Manis 2

Romance Series 19934

Seperti biasanya, pada akhir tahun menjelang libur panjang perusahaan selalu melakukan pertandingan antar masing-masing divisi.

Di mana pertandingannya Basket, Lari estafet, Futsal, tebak gambar, dan masih banyak lagi. Hadiah yang diberikan juga bukan main-main, bagi pemenang utama mendapatkan liburan selama 3 hari di Hawaii. Dan sisanya sebuah amplop yang berisi kupon hadiah yang sangat banyak.

Karena semua karyawan ikut berpartisipasi dalam lomba, akhirnya panitia memutuskan untuk membagi tim dalam setiap divisi. Setiap divisi diberikan label nama tim yang diantaranya Tim biru, Tim kuning,Tim putih dan Tim merah. Doojoon dan Reza masuk ke dalam tim biru dan sisanya para ketua divisi yang menjadi ketua Tim. Doojoon juga sudah bekerjasama dengan penyewa gedung olahraga hanya untuk para karyawan nya selama sehari semalam hingga permainan selesai.

Banyak keluarga yang datang ikut menyaksikan, apalagi para karyawan wanita yang sangat bersemangat menikmati lomba karena pasti Direktur mereka akan menunjukkan skill yang dimilikinya. Ini adalah waktu yang sangat langka bagi mereka melihat para lelaki tinggi, berotot dan sangat kekar, apalagi Reza dan Doojoon yang sangat dinantikan para kaum hawa.

Seragam yang digunakan pertanda kalau mereka berada di tim yang sesuai dengan warna baju mereka. Doojoon sudah memakai pakaian olahraga berwarna biru dengan sebuah head band bandana berwarna hitam di kepalanya untuk menahan rambutnya yang sedikit panjang agar tidak terkena mata saat ia bermain basket nanti.

"Sayang, gak apa-apa aku ikut?" tanya Ran merasa tidak enak, apalagi perutnya yang baru masuk bulan ke enam yang terlihat seperti bulan ke tujuh karena bayi di dalamnya kembar. Ia duduk di sudut kasur bersama dengan Doojoon yang duduk di kursi di hadapan Ran.

"mas gak akan pergi kalau kamu gak ikut" tegas Doojoon, dia memaksa Ran untuk ikut karena tidak ingin meninggalkan nya sendiri di rumah.

"Tapi perut aku...aku pasti nyusahin kamu di sana" tolak Ran tapi dia ingin melihat Doojoon bermain basket. Bibirnya memang menolak tapi air matanya sudah mengalir tidak ikhlas jika Doojoon pergi. Dasar pasutri gak jelas. Dan akhirnya Doojoon merasa sedih melihat istrinya yang sangat manja. Mungkin karena pengaruh hamil Ran tidak ingin berpisah dan jauh-jauh dari Doojoon begitu juga sebaliknya.

"Sejak kapan kamu nyusahin mas? mas malah senang kamu semangatin di sana. Vina juga datang" jawab Doojoon masih menatap Ran di depannya. Ran hanya bisa memelas melihat Doojoon sedang menunggu jawaban darinya.

"Beneran?"

"Iya sayang"

"Aku ganti baju dulu" pesan Ran beranjak dari kasur dan mengganti piyama tidurnya.

"Pakai baju yang bikin kamu nyaman" pinta Doojoon mencari pakaian untuk Ran.

"Kalau yang ini gimana?" tanya Ran menunjukkan baju terusan muslimah berwarna abu-abu. Doojoon dengan teliti melihat kainnya agar Ran tidak merasa panas atau risih jika memakainya terlalu lama.

"Pakai punya mas aja, kainnya lembut, adem gak bikin kamu gerah kalau panas" kata Doojoon memberikan baju olahraga yang seperti biasa berukuran full size.

"Celananya muat gak di perut aku?" tanya Ran memastikan.

"Muat, anak gajah bisa masuk kok" jawab Doojoon meregangkan tali celana training untuk Ran.

"Jadi... kamu anggap aku ini gajah?" tanya Ran membesarkan matanya menatap Doojoon.

"Sedikit" singkat Doojoon. Ia membantu Ran memakai celana berserta bajunya.

"Sedikit!" kesal Ran. Mata Ran membulat besar menatap Doojoon

Cup, Doojoon mengecup pipi gembul Ran.

