Episode 21

Romance Series 19934

Pukul sepuluh malam, Ran menyiapkan perlengkapan dalam sebuah tas ransel yang besar. Perjalanan menuju tempat kemah membutuhkan waktu 2 jam. Belum lagi tempatnya tepat berada di atas pegunungan yang dikelilingi oleh hutan belantara, namun memang banyak sekali para traveler mendaki dan berkemah di tempat itu.

"Besok berangkatnya jam berapa?" tanya Doojoon membantu mengemasi barang barang Ran yang sedang dipindahkan ke dalam tas.

"Mereka jemput aku jam 9 pagi. Kamu aku buatin bekal ke kantor ya, soalnya sore aku udah gak di sini. Atau kamu pesan aja?" Tutur Ran tidak melupakan tugasnya sebagai istri. Wajahnya berubah murung begitu tahu kalau istrinya berangkat pagi

"Kalau sore gimana?" Usul Doojoon ingin mengantar.

"Gak boleh, aku gak mau kamu balik sendirian di hutan belantara" tolak Ran tegas

"aku naik mobil. aku antar kamu sampai di depan perkemahan" tatapan khawatir dan tidak ikhlas sungguh nampak di wajah Doojoon.

"Kalau jam 2 siang? Nanti aku ngomong sama mereka kalau kamu yang anterin aku" Usul Ran menggenggam tangan Doojoon. Menampakkan dirinya yang baik-baik saja dengan senyuman manisnya.

"Oke. Besok aku antar kamu" senyuman lega juga bahagia ketika istrinya mengerti.

"Ran"

"Iya mas?"

Lagi-lagi tatapan mata yang sangat tampan itu mulai menggelitik di hati nya. Doojoon menarik Ran cepat masuk ke dalam pelukannya.

"I will miss you my love" bisik Doojoon mengembuskan napasnya di ceruk leher Ran. Nafas yang seolah membangkitkan gairah dengan dekapan yang sangat erat.

Sedikit tidak tega meninggalkan, tapi sudah kewajiban bagi yang membutuhkan ilmunya. "Sorry" jawab Ran mengelus punggung Doojoon

"Selalu saja maaf" gumamnya sedikit kesal.

"Waktu yang begitu singkat karena kesibukan kita setiap harinya. Dan sekarang waktu singkat itupun mulai hilang" ucap Doojoon masih memeluk Ran, tidak ingin membuang waktu hingga hari esok.

"Aku gak lama kok, cuma 4 hari aja" tutur Ran lembut.

"Ran, aku gak tahu apakah masih memiliki waktu padat kita masing-masing. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamamu" Doojoon sungguh menyesali keputusannya sebagai penerus keluarga untuk perusahaan mereka.

Seharusnya dia bersama-sama dengan Ran di institusi pendidikan tinggi di tempat mereka mengabdi.

"Aku janji, setelah perkemahan ini. Gak akan membuang waktu buat habisin hari-hari kita bersama" ucap Ran meyakinkan.

"aku gak yakin apakah punya waktu luang lagi ke depannya" keluh Doojoon dengan wajah sedihnya.

"Jadi aku gak boleh pergi?" Tanya Ran meminta kepastian.

"Bukan gitu, aku cuma-"

"Cuma apa mas" Sejujurnya Doojoon tidak mengizinkan Ran pergi. Keluhan mulai mengelilingi pikiran Doojoon yang diekspresikannya dari bibir. Hingga jawaban demi meyakinkan tidak lagi dicernanya dengan teliti

"Gak jadi!" Ucap Doojoon kesal. Seharusnya dia diam saja tanpa mengeluhkan perasaannya.

"Mau ke mana?" tanya Ran menahan lengan Doojoon dari belakang.

"Ke bawah?"

"Kamu marah?" tanya Ran melihat reaksi Doojoon.

"Enggak"

"Jelasin apa yang bikin kamu marah?" Tanya Ran menatap Doojoon dingin.

Doojoon menghela nafas panjang, memijit pelipisnya tidak tahu harus berkata apa.

"Kalau aku gak izinin kamu pergi, gimana?" balas Doojoon dengan tatapan serius.

Ran sangat kesal ketika mendengar kalimat yang Doojoon ucapkan "Mas, seharusnya kamu bilang dari awal biar aku bisa ngasih alasan ke mereka. honestly, aku juga gak pengen pergi tapi inilah tugas aku mas, aku yang membentuk organisasi ini dan Rangga yang sudah menjaganya. Aku dibutuhkan di sana-"

"aku juga butuh kamu Ran! Reza sana Vina perginya sabtu sore, kenapa kamu yang pergi bersamaan dengan mahasiswa?" Doojoon menjelaskan dengan nada ketus ditambah lagi dia memotong perkataan Ran. Apalagi mendengar nama Rangga di sebut makin membuatnya cemburu.

"Kok kamu gitu sih! Bilang dong kalau gak izinin! jangan plin-plan gini!" Ujar Ran dilanda emosi.

"Kamu yang maksa Ran, jadi saya izinkan" balas Doojoon menahan emosinya.

"Sejak kapan aku maksa!? atau memang usia kamu yang bikin lupa. Dasar om-om!"

"Om-om?" Doojoon membulatkan matanya tidak percaya kalau saat ini dia sedang diejek istrinya yang sedang marah.

"Iya! Terus kamu mau apa! Hah!"

Doojoon sangat geram tidak bisa membantah kalimat Ran "makan kamu!" Jawab Doojoon memelototi istrinya.

"Ayo makan! Aku gak takut!" Jawab Ran menantang dengan gayanya.

Doojoon langsung mengangkat Ran di punggungnya, dan dihempaskan di atas kasur dengan kasar. "Oke! Saya makan kamu! Biar kamu lihat om-om yang berada di hadapan kamu ini sekuat apa!" Jawab Doojoon melepaskan bajunya dengan cepat.

Ran mencoba mundur ke sandaran kasur menggunakan kakinya untuk pindah tapi ditarik oleh Doojoon hingga ia tidak bisa berpindah tempat selain di bawah Doojoon.

"Mas! Kamu ngapain!" Tanya Ran tidak berkutik dibawahnya.

"Ran, aku gak pernah menarik kata-kata aku sendiri" ujar Doojoon mengingatkan.

"Jangan bergerak!" Perintah Ran mengangkat satu kakinya di dada bidang Doojoon agar tidak mendekat ke tubuhnya.

Doojoon tersenyum jahat "Ran, saya tidak selembut dan sepolos yang kamu bayangkan. Jangan bermain api denganku kalau tidak ingin mendapatkan kobarannya" peringat Doojoon bersungguh-sungguh ingin memakan Ran.

"Mas!!" Ran menahan kuat dengan kakinya.

Tapi dengan mudahnya ia menarik kaki Ran ke bawah "Kekuatan kamu tidak sebanding denganku sayang" suara berat terdengar menggoda sekujur tubuh Ran yang merasakan debaran nya.

Doojoon mulai lagi terpesona kecantikan istrinya "saya tidak akan melepaskan mu sebelum mendapatkan apa yang aku mau" bisik Doojoon membuat Ran melemah.

Membelai pipi Ran lembut, menyentuh mata cokelat bening dengan bulu mata yang lentik alami, bibir seksi yang selalu berwarna pink nan memikat sungguh membuatnya candu.

Jakun yang sangat nampak naik turun tidak lepas dari pandangan Ran ketika Doojoon sedang menikmati wajah nya dengan teliti.

"Bagaimana kamu bisa secantik ini?" Gumam Doojoon membelai Ran dalam tubuh kekarnya

"Mmm... mungkin karena aku baik" jawab Ran asal

"Di sana jangan nakal ya, jangan bikin orang jatuh cinta sama kamu. Jangan jadi pusat perhatian" tutur Doojoon masih berinteraksi dekat dengan Ran

"Oke. Om ganteng" jawab Ran usil.

"Mata kamu lihat ke mana?" Tanya Doojoon tidak bisa menangkap ranum mata Ran yang tidak tenang.

"Lihat ini" ujar Ran menyentuh jakun Doojoon yang naik turun saat berbicara. Entah kenapa jakun itu selalu menjadi spot yang tidak bisa Ran acuhkan.

"Begini" Doojoon menelan ludahnya untuk memainkan irama jakunnya yang sangat seksi.

"Pft, lucu. Gemesin. Pengen gi..." Ran tidak ingin melanjutkan kalimatnya. Dia hampir kecoplosan mengatakan ingin menggigit jakun Doojoon.

"aku... tampan gak?" tanya Doojoon masuk ke ceruk leher Ran. Posisi mereka tidak berpindah sedikitpun, keduanya nyaman dengan posisi mereka.

"Mmm, ganteng" pikirnya.

"Kok masih mikir, berarti aku hanya sedikit tampan" Doojoon mengelus pipi Ran yang chubby sembari mendengarnya berucap.

"Mmm, gimana ya"

"Ck. Gak usah di jawab" tegur Doojoon menenggelamkan kepalanya di dada Ran

"Mas, kamu itu berat. Pindah gih" ujar Ran menggoyang goyangkan tubuh Doojoon di atasnya

Doojoon tersenyum jahil "gini aja kalau gitu" dia langsung memindahkan Ran di atas tubuhnya.

"Ihhh, masih banyak yang harus aku persiapkan mas" Ran menggeliat ingin turun tapi tangan kekar Doojoon melingkarinya.

Merasakan ada sesuatu yang keras dan panas di bawahnya, Ran merasa aneh "kalau kamu gerak terus, aku gak bisa tahan" ucap Doojoon berbisik di wajah Ran yang berada di atasnya.

Wajah Ran bersemu, dia sepertinya dijebak dan tidak punya pilihan selain menuruti perintah suaminya "Oke. Aku diem" Ran menutup matanya tidak ingin lagi bersuara. Jalan satu-satunya adalah tidur dengan cepat meskipun posisinya tidak nyaman merasakan tubuh Doojoon yang berbalok-balok.

Sepuluh menit tiada pergerakan, Ran langsung tertidur pulas dengan nyaman. Perduli dengan Doojoon hanya menepuk-nepuk punggung Ran yang berada di atasnya.

Perlahan memindahkan Ran ke lengannya, tangan dan kaki Ran mulai aktif memeluk tubuh Doojoon. "Mas Doojoon.." gumam Ran mengigau dalam lelapnya.

"Selamat tidur cantik" ucap Doojoon mengecup kening, pindah ke kedua matanya lalu turun ke bibir Ran.
Sedikit mengambil keuntungan mencium bibir kenyal itu lama, "ini hukuman mu jika menyebut nama Rangga" lirih Doojoon kecanduan mengecup bibir Ran.

selamat menunaikan ibadah puasa bagi yg menjalankan

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience