"Halo pa? Ada apa?"
"Apa!"
"Siap pa, besok Doojoon ke sana, papa tidak perlu cemas"
"Kenapa mas?"
"Terjadi kecelakaan kerja perusahaan cabang di Singapura" jawab Doojoon langsung memberitahu Reza sekertaris nya.
"Innalilahi. Ada korban jiwa?"
"Saat ini 5 orang pekerja sedang dilarikan di rumah sakit dan ada beberapa yang belum di temukan dalam reruntuhan bangunan" jawab Doojoon masih sibuk mengetik pesan untuk orang-orang yang dia butuhkan
"Jadi kamu pergi?" Pertanyaan itu membuat Doojoon menghentikan aktivitas nya.
"Papa tidak bisa pergi karena dia tidak bisa meninggalkan perusahaan. Terpaksa aku yang harus turun langsung ke sana" jawab Doojoon merasa berat hati untuk mengatakan
"Kapan?"
"Besok pagi. Apa kamu ikut aku saja?"
Ran menggeleng dengan pelan "aku tungguin kamu di sini aja" ucap Ran tidak ingin menambah beban.
"Tapi bagaimana dengan kondisi mu? Aku tidak bisa memastikan sampai kapan aku di sana" pikir Doojoon merasa sangat kesal.
"Kan aku masih bisa hubungi kamu. Sekarang kita kemas barang buat kamu berangkat besok" ucap Ran bersemangat untuk membantu
Tep
"Biar aku saja. Kamu istirahat" ucap Doojoon membawa Ran ke kasur untuk tidur
"Berarti besok malam aku enggak bisa di peluk kamu lagi" ucap Ran berada dalam dekapan Doojoon dalam selimut
"Aku akan selesaikan secepatnya lalu kembali ke sini" tutur Doojoon lebih mencemaskan keadaan Ran kalau dirinya tidak ada.
"Hati-hati di sana. Kamu enggak boleh terluka ataupun kegores sedikitpun. Jangan lupa makan dan jangan terlalu mikirin aku nanti kamu enggak fokus sama tujuan kamu. Ingat mas! Keselamatan nomor satu!" Oceh Ran menahan air matanya, jelas saja dia sangat takut dan khawatir pada Doojoon.
"Mas Doojoon. Kamu dengerin aku kan?"
"Em"
"I love you more. I love you so so much" lirih Ran memeluk tubuh Doojoon dengan erat.
Bagaimana bisa dia meninggalkan seorang wanita yang saat ini membutuhkan perhatian lebih darinya.
Dengan pemikiran kacaunya, Doojoon menatap sendu wajah yang sudah tertidur pulas itu dalam dekapannya. "Jaga umma ya, kalian harus kuat biar ayah bisa pergi dengan tenang" lirih Doojoon mengelus perut datar itu dengan lembut.
Bahkan waktu yang menunjukkan tepat tengah malam semakin membuat Doojoon tidak bisa menutup matanya, dia tidak ingin meninggalkan tempat ini sedetikpun, dia tidak ingin melepaskan pelukan hangat ini sampai kapanpun.
Doojoon tidak hentinya mengecup setiap sudut wajah cantik yang sangat lelap bahkan tidak terusik dengan sentuhan-sentuhan lembut yang Doojoon lakukan
"Aku berangkat ya sayang. Kalian harus makan yang lahap dan jangan buat umma sakit. Maaf selama ini ayah hanya perduli dengan umma, ayah harap kalian mengerti" ucap Doojoon mengecup kening Ran juga mengelus dan memberikan kecupan mesra di perut itu
Hingga akhirnya Ran terbangun dari tidurnya, sosok yang biasanya menyambut dengan senyuman hangat itu kini digantikan oleh sebuah bantal yang terasa dingin dan tidak hangat lagi, karena pemiliknya telah pergi.
"Mas?" Panggil Ran dengan suara parau nya.
Ran mendapatkan kertas tertempel di lampu tidur yang bertuliskan
Sayangku, cintaku, istriku yang paling cantik. Mas berangkat ya, maaf tidak membangunkan mu saat pergi, soalnya kalau kamu menangis saat mas pergi, mas tidak sanggup melihat mu seperti itu. So, vitamin dan susunya jangan lupa di minum. Mas juga sudah masakin masakan kesukaan kamu, di kulkas juga ada makanan yang sudah mas siapin jadi kalau mau makan masakan aku kamu tinggal panaskan di microwave. Jangan ragu untuk menghubungi mas, pasti di angkat kok sayang. Sesibuk apapun mas di sini, you still number one and my priority. Jangan sering nangis, mas juga sudah hubungi Vina buat tinggal bareng kamu biar enggak kesepian. Jangan lupa hubungi mas ya sayang. Love you cintaku.
"Huaa, mas Doojoon kok so sweet banget hiks hiks" ucap Ran terbawa suasana membaca surat itu sampai membuatnya menangis.
Setelah Ran merapikan kamarnya, dia menuju ke dapur untuk sarapan. Suasana masih sangat pagi hingga para pelayan juga bi Iyem juga belum berada di sana.
Meja makan yang sudah di siapkan oleh Doojoon beberapa makanan juga irisan buah untuk Ran, semuanya langsung dilahapnya sampai habis.
"Hari ini harus produktif!" Ucap Ran dengan semangat 45
"Ooeekk!"
Ran termenung di atas kursi sofa sembari merebahkan tubuhnya melihat layar TV seorang diri.
Sudah beberapa kali dia berlari menuju wastafel untuk muntah dan mual yang berlebihan. Ingin mengalihkan perhatiannya agar mual nya hilang, tapi tetap saja dia tidak bisa.
"Assalamualaikum, bebeb!" Ucap Vina datang sangat pagi.
Dua koper besar mengikuti Vina dari belakang saat supirnya datang membantu membawakan barang yang banyak.
Dua box buah-buahan yang juga kini di angkut oleh orang suruhan Vina untuk segera di bawa ke dalam rumah Ran.
"Waalaikum salam" jawab Ran tidak bertenaga, bahkan dia sama sekali tidak menyambut Vina di depan , hingga akhirnya wanita cantik dengan perut yang sudah buncit itu datang sendiri menghampirinya
"OMG! Kenapa penampakan Ran gue kayak gini!" Ucap Vina melihat Ran yang sangat lesu tidak bertenaga. Seketika Vina langsung memungut wajah datar yang tidak bersemangat di samping nya.
"Pasti berat banget di tinggal pas kamu kayak gini" ucap Vina sangat merasakan perasaan Ran, karena dia juga ditinggalkan oleh suaminya yang berangkat bersama Doojoon
"Hiks hiks, aku kangen mas Doojoon Vin" keluh Ran sudah sangat merindukan suaminya.
Vina hanya bisa memeluk sahabatnya yang sangat sensitif, Vina sangat tahu hal itu karena dia juga mengalaminya, tapi situasi Ran sangatlah lebih parah darinya.
"Nihh, aku bawa buah buat kamu" ucap Vina langsung menunjukkan barang-barang yang dibawakan khusus untuk Ran.
"Makasih ya Vin, udah temenin aku di sini" ucap Ran dengan tulus
"Sama-sama. sekarang kita bakalan party dan bersenang-senang sepanjang hari di sini" ucap Vina bersemangat.
"Ehh, btw perut kamu udah besar Vin" ucap Ran mengelus perut Vina dengan lembut
"Iya dong, gimana sama janin kamu. Kemarin habis check up kan? Gimana kata dokter?"
"Alhamdulillah, mereka baik-baik aja. Kata dokter aku harus banyak makan dan enggak boleh stres" jawab Ran dengan wajah yang happy melihat perutnya yang sedikit membuncit
"Wait wait! Mereka?" Tanya Vina kebingungan
"Iya, bayinya ada dua di perut aku" jawab Ran membuat Vina membulat dengan reaksi yang tidak terduga
"Omegatt! Pantas suami mu tegang banget pas di bandara, dia selalu lihat layar hp dan enggak ngomong apa selain lihat foto kamu. Dia kelihatan cemas banget Ran. Pasti dia berat banget tinggalin kamu di saat-saat kondisi kayak gini" ucap Vina langsung menunjukkan rasa peduli yang sangat besar.
"Makanya aku enggak mau telfon dia dulu, enggak mau bikin dia cemas lihat muka yang pucat sama lemas gini" ucap Ran dengan wajah yang sedih
"Doakan saja, semoga masalah di sana cepat selesai" ucap Vina saling menguatkan satu sama lain.
"Amiinn" jawab Ran dengan serius.
Di tengah kesibukan yang padat, di mana Doojoon yang selalu menunggu panggilan dari istri tercinta tapi sudah seminggu lebih keduanya baru sekali melakukan panggilan singkat karena Ran sengaja tidak ingin mengganggu fokus sang suami yang sedang berjuang demi perusahaan. Apalagi penampilan Ran yang berantakan semakin membuatnya tidak ingin menunjukkan diri di hadapan Doojoon, padahal dia sangat merindukan ny
Sedangkan Ran sudah bisa melakukan kegiatan di kampus meskipun dia kesusahan menyesuaikan dengan perasaan mual dan muntah yang selalu datang di waktu yang tidak tepat.
Beruntung Vina selalu menemani di samping nya sekalipun berada di kelas untuk memberikan materi perkuliahan.
Ddrrtttt..
Ddrrttt...
"Tunggu sebentar, saya angkat telfon dulu" pinta Ran pada para mahasiswa sedang menyimak materi yang dijelaskan
"Halo mas"
"Di mana?"
"Aku ada di kelas. Nanti aku hubungi kalau kelasnya sudah selesai" pinta Ran langsung mematikan panggilannya
"Hufff" Doojoon menghela nafasnya dengan kesal.
"Kenapa pak?" Tanya Reza melihat raut wajah yang frustasi di depannya
"Sudah seminggu tapi dia tampak baik-baik saja tanpa diriku" keluh Doojoon sembari memijit pelipisnya sedikit pusing
"Tenang saja pak, kata istriku dia baik-baik saja di sana" ucap Reza tahu kekhawatiran bosnya
"Aku tahu. Tapi tidak biasanya Ran seperti ini, dia...hufff, sudahlah! Kamu tidak mengerti" kata Doojoon semakin kesal memikirkannya.
"Apa kamu tidak merindukanku? Sepertinya aku sudah di saingi oleh benih ku sendiri. Bahkan kamu saja lebih memerhatikan mereka daripada diriku" keluh Doojoon dalam relung hatinya yang paling dalam.
Hingga pada suatu hari sebuah video beredar yang sama sekali tidak pernah mereka sadari. Sebuah video penyekapan Ran saat dia di culik hingga mendapatkan pelecehan juga kekerasan yang membuat dunia maya gempar dengan video yang beredar itu.
Sebelum berita itu masuk ke telinga maupun mata Ran, sebisa mungkin Vina menjauhkan semua barang elektronik maupun handphone genggam yang kini selalu berada di genggaman Vina.
Sudah pasti begitu banyak notifikasi yang Ran dapatkan melalui handphone nya, begitu banyak pesan dari orang-orang yang penasaran mengenai kejadian itu bahkan sampai menyebabkan rumor yang tidak baik, sampai alasan di balik kematian seorang Rangga Aditya adalah ulah dari Ran yang tega mengkhianati suaminya.
Rumor itu beredar sampai ke kampus Ran, hingga akhirnya dia harus berhenti untuk beberapa saat sampai masalah itu selesai dan sebuah pernyataan bahwa rumor itu tidaklah benar karena bisa mencemarkan nama baik universitas.
"Hapus semua video yang beredar sampai ke akarnya dan jangan sampai ada satupun yang tersisa. Beritahu bahwa saya akan segera melakukan pers mengenai masalah ini dan semua rumor yang beredar mengenai Ran. Kumpulkan semua blog yang berani menyebarkan rumor itu dan segera laporkan ke kuasa hukum kita. Aku tidak akan memberi ampun siapapun yang berani melukai Ran ku" perintah Doojoon pada Reza
"Za, kumpulkan semua bukti yang sudah kita siapkan. Sudah saatnya mereka mendapatkan imbalan atas apa yang telah mereka perbuat" ucap Doojoon dengan hawa yang sangat menyeramkan dengan sorot mata tajamnya
Share this novel