"Kan lagi hamil, jadi mirip" usil Doojoon pada istrinya. Ran mendatarkan wajahnya merajuk. Ia berjalan menuju lemari mengambil kaos kaki miliknya. Duduk di atas kasur mencoba memasukkan kaos kakinya, ia merasa kesusahan terhalang oleh perut buncitnya. Doojoon memerhatikan gerak-gerik istrinya sangat gemas.

"Huh!" Keluh Ran tidak bisa memasang kaos kaki di kakinya.

Doojoon mendekatinya, dengan lembut ia memasangkannya di kaki Ran. "Mukanya kenapa ditekuk begitu?" tanya Doojoon sudah tahu jawabannya. Ran diam seribu bahasa.

"Mau beli Boba?" tawar Doojoon menggenggam tangan Ran.

"Snack juga" tambah Ran.

"Apapun yang kamu inginkan" koreksi Doojoon membawa Ran menuju ketempat pertandingan dimulai, tetapi mereka singgah dulu di minimarket membeli Snack untuk Ran.

"Udah cukup?" tanya Doojoon membawa keranjang belanja yang sudah penuh dengan berbagai macam jenis makanan ringan.

"Pengen ice cream juga" manja Ran merangkul lengan Doojoon.

"Satu aja, kan udah beli Boba 2"

"Untuk Vina?"

"Yaudah, beli dua ice cream nya" perintah Doojoon.

Setibanya di gedung olahraga, para supporter tim sudah berada di sana dan tinggal menunggu ketua Presdir untuk memulai kegiatan. Doojoon datang dengan santai bersama Ran yang memeluk erat kedua Boba di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya berada di dalam genggaman Doojoon.

"Jangan kemana-mana, tunggu mas di sini" pesan Doojoon menaruh Ran di kursi pemain.

"RAN!" Teriak Vina heboh dari kejauhan.

"Jangan lari-lari Vin, nanti jatuh" tahan Reza menggenggam tangan Vina agar tidak keluyuran.

Vina menatap tajam ke arah Reza di sampingnya "gak usah pegang-pegang!" Sebal Vina mencoba melepaskan genggaman Raza dari tangannya, namun hasilnya nihil.

"Nurut!" singkat Reza menatap tajam Vina balik. Vina tidak berkutik menuruti keinginan Reza.

"Ran! Perut kamu hampir sama kayak aku" kata Vina mendekatkan perutnya di samping Ran untuk membandingkan keduanya.

Sementara Doojoon dan Reza menuju ke meja panitia untuk segera membuka kegiatan.

"Namanya juga kembar" ujar Ran mengelus perutnya.

"By the way, kamu udah tahu jenis kelamin bayinya?" tanya Vina penasaran.

"Mmm... pengen suprise aja buat yang penasaran" jawab Ran tersenyum.

"Gimana perasaannya masuk ke bulan terakhir?" tanya Ran penasaran.

"Deg degan dan gak sabar nunggu bayinya keluar" ujar Vina

"Kamu... gak takut lahiran?" tanya Ran gugup

"Paling sekali tarikan nafas langsung keluar" jawab Vina percaya diri.

Ran juga merasa percaya diri melihat sahabatnya sangat santai tiada beban. Ini adalah pengalaman pertama bagi keduanya, ibu hamil yang sedang membayangkan proses melahirkan berjalan dengan lancar dan sesuai rencana.

Permainan di awali dengan dengan permainan basket antara tim buru dan merah. Peraturannya adalah tim mendapatkan poin terbanyak adalah pemenangnya.

"OMG. Suami gue kok tampan banget. Kayaknya lebih Sixpack Reza daripada Doojoon" kata Vina memerhatikan keduanya.

"Gue akui sih Reza lebih Sixpack dari suami gue tapi ganteng nya itu gak ada yang kalahin" protes Ran tidak ingin kalah.

Kedua wanita hamil itu hanya sibuk memerhatikan kelebihan dan kekurangan dari penampilan suami-suami mereka yang sudah berbaris menyapa para penonton.

"Mereka lagi bahas appan sih?" tanya Reza menyenggol lengan Doojoon

"Gak tau. Tapi intinya seperti membicarakan kita berdua. Senyumin aja" jawab Doojoon melambaikan tangan ke istrinya dengan senyuman

"Arghh! Suami lo udah tinggi kayak tiang listrik, handsome lagi" kata Vina tersipu melambaikan tangan pada keduanya

"Vin"

"Hah, apa?"

"Lo puji suami gue?"

"Iya, emang kenapa?"

"Enggak. Lo muji kayak ngehina!"

"Udah mulai Ran, fokus!" Kata Vina sudah serius menyaksikan para lelaki cool sedang bermain basket.

"Ran"

"Hm?"

"Kayaknya cuma suami kita deh yang udah berstatus sudah menikah yang lain masih bujanggg"

Keduanya mulai memperhatikan lelaki lain yang juga ikut bermain "wah, kok aku gak sadar ya kalau lawan mereka itu masih muda semua" kata Ran menikmati Snack miliknya.

"Ran, lihat deh yang baju merah nomor 10. Ganteng banget" ajak Vina mengarahkan mata Ran.

"Bidih, dia hebat juga mainnya" pujinya. Vina dan Ran tidak mengalihkan pandangan mereka pada pemain nomor 10 hingga para suami tidak fokus dalam permainan mereka.

"Gue nyesel ajak tuh anak ikut. Ternyata cuma enjoy liatin para lelaki birahi yang lagi main" kata Reza melihat tingkah Vina yang sudah kegirangan.

"Aku percaya pada istriku. Pasti dia lagi liatin aku" kata Doojoon melirik ke arah Ran. Ternyata istrinya juga sedang memerhatikan lelaki lain daripada dia, hingga akhirnya

Bangk

Doojoon tidak sadar telah menabrak ring basket dengan keras. "Astaghfirullah Ran, suami kamu" kata Vina kaget.

"Mana..." Ran mencari keberadaan suaminya "astaghfirullah, kenapa bisa nabrak tiang sih" kata Ran cemas tapi penuh omelan. Permainan diberhentikan oleh sementara oleh wasit.

"Mas, kamu gak apa-apa?" tanya Ran menghampiri suaminya di lapangan. Mata Doojoon kelihatan kesal melihat Ran "Ini... benjol!" kata Ran sambil melepaskan head band di kepala Doojoon.

"Za, kamu ganti. Saya ada urusan sama dia" pesan Doojoon membawa Ran ke ruang ganti pakaian.

"Mas, ngapain di sini?"

"Namanya Andrian, GM dari perusahaan" kata Doojoon dengan datar

"Hah? Maksudnya"

"Lelaki yang kamu perhatikan sampai bikin mas kayak gini" keluh Doojoon duduk di kursi sedangkan Ran berdiri di depan Doojoon dimintai keterangan.

"Pft. Ohh, Andrian ya. Namanya bagus" puji Ran ingin menambah kekesalan Doojoon.

"Ohhh~ bumil yang satu ini mulai nakal. Kasih hukuman apa ya?" kata Doojoon menarik Ran duduk dipangkuannya. Tangan Doojoon mengelus perut buncit Ran lembut hingga elusan itu naik dikedua bukit yang sangat mempesona baginya.

"Jangan mas, nanti ada yang masuk" kata Ran menangkap tangan Doojoon

"Kamu harus mas kasih hukuman" kata Doojoon mengecup pipi Ran.

"Bentar aja mas, nanti ada yang datang" pesan Ran menahan tangan Doojoon. Ia melirik kiri kanan dan ternyata

Plak

"Mas, CCTV!" Kata Ran menjiplak punggung Doojoon yang sedang masuk dalam pelukan Ran

"Mas udah matiin tadi. Boleh ya?" jawab Doojoon sangat manja.

"Di rumah aja mas. Di sini banyak mata-mata" jawab Ran memohon.

"Oke. Tapi cium dulu" kata Doojoon mengetuk bibirnya dengan jari.

Kecupan yang awalnya singkat, di tahan oleh Doojoon yang mulai terlena. Apalagi Ran baru saja meminum Boba yang sangat manis hingga Doojoon tidak mau melepaskan ikatannya.

"Kamu manis banget sayang" bisik Doojoon menggoda.

"Mesum! Cuma bikin aku tambah sesak aja" keluh Ran menahan hidung mancung Doojoon bernafas.

Doojoon membenarkan sentuhan Ran menuju ke pipinya. "Sakit, obatnya mana?" keluh Doojoon ingin mendapatkan kecupan di jidatnya yang membengkak.

Cup

"Peluk dulu biar semangat" pinta Doojoon

"Banyak maunya ih" kata Ran menuruti keinginan suaminya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience