"Di mana dia?" Tanya Doojoon pada kedua pengawal yang menemani Ran
"Nyonya pergi..bugghhh!"
"Hari ini adalah hari terakhir kalian menunjukkan diri di hadapan ku" ucap Doojoon langsung pergi mencari keberadaan Ran.
"Za, di mana lokasinya?" Tanya Doojoon pada Reza yang mengendarai mobil menuju ke lokasi GPS yang di pasangkan di kalung Ran.
"Ada di sebuah gudang kosong, tidak lama lagi kita segera tiba di sana"
Wajah Doojoon sangat marah, rahang yang sangat tegang menahan emosi, dia juga sangat kecewa pada Ran. Kenapa istrinya sampai seberani ini mendatangi mereka.
"Ran, apa aku tidak berarti lagi di hidupmu?" Gumam Doojoon merasa sangat marah.
"Ran pasti baik-baik aja" ucap Reza mencoba menenangkan Doojoon
"Za, apa Ran cinta sama aku?"
Pertama kalinya Doojoon Sejujur ini mengenai perasaan nya. Seolah tidak berdaya dan putus harapan dengan perasaan nya.
"Ran tidak akan melakukan hal ini jika bukan karena rasa cintanya pada kamu kak" ucap Reza kali ini berbicara dengan sangat sopan pada kakak sepupu nya.
"Sesak Za, pikiran ku cuma tentang Ran" lirih Doojoon selalu saja di permainkan oleh perasaan marah, cemas kecewa karena Ran.
"Ini semua karena salah ku, aku terlambat menceritakan semuanya ke Dia" ucap Doojoon hanya bisa mendapatkan jawaban kosong dari Reza
"Kita sampai"
Brak
Doojoon langsung berlari mencari keberadaan Ran di dalam gudang itu.
"Gimana?"
"Mereka sudah meninggalkan tempat ini" lirih Doojoon dengan jemari yang mengepal erat
"GPS Ran menunjukkan lokasi di rumah pak" ucap Reza kembali mengecek lokasi Ran.
Doojoon langsung menelfon bi Iyem yang berada di rumah.
Brakkk!
Doojoon membanting handphone itu hingga hancur berkeping-keping
"Kita kembali ke kantor" perintah Doojoon langsung di ikuti oleh Reza dan beberapa pengawal yang menemani
Ini kali pertama Doojoon ingin menghancurkan apa saja yang berada di hadapannya. Pengendalian emosi yang sudah meluap-luap dan tidak pernah terluapkan
Seperti di permainan bukan, seolah Doojoon tidak lagi penting bagi Ran. Bahkan nomor telepon yang Ran gunakan tidak aktif lagi.
Ratusan panggilan dan pesan dari Reza juga Vina yang mencoba mencari tahu keberadaan Ran, tapi hasilnya nihil.
Kalung GPS yang Ran pakai sudah kembali di rumah tapi tidak dengan orangnya. Mobil yang Ran kendarai juga kembali ke rumah.
Jawaban yang bi Iyem berikan adalah Ran pergi dengan pengawalan ketat yang datang menjemputnya pergi.
Saat malam tiba...
Braakk
Bankk
"Kamu hebat Ran"
"Kalau seandainya lelaki yang memburu kamu ada di sana bagaimana!?"
Doojoon menghancurkan apa saja yang tertangkap dalam mata tajamnya.
Melampiaskan semua emosinya pada barang-barang yang terpasang di tempatnya.
"Hiks hiks...mass...hiks hiks" Ran menangis sesegukan. Dia sangat ketakutan melihat amarah yang sedang dia lampiaskan di sekelilingnya
"Kamu ngak tau perasaan aku gimana saat kamu pergi tanpa kabar!"
Para maid bahkan bi Iyem menyaksikan amarah Doojoon yang sudah meluap. Mereka tidak berani menahannya. Mereka memilih menghindari perseteruan diantara keduanya
"Hiks hiks, aku nggak tahu kamu bakalan marah" lirih Ran sangat ketakutan melihat amarah Doojoon yang tidak bisa terkendali lagi. Bahkan sejak di mobil mata tajam Doojoon seperti menarik habis keberanian Ran yang biasanya menolak keputusan Doojoon dengan sesukanya
"Kamu seenaknya pergi tanpa izin atau kasih kabar ke aku. Bisa tidak menghargai keputusan suami mu ini?" Suara bariton Doojoon terdengar jelas seisi ruangan. Ran hanya bisa menunduk kadang tersentak kaget ketika Doojoon berbicara dan melempar barang-barang di sekitarnya
"Pernah tidak sekali kamu menghargai keputusan aku!?" Tanya Doojoon sudah memojokkan Ran
"Kamu selalu saja menganggap semua pilihan yang aku berikan hanya sebagai masukan bukan keputusan buatmu! Jadi kamu bisa merubahnya!" Doojoon hanya tidak ingin kehilangan. Bukankah dia orang pertama yang menemukan Ran dalam kecelakaan mobil yang sangat parah itu.
Ran menggeleng menolak semua statement dari Doojoon.
"Karena memang rasa cintaku yang paling besar sampai kamu seenaknya sendiri dan memutuskan sendiri hidup kamu!"
"Bukan begitu mas... Hiks hiks hiks"
Bankk!
Seisi ruangan berserakan dengan barang yang Doojoon hancurkan.
"Aku cuma mau menyelesaikan semuanya baik-baik mas. Aku tidak ingin ada lagi kekerasan dalam masalah ini hiks hiks" ucap Ran terbata-bata dengan berani
"Apa mereka berfikir seperti itu ke kamu! Kamu tahu seperti apa mereka?"
Ran kembali terdiam. Hanya air mata yang mengalir di pipinya dengan deras.
"Tolong hargai keputusan aku kali ini Ran! Aku tidak ingin kamu pergi selama-lamanya dari hidupku!"
Ran pergi menghampiri mereka dengan sangat berani. Apalagi Doojoon sangat marah karena mendapatkan ancaman lagi dari seseorang yang belum dia temukan. Itulah sebabnya Doojoon mengira kalau istrinya di culik. Untung saja Ran berada di konferensi pers tapi hal yang paling tidak Doojoon sukai adalah dia dikelilingi oleh lelaki dan orang-orang yang memiliki tujuan tertentu yang bisa melukai Ran.
Apalagi begitu banyak informasi rahasia yang seharusnya Ran tidak perlu ikut campur dalam hal itu. Saat Ran menjelaskan di dalam mobil selama perjalanan, Doojoon tahu kesimpulan yang akan merugikan jika mengambil langkah yang salah.
Tep, srukk
Doojoon langsung menggendong Ran seperti karung beras membawanya ke kamar. Ran gemetar ketakutan pada amarah Doojoon yang baru pertama kali dia hadapi.
Srukk
Ran dilemparkan di atas kasur dengan kasar. Melihat kebrutalan Doojoon merobek seluruh pakaian yang Ran pakai
"Hiks hiks...mas... berhenti!" Ran mencoba menahan tangan Doojoon tapi tidak berhasil sama sekali
"Mas! Kamu ngapain hiks hiks!" Raut wajah Doojoon tidak bisa diekspresikan sama sekali.
"Berhenti mas!" Ucap Ran merasa kesakitan merasakan sobekan paksa pakaian dari tubuhnya.
"Mas Doojoon hiks hiks berhenti!" Ucap Ran seperti diperkosa paksa oleh suaminya sendiri
Doojoon hanya ingin memastikan tidak ada luka di tubuh Ran, tapi emosinya masih sangat membara sampai dia lupa kalau Ran merasa tertekan akan perlakuannya saat ini
Plakk!
Doojoon tersentak. Apa yang baru saja dia lakukan pada istrinya?
"Hiks hiks Kamu bejat! Kamu bukan mas Doojoon! Kamu menakutkan!" keluh Ran terbaring tidak berdaya di bawah Doojoon.
Ran menangis sejadi-jadinya. Seluruh tubuhnya gemetar takut, bahkan untuk sekedar menatap wajah Doojoon saja dia sudah tidak sanggup. Ran menutupi wajahnya dengan jemari nya karena tidak ingin menatap tatapan Doojoon yang masih kaku dengan posisinya
"Sial! Aku kehilangan akal sehatku!" Batin Doojoon menyesal
"Iya aku salah. Tapi aku takut kamu seperti ini mas! Kamu nyakitin aku hiks hiks"
Doojoon beranjak dari tempatnya. Mencoba menghampiri Ran dengan lembut tapi Ran menghindar
"Kamu janji tidak akan meninggalkan aku. Tapi kamu menyerahkan diri ke mereka Ran!" Ucap Doojoon dengan nada yang rendah. Doojoon kini mampu mengendalikan emosi nya karena tangisan Ran yang semakin menjadi-jadi
"Dan sekarang kamu menghindari aku" lirih Doojoon
"Apa kamu tahu bagaimana perasaan aku saat tahu kamu pergi sendiri Ran?" Doojoon mencoba untuk menjelaskan dengan baik meskipun wajahnya masih dengan emosi yang sama, yaitu kecewa
"Tapi aku bisa jaga diri mas, aku aman. Aku hanya ingin semua masalah ini selesai"
"Tapi aku tidak ingin kamu mengambil resiko sendiri! Aku tidak ingin kehilangan kamu Ran" wanita itu terdiam dan menyadari satu hal, kalau saat ini memang dia sangat bersalah dan telah mengecewakan Doojoon karena tidak percaya.
"Kamu tahu...kamu itu sangat..." ucap Doojoon tidak ingin melihat wanita yang secara tidak sadar telah menjadi luapan emosinya
"Jika aku tidak memikirkan hidupku untukmu. Aku akan membunuh mereka saat ini juga" ucap Doojoon melangkah pergi
"Jika bukan karena rasa sayangmu terhadap mereka. Mungkin sudah sejak lama mereka membusuk di penjara atau...di kuburan sana!" Perlahan Doojoon juga menahan air matanya
Ran beranjak dari tempatnya
Tep
"Maafin aku hiks hiks" ucap Ran menghampiri Doojoon dan memeluknya dari belakang.
"Maafin aku terlalu egois sampai melukai perasaan kamu mas hiks hiks" Ran kembali meneteskan air mata yang deras. Dia takut, menyesal dan merasa sangat jahat pada suaminya.
"Maaf mas"
Doojoon berbalik, melihat tubuh Ran yang terekspos karena pakaiannya yang tidak sempurna lagi, dia membawa Ran duduk di kasur dan menyelimuti nya dengan selimut.
Doojoon menyeka setiap bulir air yang keluar dari pelupuk mata Ran. Menatap Ran dengan wajah yang sudah bisa dia kontrol kembali.
Mata yang sangat sembab dan bengkak semakin mengalir karena perlakuan Doojoon dengan lembut sampai membuat Ran merasa paling jahat dan melukainya selama ini
Merapikan rambut Ran yang berantakan dengan sentuhan dan belaian tangan dengan lembut. "Maafin aku mas hiks hiks hiks. Kamu pasti masih meragukan perasaan aku ke kamu"
"Aku cinta sama kamu mas, aku sayang sama kamu hiks hiks hiks" Doojoon diam mendengarkan setiap kalimat di bibir pink yang sangat basah
"Jika kamu masih meragukan perasaan aku ke kamu. Aku akan terus bilang aku mencintaimu setiap detik, menit, hari dan selamanya. Aku akan buktikan ke kamu kalau aku cinta sama kamu mas hiks hiks"
Tatapan Doojoon menatap kilauan ranum indah yang sangat polos. Wajah cantik itu semakin lama membuat nya semakin gugup.
"Maafin aku sudah menyakiti kamu mas hiks hiks aku sayang sama kamu" lirih Ran dengan sesegukan yang tidak bisa berhenti
Cup
Doojoon mengecup kening itu dengan lembut. Menangkup wajahnya dengan sentuhan yang mampu menenangkan.
"Masih mau lihat aku marah?" Tanya Doojoon pada wanita manja nya.
Ran menggeleng cepat, ternyata seseorang yang sabar itu jikalau marah sangat menakutkan.
"Masih mau ingkar janji?"
Ran kembali menggeleng cepat
"Udah, nangisnya sampai di sini aja. Nggak capek nangis sampai dua jam?" Ucap Doojoon dengan nada yang sangat lemah lembut
"Huaaaaaa, gak bisa berhenti nangisnya mas" Ran masuk ke dalam dekapan Doojoon di dada bidangnya.
"Mata nya udah bengkak sayang, nanti besok gak bisa lihat loh saking bengkaknya" ucap Doojoon mengelus kepala Ran yang berada dalam rangkulannya
"Hiks hiks...kamu belum maafin aku"
Doojoon tersenyum "sudah di maafkan" jawab Doojoon kembali mengecup pipi Ran dan menghisapnya sampai pipi itu terangkat.
"Asin" ucap Doojoon terkekeh setelah merasakan pipi itu
"Mas"
"Hm?"
"Tisu, ingus udah mau keluar" ucap Ran merasa hidungnya di penuhi oleh sesuatu yang mengganjal
"Nih" Doojoon mengangkat baju depannya di jadikan tempat Ran mengeluarkan ingusnya
"Gak apa-apa nih? Kamu kan gak suka sama yang jorok sama kotor" Ran meragukan karena tahu Doojoon OCD
"Enggak apa-apa. Kan mau di lepas juga" ucap Doojoon tersenyum miring
"Maksudnya?" Ran kebingungan
"Malam ini gak boleh tidur. Kamu ngerti kan sayang?" Ucap Doojoon usil lagi
"Tapi.."
"Katanya sayang sama aku. Malam ini aku harus lihat dong ketulusan cinta kamu ke aku. Udah seminggu kita molor waktu romantis" ucap Doojoon bawa-bawa alasan minta jatah karena beberapa hari belum mendapatkannya.
Srukk
Doojoon menjatuhkan sang istri untuk yang kedua kalinya tapi sensasi yang berbeda, sensasi yang sangat lembut dan nyaman.
Kedua mata yang bertemu seolah tahu apa yang diinginkan. Hasrat sensual yang sudah seminggu terhankan oleh sebuah masalah yang terjadi.
Tangan yang saat ini sedang menyentuh pipi rona merah terbuai hanya dengan sebuah sentuhan yang mulai menaikkan rasa sensual di dirinya.
Cup
Sebuah kecupan berubah menjadi lumatan panas diantara keduanya. Rasa yang Doojoon rindukan bahkan inginkan setiap kali bersama Ran.
"Emh" sebuah erangan merasakan jemari kekar itu meramas gundukan sintal yang sudah mengeras kenyal sangat panas
"Aku ingin lebih" lirih Ran mengeratkan genggaman nya meremas punggung juga rambut mengeluarkan rasa enak yang Doojoon berikan padanya.
Doojoon tersenyum geram, sebuah ciuman yang berubah brutal menjelajah dalam ruang basah yang saling bertaut.
Jemari itu perlahan masuk meraba daerah sensitif Ran. "Ahhh" suara desahan semakin jelas di telinga Doojoon. Jemari itu berjalan memasuki titik sudut yang sudah basah.
Dengan gerakan lembut semakin menaikkan tubuh Ran yang sudah sangat ingin dimasuki.
"Mas Doojoon..." Lirihnya penuh desahan.
Doojoon melepaskan seluruh benda yang menempeli tubuhnya. Benda yang menegang keras itu sudah sangat ingin mendapatkan kenikmatan yang menanti
Tatapan Ran menatap pada satu titik benda yang sangat dia inginkan.
"Matikan lampunya" ucap Ran melihat dirinya terakses begitu jelas di hadapan Doojoon
"Tidak untuk kali ini" ucap Doojoon mengait kedua tangan Ran dengan kuat dalam genggamannya.
Doojoon kembali mengecup dan bergerilya di kedua gundukan putih pink yang sudah timbul dengan indahnya. Tubuh putih mulus dan lembut itu membuat Doojoon ingin melahap semuanya dengan rakus.
"Bagaimana aku tidak bernafsu setiap kali melihatmu" lirih Doojoon masih berada di tempat favorit nya menggigit sampai berbekas di mana-mana
Panas, keduanya semakin gila dalam fantasi yang sama
"Ah" Ran terkejut ketika sebuah benda masuk dengan benturan keras tanpa persiapan
Keduanya mengerang saling mentransfer kasih sayang yang tidak bisa berhenti bergerak. Keduanya hilang kendali merasakan kenikmatan hingga klimaks yang berulang.
"Aku mencintaimu Ran"
"Aku juga mencintaimu mas"
udah mau episode akhir nihh
Share this novel