Episode 64

Romance Series 19934

"HAPPY BIRTHDAY RAN!" Teriakan Vina paling bergema di taman itu.

Begitu banyak orang yang datang sampai Doojoon sendiri kaget. Vina dengan sangat semangat mengundang para warga kompleks juga para mahasiswa yang dekat dengan Ran tanpa sepengetahuannya

"Perasaan cuma kita-kita aja, kenapa jadi banyak begini?" Tanya Doojoon pada Reza.

"Hmm, Vina yang melakukan semua ini, saya bisa apa" ucap Reza hanya bisa pasrah

Ran mendapatkan banyak doa selamat dari para mahasiswa. "Ran, ada hadiah yang di siapkan untuk kamu dari para mahasiswa" ucap Vina menjadi MC dadakan demi memimpin acara ini.

"Mana?" Mata Ran di tutupi oleh sebuah kain dan di bawa ke sebuah tempat menuju ke taman baru untuknya

"TARAA~"

Lahan kosong sebelah rumahnya yang Ran idamkan kini menjadi lahan sayuran rimbun dan sangat segar.

Ran sangat bahagia, senyuman dan ucapan terimakasih selalu terucap bagi orang-orang yang mau membantu menyukseskan suprise untuk nya.

"Ini semua suami kamu yang kasih ide" bisik Vina sambil menunjuk Doojoon yang sedang memerhatikan dari jauh bersama Reza

"Hei, kok muka lo kayak nggak bersyukur gitu?" Selidik Vina penuh keyakinan

"Enggak, aku bersyukur banget kamu suprise semua ini demi aku. Makasih loh beb" ucap Ran memeluk bestie nya.

"Cama-cama bebeb" balas Vina memeluk Ran erat.

"Tapi kenapa taman bunga aku jadi kayak gini!?" Bisik Ran dengan penekanan.

Taman bunga itu di kelilingi oleh ibu-ibu komplek yang ingin meminta bahkan ada dari mereka sudah memetik bunganya tanpa seizin dari Ran.

Ya, bunga-bunga itu bukanlah bunga yang murah ataupun mudah di dapatkan. Semua bunga-bunga itu khusus di siapkan untuk Ran seorang. Alasan tidak ada tamu yang boleh masuk ke halaman belakang karena kerindangan dan kecantikan semua bunga-bunga juga pohon buah yang sangat di rawat dengan teliti. Karena semua ini peninggalan suaminya dulu, sudah sewajarnya semua kenangan itu harus di jaga sampai kapanpun.

Alasan Doojoon dan Reza menjauh karena Vina seenaknya memberi bunga-bunga cantik itu pada orang-orang yang menginginkan nya. Hingga akhirnya bunga-bunga itu separuhnya rusak dan terinjak-injak oleh para tamu yang di undang sendiri oleh Vina demi memeriahkan acara ini.

"Behh, nanti juga tumbuh lagi kan ada pengawal suami kamu yang rawat tiap hari" jawab Vina tidak ambil pusing

"Ringan banget mulut kamu Vin!" Ucap Ran hanya bisa marah di hadapan Vina. Hingga akhirnya ibu-ibu menghampiri keduanya

"Selamat ulang tahun ya mba Ran" ucap ibu RT dan para ibu-ibu komplek yang datang.

"Wahh, ternyata halaman rumah dan taman di sini sangat luas dan indah" ucap ibu-ibu yang pertama kali menginjakkan kaki di kediaman Ran.

"Iya Bu, ini semua peninggalan seseorang yang berharga" jawab Ran dengan tulus

"Waduh, nggak enak bunganya udah di ambil sama kita-kita" ucap ibu-ibu jadi tidak enak hati

"Tidak apa Bu, asalkan ibu-ibu harus merawatnya dengan baik, saya sudah senang" jawab Ran.

"Ehh, mbaknya udah berapa Minggu?" Pertanyaan itu langsung membuat Vina dan Ran saling tatap

"Ibu tahu ya saya hamil?"

"Tahu lah mbak, perut sama mukanya kelihatan banget"

"Mau jalan 15 Minggu mbak" ucap Vina sambil mengelus perutnya

"Kalau mbak Ran gimana? Udah ada isi?" Tanya ibu-ibu rempong.

Ran hanya bisa menghela nafas, pertanyaan yang selama ini dia hindari datang lagi. Doojoon yang mendengar dari kejauhan semakin membuat Ran kesal. Seharusnya dia tahu apa yang saat ini Ran rasakan, seharusnya dia datang dan membantu Ran melewati pembahasan ini

"Doakan ya mbak" ucap Ran tersenyum dengan sabar

"Udah coba Konsul mba?"

"Udah mbak" jawab Ran

"Terus hasilnya gimana?"

"Ehhh, mbak itu makanan nya sudah tiba" ajak Vina langsung mengubah topik

Beberapa menit kemudian mobil go food datang membawa makanan yang siap untuk di sajikan.

Tiba-tiba rumah Ran jadi semakin ramai, para pengawal dan beberapa pelayan bergerak langsung membantu nyonya rumah mereka melayani setiap tamu yang datang.

"Ini semua gara-gara lo Vin" bisik Ran sangat kesal pada Vina. Entah seberapa banyak orang yang berdatangan karena undangan Vina.

"Sekali-kali napa Ran" jawab Vina hanya duduk karena dia sedang hamil dan tidak boleh kelelahan.

"Jadi gini mas Doojoon dan mba Ran. Akan ada kegiatan perayaan 17-an di kompleks kita ini. Semua warga harus berpartisipasi dalam setiap lomba yang diselenggarakan" ucap pak RT yang baru saja berkumpul membuat sebuah forum. Berhubung karena hampir semua warga berada di kediaman ini, jadi kesempatan ini bisa di manfaatkan untuk berembuk sebuah kegiatan tahunan

"Pertama-tama kami mengucapkan terimakasih, karena para pengawal mas Doojoon selalu menjaga pos kamling kami setiap malam" ucap para bapak-bapak yang tahu kebaikan Doojoon yang selalu memerintahkan pengawalnya mengawasi kompleks karena kejadian kecurian beberapa bulan lalu.

"Sama-sama pak, saya melakukannya karena tidak bisa berpartisipasi langsung dalam setiap tugas penjagaan setiap malamnya" jawab Doojoon

"Kami paham kalau mas Doojoon sangat sibuk" jawab mereka serentak

"Terimakasih pak"

"Tapi untuk kegiatan kali ini mas harus ikut"

"Memangnya kegiatan apa saja yang akan di lakukan pak?" Tanya Doojoon

"Lomba yang diikuti oleh anak-anak sampai remaja, dan ada satu lomba yang di khususkan untuk orang dewasa pak. Kami berharap bapak bisa ikut dalam lomba tersebut"

"Kalau boleh tahu pak, lombanya apa?" Tanya Reza penasaran

"Panjat pinang pak!" Jawab bapak-bapak bersemangat

"Wah, inisiatif sekali bapak-bapak di sini ya. Saya boleh ikut nggak pak?"ucap Vina membuat mata Reza membulat lebar.

"Aaa, kalau itu pak..." Doojoon melirik ke arah Ran meminta izin dari istrinya melalui tatapan itu. Mengingat Doojoon OCD, sudah pasti dia akan menolak

Tapi Ran tidak menghiraukan dan membuat Doojoon kebingungan harus menjawab apa.

"Ahh, bagaimana kalau mba Ran menjadi salah satu MC dalam kegiatan kami? Pasti akan banyak orang yang ikut lomba, apalagi mba kan sangat cantik" puji bapak-bapak dengan candaan agar suasana tidak hambar

"Boleh pak, saya akan sangat terhormat bisa menjadi bagian dari kegiatan ini" jawab Ran langsung menerima tanpa meminta saran dari Doojoon

"Saya juga akan ikut dalam lomba pak!" Jawab Doojoon sedikit kesal karena Ran sama sekali tidak perduli

"Wah, pasti banyak ibu-ibu yang menyaksikan pertandingan ini" ucap bapak-bapak melihat paras dan postur tubuh yang tidak bisa berbohong

"Mata keduanya bertemu seperti pedang" Doojoon juga merasa kesal dengan sikap Ran

"Kalau boleh, saya yang akan mensponsori hadiah untuk lomba anak-anak" saran Ran dengan penuh pemikiran

"Sepertinya sponsor untuk lomba khusus anak-anak sudah ada mba" jawab ibu RT

"Kalau begitu konsumsi nya?"

"Biar saya yang menyediakan konsumsi selama kegiatan berlangsung" ucap Doojoon langsung angkat suara

Perang dingin keduanya membuat Vina dan Reza merasa aneh pada Doojoon dan Ran. Selama acara perayaan ini Ran tidak pernah bicara ataupun Doojoon yang sama sekali tidak di anggap oleh istrinya.

Beberapa jam setelahnya, semua pengawal dan pelayan sibuk membereskan semua barang dan sampah yang berserakan. Doojoon, Ran dan sepasang suami-isteri itu juga ikut berpatisipasi dalam hal ini

"Niatnya mau istirahat seharian, malah tambah pekerjaan aja!" Umpat Ran dengan kondisi mood yang tidak stabil.

Sejak ibu-ibu penasaran dengan pasangan yang belum memiliki momongan, yaitu Ran dan Doojoon. Di tambah lagi bunga-bunga yang membuat Ran kesal setiap kali melihat ke taman

"Ran, enggak boleh mengeluh, kerjain aja" ucap Vina sedang asik nyemil Snack kesukaannya sambil memerhatikan teman-temannya beberes rumah.

"Awas aja bunga-bunga di taman aku mati semua, kamu harus tanggung jawab Vin" ucap Ran sangat kesal memandang taman nya yang sangat berantakan.

"Aelahh! Cuma bunga doang! Nanti gue ganti!" Jawab Vina dengan santai, seolah bunga-bunga itu tidaklah berharga bagi Ran.

"Lo ngomong apa!?" Tanya Ran mendekati Vina

"Ya enggak penting lah!" Jawab Vina tidak tahu kalau Ran sedang tidak baik-baik saja saat ini.

Srakkk

"Ini juga nggak penting!" Ujar Ran membuang Snack itu sampai berhamburan di lantai.

"Lo kenapa sih! Mau berantem?" Tanya Vina bangkit dari duduknya.

Vina marah, begitupun Ran dengan tatapan kesal nya pada Vina. Kedua lelaki, Doojoon dan Reza langsung melerai dengan cepat sebelum keadaan semakin rumit.

"Ran, kamu kenapa? Cuma masalah taman kok sampai mau bergelut gini" tanya Reza juga melihat sahabatnya sangat sensitif.

"Cuma!? Taman bunga yang di rawat Rangga buat aku kalian anggap hal sepele!?" Ucap Ran semakin memanas

"Ran, kamu tenang dulu" ucap Doojoon mencoba menenangkan

"Kamu juga mas! Seharusnya kamu lebih tahu gimana perasaan aku pas lihat bunga-bunga itu di injak seenaknya dan sesuka mereka!" Keluh Ran sangat marah sampai membuat ketiga nya sangat keheranan

"Lo emang temen yang nggak ada rasa terimakasihnya. Kita siapin ini semua demi lo Ran!" Ucap Vina merasa Ran sudah kelewatan

"Emang gue mau?"

"Terus maksud lo apa senyum cerah banget ke ibu-ibu yang minta bunga lo dengan seenaknya? Kenapa lo nggak nolak aja permintaan mereka?" Vina juga ikutan marah kali ini

"Emang gue bisa nolak? Vin! Gue udah muak dengan semua ini! Gue capek! Kepala gue rasanya mau pecah! Hiks hiks pliss jangan nambah beban pikiran gue lagi" ucap Ran dengan terbata-bata.

Jujur sebenarnya ini bukanlah tentang hal yang mereka ributkan, tapi kepala Ran di penuhi dengan banyak pertanyaan yang tidak bisa ia temukan jawabannya

Air mata Ran menggenangi pipinya, wajah yang kembali pucat dan nafas yang tidak beraturan memancing panic attack dalam dirinya

"Ya emang gue tahu masalah lo kalau lo enggak cerita ke gue!?"

Wajah Doojoon berubah 180 derajat, hati dan pikiran Ran bukanlah di sini, melainkan masalah yang belum terselesaikan.

Doojoon merasa sangat bersalah, Reza langsung mengerti situasi saat ini "Vin, kita balik dulu" bisik Reza mengajak sang istri untuk pulang

"Enggak mau! Lo harus cerita ke gue Ran! Gue tahu saat ini lo nggak baik-baik aja kan!?" Vina bertahan melihat kondisi Ran yang berubah drastis tidak bertenaga

"Vin, aku...."

Brukk

Ran hampir saja terkena sudut meja karena tubuhnya lemah seketika. Untung saja Doojoon langsung menangkup nya

"Ran!" Reza dan Vina sontak berteriak karena kaget

"Cepat hubungi dokter!" Perintah Doojoon langsung menggendong Ran menuju ke kamarnya.

"Aku benci kamu" lirih Ran dalam pelukan Doojoon hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri.

Suasana semakin mencekam ketika Hendra datang melihat kondisi adiknya yang lemah tak berdaya.

Tatapan penuh penekanan mengarah pada Doojoon yang sangat menyesal dan membenci dirinya.

Muti yang saat pagi hanya diam memerhatikan kakaknya yang bersikap aneh. Keduanya saling diam, apalagi Ran yang selalu menghindar dari Doojoon. Hingga akhirnya Muti mengutarakan isi hatinya pada Hendra sang kakak.

Hendra tahu dia tidak boleh terlibat dalam urusan rumah tangga adiknya, tapi melihat kondisi Ran yang sangat memprihatinkan sudah pasti emosinya tidak bisa diam saja melihat situasi

Saat dokter pribadi Ran datang, semuanya menunggu di luar dengan rasa penuh khawatir.

"Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu Doojoon. Aku sangat mencintainya, kalau tanggungjawab ini sangat sulit bagimu, aku sangat amat bahagia mengambil kembali amanah itu" peringat Hendra langsung meninggalkan ruang itu dan membawa Muti pergi bersamanya.

Reza dan Vina masih tetap bertahan menemani Doojoon. "Hye Jin masih hidup" lirih Doojoon membuat Reza terdiam kaku

"Apa ini alasan Ran..."

"Ya. Aku sangat menyesal membuatnya berfikir keras mengenai hal ini" keluh Doojoon menunduk sambil bersandar di dinding samping pintu kamarnya

"Bagaimana bisa? Kenapa nanti sekarang dia datang?" Kata Reza merasa kesal.

Doojoon menghela nafas berat "tanyakan saja pada ibuku" lirih Doojoon sudah tidak mampu menjawabnya

Klek

"Bagaimana dok?"

Sang dokter terdiam sejenak sambil menatap Doojoon seolah mencari jawaban

"Jangan buat dia seperti ini lagi ke depannya. Bisa-bisa kamu akan kehilangan dia dan impian kalian berdua" ucap dokter membuat Doojoon semakin terpuruk

"Dia selalu berusaha semampunya seorang diri. Kalian harus selalu mendukung dan menyemangati hidupnya. Saya rasa kamu yang paling tahu apa yang Ran butuhkan Doojoon" ucap sang dokter langsung meninggalkan mereka

Ketiganya masuk melihat Ran yang sudah sadarkan diri. Infus yang terpasang di tangannya karena kekurangan cairan dan stres berat sampai membuatnya seperti ini.

"I'm sorry, seharusnya kamu istirahat hari ini" rengek Vina merasa bersalah atas kelakuannya menjadi beban bagi Ran

"Ran, masa lalu tidak bisa di ubah tapi kita bisa mengenang hal yang bisa membuat kita bahagia. Membuat awal baru dengan orang yang saat ini bersama kita" ucap Reza dengan lembut.

Sedangkan Doojoon perlahan mendekati sudut kasur mencoba meraih tangan mungil yang tidak bertenaga

"Please don't leave me" lirih Doojoon mengecup tangan Ran dengan lembut

Vina dan Reza memberikan waktu untuk mereka berdua.

"I'm sorry" lirih Doojoon menunduk di hadapan Ran yang terbaring lemah

"Aku melakukan ini semua demi mendapatkan keadilan untuk seseorang"

"Mas" panggil Ran lemah

"Hm?"

"Apa kak Hendra akan membawaku pergi menjauh darimu?" Tanya Ran menunggu jawaban

"Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi selain bersamaku" jawab Doojoon dengan tegas.

Ran tersenyum mendengar nya. Jawaban ini sudah cukup membuatnya tertidur lelap untuk sejenak

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience