Episode 31

Romance Series 19934

Pada hari Jum'at tepat pukul 11:40. Doojoon sudah siap dengan penampilannya pergi ke mesjid kompleks rumah mereka. Ini kali pertama Doojoon sholat di mesjid itu. Ran yang sedang membaca buku pun terkesima melihat suaminya yang sangat sangat tampan dua kali lipat. Penampilan yang pertama kali Ran lihat ketika Doojoon memakai jubah gamis hitam tidak lupa peci putih yang melingkari kepalanya.

"Ekhem! Gimana penampilan aku?" Tanya Doojoon pada Ran. Wanita yang ditanyai nya ini masih pangling melihat seorang lelaki gentle yang sangat tampan.

"Ternyata gini ya kalau idol Korea pakai baju kokoh. Gantengnya kebangetan" gumam Ran dalam hatinya. Rambut yang sedikit panjang itu kini tertata rapi dalam peci yang Doojoon pakai.

"Sayang?" Panggil Doojoon merasa bangga karena telah membuat istrinya tidak bisa berkata apa-apa

"Hah, kamu bilang apa tadi mas?" Tanya Ran tersadar kembali

Cup

"Saranghe" lirih Doojoon sempat mengecup pipi Ran yang sudah merona.

"Mau jum'atan masih sempat juga nyosor" ucap Ran menjauhkan dirinya dari Doojoon

"Aku berangkat. Tunggu aku pulang" ucap Doojoon berjalan keluar dari kamarnya.

"Ehh, mas Doojoon tunggu!" Panggil Ran ingin menyampaikan sesuatu

"Hm? Mau ikut? Gak bisa Ran, perempuan sholat di rumah aja. Apalagi kan hari ini hari Jum'at" jelas Doojoon berfikir istrinya akan ikut.

Ran bingung "siapa yang mau ikut mas, aku belum salim ke kamu" ucap Ran meraih tangan Doojoon lalu mengecupnya dengan senyuman. Doojoon langsung menutup wajahnya dengan tangan kiri karena hal kecil ini saja sudah membuatnya berbunga-bunga dalam hati

"Di kamar aja, gak usah keluar. Kalau perlu sesuatu panggil maid pakai telfon rumah" pesan Doojoon langsung pergi tanpa memerhatikan Ran yang keheranan melihat Doojoon menghindari nya.

Ran langsung kembali ke kamarnya, dia segera menyiapkan diri untuk melaksanakan sholat juga. Tepat setelah Ran menyelesaikan sholat nya, HP nya berdering dan langsung di angkatnya karena dari seseorang yang penting baginya.

"Halo tante?"

"Hiks hiks..."

"Tante kenapa? Tante baik-baik aja kan?" Tanya Ran hanya mendengar tangisan dalam panggilannya

"Ran...kamu bisa ke sini sekarang?" Tanya seorang wanita tua di seberang sana.

"Ran ke sana sekarang" jawabnya langsung menuju ke kediaman yang dulu menjadi tempat tinggalnya.

Ran keheranan dengan pemandangan rumah yang sudah gersang seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Sepanjang jalan Ran hanya bisa menahan sesak mengingat masa lalu yang begitu indah tidak bisa terulang lagi.

"Assalamualaikum" ucapnya langsung menerima pelukan dari wanita cantik awet muda.

"Ada apa Tante?" Tanya Ran membalas pelukannya dengan nyaman. Ran mencoba memahami situasi yang terjadi saat ini. Saat perasaan mama Rachel sudah lega, Ran membawanya untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Aditya company akan hancur Ran. Hanya kamu yang bisa menolong kami" ucap Rachel dengan raut wajah yang sedih

"Maksudnya? Ada apa dengan perusahaan Tante?" Tanya Ran kebingungan

"Seseorang mencoba mengakusisi perusahaan Aditya company"

Deg

"Siapa orang itu?"

"Sepupu Rangga, dia adalah Alvin, manager umum di perusahaan Aditya company".

"Berarti dia mempunyai saham di perusahaan Tante?"

"Iya, dia sangat pandai memanfaatkan pada direktur yang memberikan saham mereka, kini saham keluarga Aditya dan Alvin adalah sama"

"Apa hubungannya dengan Ran tante?"

"Kamu memiliki saham 30% di perusahaan ini. Kami ingin memberikan semua saham kami kepada kamu Ran"

"Maksud tante? Ran tidak tahu menahu mengenai saham yang diberikan ke saya" jawab Ran kebingungan

"Hanya suamiku, Rangga dan kakakmu yang tahu akan pembagian saham ini" Rachel menjelaskan semuanya secara rinci mengenai saham yang Ran miliki di perusahaan itu.

"Tapi Ran tidak bisa memimpin perusahaan tante"

"Ini hanya alibi untuk mengalahkan Alvin, dia adalah lelaki licik dan berkhianat pada Rangga. Setelah kami bisa mendapatkan kekuasaan penuh kembali, suamiku yang akan mengurusnya Ran. Kamu tenang saja"

"Ran akan ikut arahan dari tante" jawab Ran menerima dengan berat hati. Dia tidak ingin terlibat dalam pertarungan seperti ini lagi, sudah pasti akibatnya akan fatal jika pihak musuh mengalami kekalahan, dirinya akan menjadi sasaran empuk para musuh. Tapi ini sudah janjinya menjaga kedua orang tua Rangga selamanya.

"Terimakasih Ran, nanti Tante hubungi kamu lagi saat waktunya tiba" tutur Rachel.

Ran segera bergegas kembali ke rumahnya, sudah pasti Doojoon akan cemas jika tidak menemukan Ran di kamar. Ran dengan kecepatan rata-rata mengendarai mobil yang sering mereka pakai jika ke kantor atau mengantar Ran ke kampus.

Saking buru-buru nya, tak ada satupun orang rumah yang tahu Ran keluar gerbang bersama dengan mobilnya.

Ran selalu merasa ada yang mengikutinya di kala dia sendiri tanpa pengawasan Doojoon di sampingnya. Ran selalu saja melirik kaca spion karena sebuah mobil mengikutinya dengan jelas.

Mobil itu melambung kecepatan Ran dan berhasil menghalanginya. Ran mencoba menyingkirkan perasaan cemasnya, untung saja dia berada di jalan raya yang dipenuhi oleh motor dan mobil yang berlalu-lalang

Seorang lelaki tinggi dengan sebuah kaca mata hitamnya. Lelaki itu melambai dengan senyuman manisnya di depan mobil Ran. Ran melepaskan nafas lega dan menenangkan dirinya.

Ran turun dari mobil menghampiri lelaki yang dikenalnya "assalamualaikum. Lama gak jumpa Haikal" ucap Ran menyapa dengan senyuman ramahnya.

"Gimana kabar lo Ran, sorry gue udah jarang kumpul bareng kalian. Soalnya lagi sibuk" ucap Haikal dalam senyumannya

"Alhamdulillah baik, aku udah tahu kok, mama Rachel kasih tahu ke aku. Emang sebesar itu masalahnya?" Tanya Ran penasaran

"Banget, gue aja udah kelelahan" jelas Haikal

"Kok Vina gak pernah ngasih tahu gue masalah perusahaan" gumam Ran heran, mengapa dia baru tahu akan masalah ini

"Vina... udah berhenti kerja di perusahaan" lirih Haikal tidak tega memberitahu

"Hah?"

"Iya. Katanya Reza yang gak kasih dia kerja lagi di perusahaan Aditya company" ucap Haikal menjelaskan.

"Kamu...gak bohong kan Haikal?" Terka Ran tidak percaya

"Lo gak percaya sama gue?"

"Tapi gak mungkin-"

"Terserah lo, gue cuma mau kasih tahu yang sebenarnya sama lo. Sekarang tante sama om lagi berusaha merebut kembali apa yang seharusnya milik mereka" jelas Haikal dengan sangat serius menjelaskan "lo harus bantuin mereka Ran, cuma lo yang bisa ngelakuin ini" harap Haikal langsung pergi setelah menyampaikan pesan nya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ini semua tiba-tiba menjadi rumit?

"Astaghfirullah, mas Doojoon pasti nungguin" gumam Ran segera kembali ke rumahnya.

Tiba saat Ran berada di halaman Rumah pintu utama rumahnya, dia segera berlari tanpa menghiraukan mobil yang tidak terparkir di garasi.

"Assalamualaikum" ucap Ran masuk ke rumah

"Waalaikum salam, nona dari mana? Tuan sangat cemas mencari nona. Kenapa nona tidak bawa handphone?" Tanya mbok Arsih juga merasa cemas.

"Nanti saya jelasin ya mbok" ucap Ran bergegas menuju ke kamarnya.

Dia menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan, merapikan pakaiannya yang acakan karena berlari menuju ke sini. Ran langsung memasang senyum manisnya sebelum membuka pintu

Klek

"Assalamualaikum...mas-"

Tep, Doojoon menghempaskan sebuah tablet pil di atas kasur.

Doojoon sedang duduk di sofa dengan pakaian muslimnya yang belum dia ganti. Suasana di kamar mencekam dan redup karena tirai kamar yang tidak terbuka lebar.

Ran melihat sebuah benda yang dilemparkan oleh Doojoon di atas kasur. Ran diam seribu bahasa.

Tatapan marah Doojoon menusuk seperti duri di sekujur tubuh Ran "sejak kapan kamu minum obat ini?" Tanya Doojoon dengan nada dinginnya

jangan bosan-bosan mampir ke karya saya

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience