Episode 15

Romance Series 19934

Mencintai seseorang yang tidak mencintaimu adalah hal yang sangat menyakitkan dan menjadi beban bagi seseorang yang dicintai.

Saat ini Ran berada di Bandung rumah ibunya, ia dijemput oleh Hendra karena permintaan Doojoon yang sedang lembur di kantor tapi lebih tepatnya menemani Reza meminang Vina, ia takut kalau Ran sendiri di rumah tiada yang menemani.

Pukul 20:00 malam.

"Ran" panggil Andin, mama Ran

"Ada apa ma?" tanya Ran menghampiri.

"Ada yang ingin mama tanyakan"

"Tanyakan saja" jawab Ran santai.

"seharusnya mama tidak ingin terlibat dalam hubungan mu tapi mama ingin memastikan sesuatu. Apa... kamu sudah menjalankan tugasmu sebagai istri?" tanya Andin langsung to the point pada anaknya.

"... aku sudah menjalankan tugasku ma" jawab Ran tahu maksud ibunya.

"Bukan itu maksud mama, kamu... tahu kan?"

"Aku... belum mah" jawab Ran.

"Sudah sebulan lamanya pernikahan kalian, apa dia tidak menginginkan nya atau kamu yang tidak mau?" tanya Andin ingin melihat sejauh mana kedekatan mereka.

"Aku belum terbiasa dengan semuanya. Dia juga sabar dan tidak pernah memaksa ku" jawab Ran takut.

"Ran, sudah kewajiban sebagai istri melayani suaminya. Apa selama ini kalian tidur di kasur yang sama?" tanya Ibunya kasihan melihat perasaan Doojoon.

"Tidak" jawab Ran takut melihat ibunya yang sedang menahan emosi.

"Ran. Cinta itu butuh pendekatan, kontak fisik apalagi hubungan kalian berdua sudah halal. Hubungan kalian tidak akan maju jika saling menjaga jarak seperti ini. Apa mama harus menjelaskan secara rinci?" tanya Andin merasa tidak tega pada anaknya.

"Mah, tolong beri aku waktu untuk..."

"Berapa lama lagi dia harus menunggu?" potong Andin

"Aku... masih sulit untuk membuka hatiku ma"

"Ran, cinta akan tumbuh seiring waktu berjalan tapi jangan melukai dia yang menunggu terlalu lama" tutur Andin.

"Iya ma, aku akan berusaha" ucap Ran meyakinkan.

Drrrttt....ddrrrt....ddrrrt

"Assalamualaikum. Mas... kamu sudah pulang?" tanya Ran melalui telepon.

"Waalaikum salam. Aku ada di depan rumah" jawab Doojoon.

"Di Bandung?"

"Em" jawabnya letih.

Ran segera membuka pintu ke luar rumah menghampiri Doojoon. Ia melihat suaminya sedang bersandar di pintu mobil, setelan jas abu-abu yang sudah dilepas berada di lengan Doojoon. Tampilan kemeja putih bersama dengan dasi yang dilonggarkan di lehernya sungguh menandakan kalau dia sangat kelelahan.

Senyuman hangat langsung menyambut Doojoon yang sangat merindukan sosok wanita dihadapannya. Keletihan itu lenyap ketika apa yang dia inginkan dalam beberapa jam sudah terkabulkan.

"Mungkin sudah saatnya aku menuruti kemauan mama" gumam Ran menatap Doojoon hangat. Ia berjalan mendekati Doojoon dihadapannya.

Sruk

Ran langsung mendekapnya erat, "kamu sudah bekerja keras" ucap Ran masih memeluk.

Doojoon kaget, ia tentu saja tersentak.

"Kenapa Ran tiba-tiba memelukku seperti ini?" gumam Doojoon masih bingung

"Kamu baik-baik saja?" tanya Doojoon menyentuh punuk kepala Ran lembut, dia sungguh menatap penuh di dalam kedua mata Ran yang candu.

"Em" jawab Ran masih memeluknya erat. Doojoon tersenyum, ia membalas pelukan Ran erat. "Saranghe" ucap Doojoon tiada jawaban dari Ran.

"Sorry"

"Kamu sudah berusaha Ran" ucap Doojoon.

"Kamu pasti capek, yuk masuk" ucap Ran menarik tangan Doojoon ke dalam rumah.

"Kamu bawa baju ganti kan mas?" tanya Ran lagi.

"Astaghfirullah, kelupaan di mobil" ucap Doojoon bergegas kembali ke mobil

"Biar aku aja. Kamu mandi gih, nanti masuk angin kalau kemalaman" pesan Ran keluar dari kamarnya.

"Ran, aku tahu ada yang sedang kamu sembunyikan dariku" gumam Doojoon melihat sikap Ran yang sangat berbeda.

"Aku... buatin teh hangat buat kamu" kata Ran meninggalkan Doojoon di kamar.

"Ternyata tidak semudah itu. Aku bisa melakukan semuanya untukmu, tapi tidak hatiku Doojoon. Butuh waktu bagiku untuk melepaskannya dan menerima mu dalam kehidupan ku" gumam Ran dalam hatinya.

Beberapa saat setelahnya, rumah yang begitu sepi jika tiada Ran dan Doojoon menjadi penghibur bagi ibunya juga Muti.

"Mas udah makan?" tanya Ran mengemasi pakaian kotor dam membawanya ke mesin cuci bagian belakang rumah, Doojoon yang selalu mengekorinya menunggu penjelasan dari sikap Ran hari ini.

"Sudah" jawabnya

"Makan malam maksudnya mas"

"Tadi sore makan bareng Reza" singkatnya.

"Berarti makan malam belum?" pikir Ran. "Kalau belum... kamu mau masakin aku?" rayu Doojoon masih memerhatikan Ran.

"Mau aku masakin apa?" tawar Ran tulus

"Apa aja" singkatnya.

"Chicken?"

"Boleh"

"Acalamualaikum mami, Elca miss you" teriak balita kecil berlari menghampiri Ran

"Ehh, Elsa kok di sini. Papa sama bunda mana?" tanya Ran langsung menggendong Elsa dalam pelukannya.

"Di depan cama nenek Andin" jawabnya.

"Om ganteng. Calangheyo" ucap Elsa pada Doojoon.

"Elsa siapa yang ngajarin bilang sarangheyo?" tanya Ran tertawa melihat tingkah imut Elsa.

"Ante muti ajalin" jawabnya polos.

"Terus Elsa di ajarin apa lagi?" Ran makin penasaran.

"Mmm... pabo?" ingat Elsa pada ajaran Muti.

Doojoon dan Ran menggelengkan kepalanya, mereka jelas tahu arti dari kata yang Elsa ucapkan.

"Mas, Elsa kamu gendong dulu aku mau beresin baju kamu di mesin cuci" serah Ran pada Doojoon.

"Biar aku aja. Kamu ke bawah sama mama, tunggu aku di sana" tolak Doojoon lembut.

"Kiss bye dulu sama om ganteng" tutur Ran pada Elsa.

"Muuach, bye om ganteng" pamit Elsa melambaikan tangannya.

"Bye~"

"Suami kamu mana Ran?" tanya Hendra saat Ran duduk berkumpul di depan tv bersama dengan Muti, Andin, dan Yuna istri Hendra.

"Di atas beresin pakaian dia" jawab Ran

"Bisa juga Doojoon urusin yang kayak gitu" puji Hendra sedikit takjub

Ran hanya bisa tersenyum, seseorang yang berstatus sebagai suami baginya masih sangat asing hingga kebiasaan ataupun hal yang disukai Doojoon juga tidak diketahui oleh Ran.

"Btw, Ran suami kamu tinggi banget dari Hendra" puji Ayu mulai menggosipkan suami-suami mereka.

"Tingginya 190 cm kak. Beda 10 cm aja sama kak Hendra" jawab Ran.

"Kak Ran, Kak Doojoon pernah ngomong bahasa Korea sama kakak?" tanya Muti ikut bergabung dalam pergosipan

"Sering, tapi dia lebih suka ngomong bahasa Indonesia ke aku" pikir Ran "Kalau aku pengen ngomong hal yang rahasia atau ngomongin orang asing yang mencolok banget lewat di samping kita" ucap Ran tertawa bersama dengan wanita lainnya.

"Kak?"

"Apa lagi Muti!"

"Cariin jodoh yang kayak dia dong di Korea. Siapa tahu kak Doojoon punya dongseng di sana" bujuk Muti.

"Muti yang cantik tapi lebih cantik aku, yang manis tapi lebih manis aku... Cowok di Korea itu gak seperti di Drakor yang sering kamu nonton. Orang Korea gak seramah dan seganteng itu" jawab Ran mencubit pipi adiknya

"Tapi kak Doojoon baik, ramah, dan ganteng lagi. Aku kan juga mau" keluh Muti

"Ambil aja kalau mau" jawab Ran singkat

Plak

"Ngomong jangan sembarangan Ran" Andin mengingatkan

"Maaf mah, tapi kan mas Doojoon tetap milih aku" jawab Ran percaya diri

"Ge'er banget lu" ejek Muti

"Kan emang bener" singkat Ran tersenyum dengan kedua keningnya yang naik turun

"Bener kok, pasti aku tetap pilih kamu" tambah Doojoon yang sedari tadi mendengarkan percakapan para wanita yang keasikan dengan circle mereka.

Andin langsung memberikan kode pada anak mantunya untuk segera duduk di samping Ran.

Ran terdiam melipat kedua bibirnya "OMG, berarti dia tahu kalau gue banggain diri di depan Muti sama kak Ayu!" Gumam Ran dalam hatinya.

"Kamu kenapa?" tanya Doojoon

"Ekhem, bau-bau keuwuan" suara Yuna sedikit membumbui

"Malu lah, siapa suruh sombong banget sama aku" kompor Muti pada Ran

"Aku mau ke WC" ucap Ran buru-buru pergi.

"Pft. Dia memang adikmu mas" kata Yuna gemas melihat Ran merona.

"Dia masih Ranku yang kecil dulu" ucap Hendra sedang bermain dengan Elsa di depan TV.

"Kak Hendra!"

"Apa Muti?"

"Aku lapar, makan di luar yuk" ajak Muti manja

"Boleh tuh, aku juga lapar mas" ujar Yuna setuju.

"Kalau gitu siapa yang jagain rumah?" Pikir Doojoon.

"Kalian pergi saja, mama di sini" pesan Andin

"Biar saya yang jagain rumah, mama ikut sama kak Hendra saja" kata Doojoon.

"Loh, Kak Doojoon gak ikut? Bukannya kakak juga belum makan?" tanya Muti

"Biar Ran sama Doojoon di sini. Kita semua pergi. Nanti makanan nya kita beliin" tutur Yuna

"Biar bisa dua-duaan di sini" bisik Hendra di telinga Doojoon yang sepemikiran dengan istrinya.

"Kalau gitu kita pergi sekarang sebelum Ran ke sini" pesan Yuna segera membawa semuanya ke dalam mobil.

"Semangat!" Kata Yuna mengepal kedua tangannya menyemangati Doojoon.

"Jangan lupa kunci pintu" pesan Hendra

Doojoon sebenarnya senang karena mereka punya waktu berdua, tapi alasan apa yang harus ia jelaskan jika Ran tidak mendapati orang-orang di rumah.

"Mas? yang lain mana?" Ran kebingungan.

"....pergi makan di luar"

"Kita gak diajakin?" Ran membulatkan kedua matanya kesal.

"Katanya nanti di beliin"

"Pasti beliinnya cuma sedikit doang! Kan aku juga mau" keluh Ran dengan kekesalan

"Perasaan cuma aku yang belum makan..." pikir Doojoon menatap Ran sambil tersenyum.

"Biar aku telfon kak Hendra dulu" Ran mengalihkan pandangannya

"Gak usah, Kak Hendra pasti tahu porsi makanan adik kesayangannya ini" kata Doojoon bersandar di sofa yang sedang mereka duduki.

"Ran..."

"Hm?"

"... boleh aku peluk?"

Ran tersenyum dan bangkit dari duduknya. Ia berdiri di atas sofa tempat mereka duduk.

"Sini" pinta Ran merentangkan kedua tangannya.

Doojoon langsung memeluknya tanpa membuang waktu "Ran... aku selalu memikirkan mu, apa kamu memikirkan ku juga?" tanya Doojoon

"Iya. Aku takut kamu kenapa-napa di jalan" jawab Ran

"Hanya itu?"

"Iya, hanya itu" jawab Ran. Doojoon akhirnya tahu perubahan Ran yang tiba-tiba menghapus jarak diantara keduanya.

"Pasti semua ini karena mama yang mendesak mu?" terka Doojoon memberikan jarak untuk bisa menatap Ran saat mereka masih berpelukan

Ran melepaskan pelukannya, ia tersenyum dan menggenggam tangan Doojoon "aku tidak akan lagi menjaga jarak diantara kita. Semua ini adalah keinginan ku. Seharusnya kamu marah karena aku tidak melaksanakan tugasku sebagai istri dengan baik. Tapi kamu selalu sabar dan menunggu ku" ucap Ran

"Jadi... aku sudah lolos memenangkan hatimu?" tanya Doojoon.

"Menurutmu?"

Jangan lupa comment follow and give 5 rating. love you my readers

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience