Episode 65

Romance Series 19934

Beberapa hari setelahnya, Ran mendapatkan panggilan dari sang profesor

"ada apa prof?" Tanya Ran sudah lama menunggu profesor Darwin yang baru tiba di ruangan

"Ran, kita akan kedatangan tamu kehormatan dari Arab yang akan mengunjungi negara kita. Dan mereka mempercayakan saya untuk mencari translator yang akan menemani perwakilan dari negara saat konferensi pers yang akan di selenggarakan besok lusa" ucap sang profesor menjelaskan dengan teliti

"Jadi maksud prof, saya yang akan menjadi penerjemah mereka?"

"Benar Ran, kamu yang paling saya andalkan. Ini masalah politik dan kamu ahli dalam bidang itu, saya tahu kemampuan bahasa yang kamu miliki. Apa kamu bisa?"

Ran diam sejenak, dia bukannya ingin menolak"Ini perintah atau permohonan dari profesor?"

"Ini permohonan ku Ran, cuma kamu yang mampu mewakili permintaan dari bapak presiden. Tenang saja, kamu juga akan di kawal oleh beberapa pengawal presiden. Ini referensi pembahasan untuk persiapan mu" Professor memberikan beberapa kumpulan materi untuk di bahas saat konferensi pers di adakan.

"Baiklah prof, tapi ada satu permintaan saya. Jangan beritahu siapapun mengenai hal ini"

"Dengan senang hati" jawab Professor dengan senyuman

Semenjak Ran keluar dari ruangan itu, dia termenung memikirkan cara agar Doojoon mengizinkan, tapi saat ini dia sedang perang dingin dengan suaminya.

"Apa tidak perlu izin aja kali ya" batin Ran sibuk memikirkan segala cara

"Mas Doojoon kan masih merasa bersalah atas kejadian itu. Jadi, setelah konferensi pers ini selesai, aku baikan lagi sama dia" ucap Ran berjalan sepanjang koridor ruangan para dosen.

Tiba saat hari konferensi yang di mulai pada sore hari. Ran sedang sarapan pagi di kediaman nya.

Suasana sunyi senyap seperti ruang kosong, Ran makan dengan lahap sementara Doojoon melirik melihat istrinya yang memakai riasan tipis dan baju yang sangat rapi.

"Mau ke mana?" Tanya Doojoon hanya mendapatkan jawaban kosong

"Ran?"

"Aku mau ke kampus" jawab Ran datar

"Tapi penampilan kamu.."

"Kenapa mas? Jelek ya penampilan aku?" Tanya Ran masih saja ketus dengan kalimat tanpa senyuman itu.

"Cantik" jawab Doojoon kembali fokus menghabiskan sarapannya.

Doojoon diam dan tidak ingin menambah masalah atau membuat istrinya kesal lagi.

Berpamitan tanpa mengucapkan kalimat-kalimat Indah seperti biasanya.

"Sepertinya masalah ini harus di selesaikan langsung dari sumbernya" pikir Doojoon langsung mengeluarkan handphone dari sakunya

Masih ada beberapa jam sebelum kegiatan di mulai. Dia menuju ke sebuah tempat untuk melepaskan kerinduan nya.

"Hai" lirih Ran menyentuh sebuah nisan yang bertuliskan seorang kekasih yang sangat dia cintai

"Maaf, aku baru datang. Aku sangat merindukanmu" lirih Ran dengan air mata yang mulai mengalir.

"Aku takut...Rangga. Ketakutan ku semakin menjadi-jadi, tapi aku tidak pernah berfikir untuk menjadi wanita lemah, because i know you always stay and always be my guardian" lirih Ran.

"Terimakasih sudah datang ke mimpiku dengan senyuman indah mu" ucap Ran tidak bisa berlama-lama. Tujuan dia datang adalah ingin menyelesaikan semua yang terjadi.

"Berikan kunci mobilnya" ucap Ran menghampiri dua lelaki yang memerhatikan nya dari kejauhan.

"Tapi nyonya, tuan..."

"Berikan juga handphone milik kalian"

Ran tahu dua lelaki yang sedang dia interogasi ini adalah pengawal Doojoon yang di tugaskan untuk menjaga Ran.

"Tapi nyonya..."

"Saya yang akan bertanggungjawab" ucap Ran dengan tatapan dinginnya

Kedua pengawal itu hanya bisa menuruti semua permintaan dari istri bos mereka.

"Perintahkan semua anak buahmu yang mengikuti ku untuk berhenti. Aku tidak ingin ada satupun pengawasan di sekitarku" ucap Ran berlalu pergi membawa mobilnya dan meninggalkan para pengawal yang tidak bisa menolak setiap perintah dari Ran.

Ya, waktu Ran tinggal sedikit. Ada hal yang harus dia selesaikan sebelum Doojoon yang menemukan mereka.

Ran kembali mendapatkan ancaman dan peringatan dari seseorang yang telah meneror nya selama ini melalui pesan dan panggilan dari handphone nya.

Kali ini Ran yang akan turun tangan tanpa melibatkan siapapun, ini adalah kesempatan terakhirnya bertemu dengan mereka.

Dia tiba di sebuah gang sempit di sebuah bangunan kosong, tapi Ran tahu ada seseorang di sana.

Ran berjalan mengitari gudang kosong dengan seseorang yang menanti di dalamnya.

"Ran!?"

Suara seorang wanita tua yang berpapasan dengannya dalam gudang itu.

Tiba-tiba seorang lelaki tua datang menghampiri nya. "Om, Tante, kalian sudah ku anggap seperti orang tuaku sendiri. Kenapa kalian begitu tega sampai melakukan semua ini pada anakmu" ucap Ran dengan kalimat tanpa rasa takut sedikitpun

"Anak? Kamu yang telah membunuh anakku Ran!" Ucapnya dengan emosional

"Jadi ini alasan kalian melakukan semua kejahatan pada aku?"

Ya, sepasang suami-istri yang berbicara dengan Ran adalah orang tua dari Rangga.

"Tidak hanya itu Ran! Suamimu telah merebut semua yang Rangga miliki. Perusahaan Rangga kini telah di akusisi oleh sepupunya sendiri yang telah berkhianat pada kami!" Ucap sang ayah juga ikutan

Tep

"Ini adalah tabungan yang aku miliki Tante. Pergi sejauh mungkin dan jangan pernah menunjukkan diri di hadapan Doojoon"

Ran menyerahkan sebuah ATM dan buku tabungan yang dia miliki.

"Apa kamu pikir kami akan menerima semua perintah mu Ran?"

"Ini bukan perintah, tapi peringatan untuk yang terakhir kalinya"

"Kamu begitu berani datang ke tempat ini Ran. Apa kamu tidak takut apa yang akan kami lakukan kepadamu?"

"Aku berani karena Rangga selalu bersamaku"

Kalimat itu sedikit menggelitik perasaan keduanya yang mulai melunak.

"Lama tidak berjumpa sayangku" ucap seorang lelaki yang datang menghampiri mereka.

"Dirga? Bukannya kamu..."

"Penjara? Mereka berdua yang membebaskan ku Ran" jawab seorang lelaki yang menculiknya dulu hingga membuat Ran trauma

"Jadi kalian bersekongkol?" Terka Ran sudah hilang rasa iba pada sepasang suami-isteri yang kembali terkecoh oleh kedatangan Dirga

"Tidak ada yang bisa mengeluarkan aku selain mereka berdua Ran"

"Ini peringatan terakhir untuk kalian. Pergi sejauh mungkin dan lupakan semua yang terjadi di antara kita" ucap Ran hanya ingin semuanya berakhir dengan kedamaian

"Kamu mau pergi ke mana sayang?" Ucap Dirga menahan tangan yang ingin pergi meninggalkan mereka

"Memohon pengampunan pada suamiku. Tapi sepertinya hati kalian sudah tidak ada lagi rasa iba terhadap manusia"

"Suamimu?"

"Ya, tidak lama lagi dia akan segera tiba di tempat ini. Lepaskan genggaman mu!"

"Opss, kamu semakin cantik Ran. Aku tidak sabar untuk-"

Plakk

"Kamu pikir aku wanita lemah seperti yang dulu? Tidak Dirga, kamu sangat salah! Aku tidak takut dengan semua ancaman mu"

"Hahaha, aku semakin tertarik dengan tantangan ini Ran. Lihat saja apa yang akan terjadi nanti" ucap Dirga melepaskan genggaman itu.

"Ini kesempatan terakhir yang aku berikan. Kalau sampai kalian mengganggu orang-orang yang aku sayangi, aku sudah tidak lagi bersuara, Doojoon yang akan menyelesaikan semuanya"

Ran pergi dengan lega dan ketakutan yang dia sembunyikan demi terlihat kuat dan hebat di mata mereka.

Beberapa menit kemudian Ran di jemput oleh mobil khusus yang disediakan untuknya.

"Kita berangkat sekarang Ran" ucap sang profesor menemani sampai tujuan.

Mereka tiba di hotel mewah yang sangat terkenal di Jakarta. Ran di arahkan langsung menuju ruang makeup juga pakaian yang sudah di siapkan secara khusus untuknya.

Dua jam sebelum konferensi pers di mulai, Ran yang tiba di ruangan VVIP khusus untuk pertemuan para politikus dari Arab yang berjumlah dua orang beserta para pengawalnya yang siap sedia di beberapa sudut juga di luar ruangan untuk menjaga dengan sangat ketat.

Ran dengan sangat profesional menjadi penerjemah yang santun dengan gayanya yang muslimah. Mereka di buat nyaman oleh karakter Ran yang pandai bersosialisasi dan negosiasi yang tidak di ragukan lagi.

Pembahasan yang sangat berat antara pangeran Arab dan bapak presiden. Namun semuanya berjalan dengan sangat lancar.

Konferensi pers yang di lakukan akan segera di mulai, pembahasan mereka juga sudah rumpun dan siap untuk di publish oleh para reporter yang menunggu juga para aparatur negara yang hadir di konferensi itu.

"Ran, tolong pandu acara ini" ucap kaki tangan presiden yang mendampingi Ran selama kegiatan ini di mulai.

Ran mengangguk sangat percaya diri. Dia sangat tahu dengan kemampuan nya.

Konferensi itu di siarkan langsung di seluruh media. Dengan sangat berwibawa Ran mampu memaparkan semua yang diperintahkan, dengan kalimat-kalimat simple agar semua orang paham dengan maksud dan tujuannya.

Ran menjadi pusat perhatian dari segala penjuru arah di tempat itu. Wajah yang sangat mempesona dan membuat orang tenang ketika menatap wajah polos itu.

Terus terang, Ran merasa sangat bahagia menjadi orang yang bisa memberikan pengabdian bagi negaranya. Apalagi dikelilingi oleh orang-orang hebat dan mempunyai pengetahuan yang tinggi semakin menambah rasa penasarannya akan ilmu.

Konferensi pers pun selesai dan mereka kembali ke hotel. Para tamu juga Ran berkenan mendapatkan undangan khusus dari pangeran Arab untuk dinner bersama.

Tentu saja Ran tidak bisa menolak makanan dengan berbagai pilihan

Waktu berlalu begitu saja hingga waktu menunjukkan pukul delapan malam. Ran mengantarkan bapak presiden di depan lobi hotel dan beberapa pengawal setia menemani Ran dengan ketat.

"Tiba saat berada di kamar hotel Ran mengemasi peralatan nya, termasuk handphone yang baru saja dia aktifkan karena aturan ketat demi menjaga privasi dan kenyamanan tamu yang dia layani.

Ratusan panggilan dan pesan masuk menyerbu notifikasi handphonenya. Notifikasi itu dari Vina, Reza dan khususnya sang suami yang mengiriminya ratusan pesan.

Ddrrrttt

"Halo! Ran!"

"Iya Vin, kenapa?"

"Aelahhh malah tanya kenapa lagi. Bos besar lo udah hilang kendali semenjak lo ngak ngasih kabar dan nggak bisa di hubungi!" Ucap Vina membahas Doojoon yang entah berantah saat ini

"Aku nggak bisa megang hp selama tugas Vin. Terus dia di mana?"

"Nggak ada yang tahu satupun lokasi lo sejak pagi tadi! Doojoon pikirnya lo di culik Ran!" Ucap Vina dengan sangat dramatis.

"Ran, pokoknya kamu harus tenangin bos dulu. Muka dia marah dan nggak ngomong apapun sejak pagi" peringat Reza berada di samping Vina.

"Oke-oke. Thanks infonya" ucap Ran langsung mematikan handphone nya.

Tok tok tok

"Ada apa?"

"Pangeran ingin berbicara dengan anda" ucap pengawal Ran menjaga di depan pintunya.

Ran kembali menaruh handphone dan peralatan lainnya. Dia segera menuju ke sana juga melakukan perpisahan untuk yang terakhir kalinya

Ran dengan senyuman cerahnya keluar dari ruangan pangeran. Dia membawa sebuah kartu pemberian khusus untuk nya.

"Terimakasih atas kerja samanya" ucap Ran berpamitan dengan semua pengawal yang menemani nya.

"Biar saya antar sampai ke tujuan" ucap salah seorang pengawal.

"Tidak perlu, tugasmu sampai di sini saja" ucap Ran menolak dengan sopan.

"tugas kami menjaga dan mengawal anda selamat sampai tujuan" ucap pengawal Ran yang berstatus sebagai kapten pengawal setia presiden

"Kalau begitu, saya tidak bisa menolak"

"Sepertinya anda sangat menyukai hadiah yang diberikan oleh pangeran" ucap sang pengawal menemani Ran selama perjalanan menuju ke lobi bawah

"Yeah, saya tidak sabar menunjukkannya pada suami saya" ucap Ran bersemangat

"Anda sudah menikah?" Ucap sang pengawal tidak percaya.

"Pftt, jadi anda berfikir saya masih single?"

Pengawal itu mengangguk serius. Ran merogoh dari tas nya sebuah cincin berlian yang sangat cantik

"Ini cincin pernikahan saya" ucap Ran memakainya di jari manis

"Kalau boleh tahu umur anda berapa?" Tanya sang pengawal pada Ran.

"Sepertinya anda tidak percaya saya sudah menikah" jawab Ran santai

"saya pikir anda masih di bawah umur" ucap sang pengawal dengan hati-hati. Wajah Ran yang awet muda dan sangat cantik itu pasti membuat orang-orang yang bertemu berfikir kalau dia itu masih single.

"Hahaha" Ran terkekeh melihat reaksi pengawal yang setia menemaninya

"Bagaimana dengan anda?" Tanya Ran

"Panggil saja Arjuna" ucap pengawal itu merasa akrab

"Anda sudah lama bekerja menjadi pengawal presiden?" Tanya Ran basa basi

"Sudah hampir 3 tahun" jawabnya

"Wow, anda terlihat masih muda untuk usia para pengawal lainnya" puji Ran dengan jujur

"Itu karena saya memiliki kualifikasi yang di butuhkan" jawabannya sangat kerahasiaan tapi Ran mengerti dengan anggukan

"Anda sudah menikah?"

Arjuna menggeleng dengan senyuman. "Tadinya saya ingin mengenal anda lebih dalam" ucap Arjuna dengan serius

"Hahaha, anda sangat terbuka juga rupanya. Tapi saya harus menolaknya" ucap Ran dengan sopan dan santai agar suasana tidak mencekam

"Beruntung sekali lelaki yang mendapatkan wanita cantik seperti anda" ucap Arjuna memuji dengan tulus

"Saya yang beruntung memiliki suami seperti dia di hidup saya" jawab Ran meluruskan

"Terimakasih, berkat anda. Konferensi pers kali ini lebih santai dan berjalan dengan sangat lancar" ucap Arjuna dengan tulus.

"Terimakasih sudah menjaga saya selama beberapa jam terakhir" ucap Ran dengan senyuman hangatnya

Bugh!

Tonjokan tiba-tiba datang dari hadapan keduanya yang baru saja keluar dari lift

"Hah!" Ran terbelalak kaget melihat Arjuna sudah terkapar di lantai.

Tatapan Doojoon pada Arjuna sangat membara dan berapi-api.

"Mas Doojoon!" Ucap Ran meraih jemari Doojoon untuk menenangkan

"Are you okay?" Tanya Ran pada Arjuna yang bangun sendiri sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah

"Saya baik-baik saja" jawabnya dengan santai

Srettt, Ran di seret paksa oleh Doojoon yang diam dengan tatapan tegas dan mencekam

"Mas! Kamu kenapa sih nonjok orang!" Tanya Ran tapi tidak ada respon dari Doojoon.

"Kita urus masalah ini di rumah" ucap Doojoon dengan dingin.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience