang melihat kedua temanya sudah mengambil posisi mengobrol agak jauh dari api unggun

Seperti biasa, Ran dengan jaket tebalnya masih merasa dingin padahal sudah berada di depan api unggun "dingin" keluh Ran dengan ekspresi wajahnya

Tangan Dimas khawatir ingin memeriksa kondisi Ran yang dari tadi sebenarnya sudah pucat pasi.

Dengan sigap tangan Gibran menangkisnya, dia tahu persis dosen cantik ini sangat menjaga batasannya.

"Hei!" Mata Dimas menatap keheranan ketika tangannya di acuhkan oleh seseorang yang lebih muda darinya

"Maaf, saya harap anda tahu batasan anda" dengan sopan Gibran ingin membantu

Sontak mereka menjadi titik tumpu pemandangan yang tadinya riuh kini saling menatap satu sama lain. Dimas yang agak emosional merasa kesal pada sikap Gibran.

Ran beranjak dari tempatnya, ingin memisahkan keadaan yang sudah memanas. "Maaf Ran, aku khawatir. Jadi secara tidak sadar tanganku ingin menyentuh mu" ucap Dimas dengan tatapan kesal ke arah Gibran

"Lain kali jangan ulangi lagi. Gibran, terimakasih sudah mengingatkan" ucap Ran dengan santai

Semuanya kembali ke situasi awal, teman-teman Ran langsung menghampiri Ran yang sudah di himpit oleh kedua lelaki yang sepertinya menyukainya

"Ran, malam ini kamu tidur di vila aja. Kamu demam" periksa Rasya menyentuh jidat dengan lembut

"Tapi.."

"Gak ada tapi tapian, tunggu kita di kamar" perintah Mita langsung mengambil tindakan

Yah, Ran harus menuruti kedua sahabatnya. Saat ini pun dia sudah tidak ada lagi tenaga dan merasa pusing seharian. Al hasil dia menuju ke kamar Vila

"Biar saya temani" kedua lelaki itu menyahut bersamaan

"Biar saya saja" jawab Rasya memapah sahabatnya yang sudah tidak berdaya.

"Tahu gak Ran, suami kamu tadi nelfon aku. Lagi-lagi kamu gak bawa hp kemana-mana. Aku di marahin habis habisan sama Doojoon"

"Hp aku mati. Dia ngomong apa?" Suara lemah Ran masih bisa merespon sahabatnya

"Pokoknya aku langsung jadi patung di omelin sama Doojoon. Dia sampai ancam gue di masukin ke penjara kalau sampai Lo kenapa-napa"

Senyuman Ran masih merekah "kok senyum sih, gue serius Ran" celetuk Mita

"Iya, iya. Sekarang kamu lanjut aja bareng mereka" Ran yang sudah berada di atas kasur mengambil posisi tidur yang nyaman. Di tariknya bed cover berwarna putih sebatas dadanya.

"Biar aku jagain kamu di sini" jawab Mita.

"Jangan, temenin mereka. Aku mau istirahat. Kalau kamu di sini, yang ada aku gak bisa tidur dengerin mulut kamu" keluh Ran dengan suara parau nya.

Ia juga bisa melihat aktivitas mereka dari kamar karena dinding kaca yang langsung mengarah ke perkemahan

"Iya, iya. Telfon aku kalau perlu apa apa" jawab Mita mematikan lampu kamar lalu beranjak dari sana.

Ran langsung mengambil handphonenya yang sudah berada di nakas terpasang charger

Ketika dia mengaktifkan handphone, ada 89 panggilan dan pesan yang membuat hp itu bergetar tiada henti. Jelas saja Ran langsung melakukan panggilan tapi sudah tidak aktif.

Ran kembali menaruh handphone nya di atas nakas lalu menutupi dirinya dengan selimut. Seorang wanita manja jika sakit, tapi di sini dia menahan semuanya agar tidak ada yang khawatir

Dia semakin larut dalam tidur, hingga suara mobil yang sangat dia kenal langsung memarkirkan mobilnya di depan Vila.

Dia kah?

Dalam hati Ran berfikir, tapi sepertinya tidak. Vila yang berdesain full dengan kayu ala pedesaan, di tambah lagi dia berada di lantai 2 pasti mendengar langkah kaki seseorang jika ada yang mendekati kamarnya

Perlahan langkah kaki seseorang sepertinya berlari menghampiri kamarnya, Ran langsung beranjak dari kasur dan langsung membuka pintu.

Ceklek

Saat ini di hadapannya seorang lelaki yang nampak sangat cemas dengan nafas yang tersengal-sengal. Senyuman Ran langsung merekah dengan sebuah tangisan ketika menatap Doojoon tepat berdiri di depannya.

Tangan Doojoon langsung menarik Ran masuk ke dalam pelukannya. Tangis Ran pecah bersama dengan dekapan erat di dalam kamar.

"Maafkan aku" lirih Ran dengan suara parau nya.

Doojoon masih memeluknya erat dengan kecupan kening yang tiada hentinya. "I'm sorry, aku meninggalkan mu sendiri. Seharusnya aku membawamu bersama ku" ucap Doojoon menyeka air mata Ran dengan tangan nya.

Melihat wajah pucat pasi Ran, membuat Doojoon mengernyitkan dahinya. Ternyata istrinya ini mengalami demam yang sangat tinggi.

Segera Doojoon mengambil benda persegi panjang dalam sakunya "bawa masuk dokter sekarang juga" perintah Doojoon pada pengawalnya yang berada di bawah.

"Aku tidak apa-apa, panasku akan segera turun" ucap Ran menggenggam tangan Doojoon.

Doojoon memeluk erat pinggang Ran yang sedang berada di pangkuannya. "Aku sangat ingin menampar kedua sahabatmu itu karena tidak becus menjagamu" ucap Doojoon dengan wajah serius.

Sementara di lantai satu, kedua sahabatnya itu sudah gemetar menunggu Doojoon. Mereka langsung berlari ke arah mobil ketika melihat seorang lelaki turun membawa beberapa pengawal.

"Apa kita akan di masukkan ke penjara karena tidak becus menjaga istrinya?" Gumam Mita sudah ketakutan melihat mata tajam dari Doojoon pada mereka berdua

"Aku baru tahu kalau suami Ran se seram itu" kata Rasya yang berhadapan di meja makan bersama Mita.

Semua mahasiswa terlihat kebingungan pada senior mereka yang tidak berada di lokasi tempat mereka berada ketika beberapa mobil masuk ke dalam vila.

Beberapa dari mereka memastikan dan mengecek apa yang terjadi di dalam sana "kak Rasya, kenapa kakak berada di sini? Siapa orang orang yang berada di luar?" Tanya salah satu mahasiswa.

"Itu tamu Ran" jawab Mita dengan wajah tegang.

"Kak Ran kenapa?" Beberapa mahasiswa itu berfikir kalau sakit Ran sudah sangat parah jadi ada yang datang menyusulnya.

Para mahasiswa yang menunggu di depan api unggun sudah menunggu informasi tapi temannya tidak datang malah menunggu dan menemani Rasya dan Mita yang sudah ketakutan menunggu amukan seorang lelaki.

Dan akhirnya semua mahasiswa menuju ke halaman Vila menghampiri teman-temannya yang juga penasaran. Hingga lingkungan vila di penuhi oleh para mahasiswa.

Dokter wanita yang sedang memeriksa kondisi Ran di kamar utama Vila yang mengarah langsung ke tempat perkemahan. Kamar yang setengah dindingnya kaca itu langsung ditutupi dengan tirai oleh Doojoon. Meskipun sebenarnya tidak ada yang bisa melihat, tapi Doojoon kali ini sangat protektif.

Setelah Dokter itu melakukan pemeriksaan, Doojoon segera meminta penjelasan "Dia hanya kelelahan dan pola makannya yang tidak teratur. Dia tidak boleh stres. Aku akan meresepkan obat untuknya" pesan Dokter itu melihat kecemasan di mata Doojoon

"Terimakasih, pengawal ku akan mengantarkan mu pulang" pesan Doojoon langsung dilaksanakan oleh pengawalnya yang sudah menunggu di depan pintu kamar.

Kecupan singkat kembali mendarat di kening Ran. Doojoon yang saat ini sedang bersandar di samping Ran sambil mengelus rambut Ran dengan lembut.

"Tidurlah, aku akan membuatmu bubur" pesan Doojoon melangkah pergi tapi tangan Ran lebih cepat menariknya.

"Jangan tinggalkan aku. Temani aku di sini"

Doojoon melepaskan jas yang masih melekat di tubuhnya, melonggarkan dasinya, langsung masuk ke dalam selimut menghilangkan jarak diantara keduanya. Perlahan Doojoon menggulingkan tangannya membawa Ran masuk dalam pelukannya

Tangan Ran juga ikut memeluk Doojoon di atas kasur. Ia menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Doojoon.

"Jangan memarahi mereka, ini semua salahku" suara serak Ran terdengar jelas di telinga Doojoon

"Mereka sudah tahu sifat mu seperti apa, mereka tetap salah mengikuti arahanmu" jawab Doojoon menahan amarahnya.

"Doojoon"

"Sekali lagi kamu membela mereka, malam ini juga aku masukkan semua mahasiswa mu ke penjara"

Ran menutup matanya dan tertidur karena belaian tangan dari suaminya

Entah apa yang terjadi pada Doojoon malam ini. Sikap menakutkan darinya keluar saat wanitanya tidak berdaya.

Tatapan yang begitu dalam mengarah pada wajah baby face yang sedang terlelap tidak berdaya. Perlahan Doojoon mengecup bibir pucat itu sedikit lama.

"Rangga..."

Sudah lama Doojoon tidak mendengar nama itu keluar dari bibir Ran. Dia kepikiran oleh kalimat terakhir Dokter.

"Apa yang kamu pikirkan sampai membuatmu seperti ini?" Gumam Doojoon sedikit kesal nama itu terdengar lagi.

Ia mengambil handphonenya yang berada di nakas lalu menekan sebuah nomor "cari tahu semua kegiatan Ran selama aku pergi" perintah Doojoon pada seseorang.

Malam sudah menunjukkan pukul 12:00. Rasya dan Mita masih setia menunggu sudah dua jam lebih di bawah. Doojoon yang baru saja turun sudah membuat semua mata menuju ke arahnya.

Semua mata mahasiswa membulat melihat Doojoon yang sangat tampan dengan setelan jas dan potongan rambut seperti idol Korea. Tentu saja hampir semua mahasiswa tidak mengenal Dosen terbang yang sudah memfokuskan dirinya di perusahaan.

Bahkan Mita dan Rasya terkesima melihatnya. Tatapan tajam langsung menusuk hati mereka berdua dan yang lainnya merasakan hawa kemurkaan seorang lelaki tampan di hadapan mereka

"Kalau bukan karena paksaan dan kewajibannya. Saya tidak akan mengizinkan dia pergi ke tempat ini"

Semuanya tertunduk, kecuali ketiga polisi yang memantau dari luar. "Kami memang salah, maafkan kami" ucap Mita dengan tulus

"Kalau seandainya kalian tidak mendengarkan perintahnya, dia tidak akan terbaring seperti ini"

"Ran-"

"Cukup! Aku tidak ingin ada bantahan!"

"Pergilah sebelum aku melakukan hal yang tidak sama sekali aku lakukan pada manusia" kalimat Doojoon itu membuat semuanya bergidik ngeri.

Gibran langsung memerintahkan semua nya untuk kembali ke tenda masing-masing. Malam ini semua agenda di hilangkan demi kenyamanan Ran beristirahat dengan tenang. Itupun perintah dari Doojoon kalau ingin perkemahan masih tetap berlanjut.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience