Ran terbangun kaget ketika dia sudah berada di kursi pesawat kelas bisnis bersama dengan Doojoon menuju ke suatu tempat yang sama sekali tidak diketahuinya.
"Kenapa aku di pesawat mas?" Tanya Ran kebingungan. Pasalnya dia mengingat sedang berada di kamar tertidur pulas dalam selimut, dan sekarang dia sudah berada di pesawat.
"Aku sengaja gak bangunin kamu, terus aku bawa ke sini" jawab Doojoon tidak melepas genggaman tangannya pada Ran.
"Kita mau ke mana?" Tanya Ran melihat penampilannya yang sudah terlihat sangat fashionable.
"Ke Korea sama mama papa" jawabnya.
"Ke rumah keluarga besar kamu?" Tanya Ran syok
Doojoon terkekeh melihat reaksi istrinya. "Iya, mereka udah nungguin kamu di sana" jawab Doojoon yang sangat bersemangat
"Kayaknya aku tidur mati deh mas, kamu yang pakein aku baju ini?" Tebaknya benar
"Siapa lagi kalau bukan aku. Sekarang lanjut lagi bobo nya" ucap Doojoon kembali menaruh selimut di tubuh Ran.
Wanita itu kembali melanjutkan tidurnya. Entah karena kelelahan atau memang hobinya yang suka tidur
Flashback off saat kejadian
"Apa yang ingin kamu lakukan!?" Tanya Mely berada di kamar tamu kediaman Ran.
"Mengenai hukuman yang diberikan suamiku, itu bukan kehendak ku" ucap Ran serius kali ini
"Maksud kamu?"
"Ya, kamu tetap masuk ke penjara"
"Apa ini! Kamu sudah berjanji pada anakku! Kamu harusnya menepati janjimu!"
"Aku menepatinya. Janji itu antara anakmu dan diriku, bukan dengan suamiku. Tapi aku bisa membatalkan gugatan itu, asalkan kamu harus memberitahu siapa yang menceritakan kisahku pada kamu" ucap Ran dengan ancaman
"Berarti semua itu benar?" Terka Mely dengan tatapan benci
"Aku tidak perduli mau seperti apa kamu memandangku. Aku hanya perlu nama orang yang telah memberitahu masa laluku" jawab Ran santai
Tok tok tok
"Ran? Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Doojoon yang menanti di depan pintu.
Dia khawatir kalau nanti Mely akan melukai istrinya yang masih lemah itu
"Aku akan memberitahu siapa orangnya, tapi kamu harus meninggalkan suamimu! Kamu bukanlah wanita baik-baik!" Ucap Mely tawar menawar dengan tawaran Ran
"Apa kamu menyukai suamiku?"
"Ka...kamu!"
"Benarkan."
"Aku yang lebih dulu mengenalnya! Kamu! Kamu yang memilikinya! Aku bisa menerima dia dengan wanita lain tapi bukan wanita jalang sepertimu! Ran Tania! Kamu munafik!" Bahkan sampai saat ini pun Mely masih sangat marah dan membenci wanita yang baru di kenalnya.
Ran tahu kalau wanita yang menatapnya penuh benci sudah salah sangka dan terlalu percaya omongan orang lain, tapi dia memilih untuk tidak menceritakan yang sebenarnya, dia tidak ingin banyak orang yang mengetahui masa lalunya.
Cukup telinga mendengar dan tidak perduli akan persepsi orang terhadap dirinya. Saat ini dia tidak membutuhkan kepedulian orang, cukup orang-orang yang didekatnya yang perduli dengan dirinya. Sudah cukup dengan orang baru yang hadir dan menghancurkannya sampai tidak berdaya.
"Baiklah! Kalau kamu ingin membusuk di penjara" ucap Ran sudah tidak ada urusan lagi dengan wanita di depannya.
Tep. Tangan Ran di tarik kasar oleh Mely, dia tidak ingin Ran pergi begitu saja, apalagi dia akan masuk penjara kalau sampai Ran memberi dukungan penuh pada suaminya
"Mau ke mana kamu!?"
"Saya mau keluar. Tidak ada lagi yang perlu di bahas di tempat ini!"
"Bukankah kamu penasaran siapa yang menceritakan kisahmu padaku?"
"Aku tidak ingin merelakan lelaki yang sangat aku cintai demi seorang nama yang tidak penting bagiku!" Jawab Ran malah membuat Mely semakin marah.
"Kamu terlalu sombong Ran!"
Ran hanya terdiam menunggu pergelangan tangannya dilepaskan "dia seorang lelaki. Aku tidak tahu nama dan rupanya seperti apa, aku hanya menerima video dan gambar akan dirimu. Aku juga sering menerima surat yang menceritakan tentang kisah mu dengan jelas Ran" jawab Mely menjelaskan.
"Kalau kamu tidak ingin masuk penjara, cukup kita berdua yang tahu akan masalah ini" pesan Ran tanpa ekspresi
"Bagaimana dengan Doojoon? Kenapa kamu menyembunyikannya?"
"Bukan urusanmu! Aku akan memohon pada suamiku mengenai gugatan ini. Jangan pernah beritahu siapapun!" Ucap Ran melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.
"Kepalanya masih sakit?" Tanya Doojoon pada istrinya
"Udah enakan" jawab Ran
"Masih mual?"
"Enggak"
"Tadi kamu ngomong apa sama perempuan itu? Kenapa lama sekali?"
"Emmm, mas"
"Apa?"
"Kamu beneran gugat dia ke kantor polisi?" Tanya Ran menatap Doojoon yang bersandar di kasur
"Aku tidak bermain-main dengan kata-kata ku" jawab Doojoon serius
Ran menyentuh lembut wajah kokoh nan tegas lelaki tampan yang menjadi sandaran nya. Ran dengan mimik wajah berharap mengenai isi hatinya. Doojoon yang menatapnya langsung tahu maksud Ran.
"Enggak! Aku gak bisa!"
"Mas..."
"Dia udah nyakitin kamu! Aku gak mau!"
"Mas...itu cuma salah paham aja. Dia gak tahu apa-apa mas" ucap Ran memohon untuk melepaskan gugatan Doojoon.
Ia beranjak dari kasurnya, bahkan melepaskan rangkulannya pada Ran. Doojoon sangat kesal bahkan perasaan marahnya masih membara di dalam hatinya.
"Jangan terlalu baik Ran! Kamu terlalu sabar menghadapi mereka!" Doojoon tidak habis pikir bagaimana Ran memperlakukan musuhnya. Dia selalu saja memaafkan orang yang selalu mengancam nyawanya.
"Mas...aku mohon"
"Kamu selalu memohon Ran dan anehnya aku selalu menurutinya" jawab Doojoon dengan raut wajah yang sangat marah tapi tidak dia luapkan ke istrinya
"Bagaimana kalau kamu sampai tidak terselamatkan Ran! Bagaimana kalau kamu..."
"Aku masih di sini, aku masih hidup mas" ucap Ran meyakinkan
"Ran! Kamu hampir saja mati! Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dariku?" Ucap Doojoon dengan suara yang meninggi. Untung saja hari sudah malam dan orang rumah sudah istirahat
"Mas, mereka bukan pelakunya. Mereka hanya diperalat oleh seseorang"
"Seseorang? Kamu tahu?" Tanya Doojoon terkejut saat Ran tahu kalau semua ini sudah direncanakan. Doojoon mencoba menyelidiki semua kejadian yang menimpa Ran tanpa sepengetahuannya. Tapi Ran sudah tahu kalau ada orang yang mencoba melukainya.
Ran beranjak dari kasur mengambil handphonenya yang berada di atas lemari. Ran menyerahkan handphone itu ke Doojoon.
"Setiap hari aku mendapatkan pesan dari seseorang yang tidak ku kenal" ucap Ran membuat Doojoon memeriksa ratusan pesan dari nomor baru setiap harinya.
Pesan-pesan yang merupakan sebuah ancaman yang ditujukan untuk Ran dan orang-orang di sekitarnya. Bahkan Ran selalu di teror oleh seseorang yang sangat mirip dengan Rangga tapi dia tetap diam dan mencoba menyelidikinya seorang diri. Tapi selalu saja mata-mata Doojoon tidak memberikan cela untuk Ran di setiap kesempatan.
"Sejak kapan kamu menerima ancaman seperti ini?"
"Saat pernikahan Vina dan Reza" jawab Ran.
"Aku akan mengambil alih semua penyelidikan ini, kamu tidak boleh meninggalkan ku dan aku tidak akan membiarkanmu seorang diri" ucap Doojoon langsung mengambil handphone milik Ran.
"Bagaimana dengan gugatannya?"
"Asalkan kamu menuruti semua keinginanku, aku akan membatalkannya" jawab Doojoon.
"Aku akan menuruti semua keinginan mu mas" ucap Ran lantang
Doojoon langsung memeluk sang istri. "Jangan tinggalin aku, kamu harus selalu di sisi aku selamanya Ran" ucap Doojoon masih meluknya erat. Ran hanya bisa tersenyum meskipun saat ini dia tidak tahu akan seperti apa masa depannya.
Di sepertiga malam, Ran bersujud berlinang air mata menghadap sang pencipta. Perasaan cemas, takut dan lelah adalah ujian yang sangat berat baginya. Ran hanya bisa tabah menerima takdirnya.
"Ya Allah... Aku ikhlas dengan semua ujian yang engkau berikan kepadaku. Aku terima nasib hidupku dengan berserah kepada mu Ya Allah. Aku memohon perlindungan untuk suamiku dan orang-orang yang aku sayangi. Aku tidak tahu apa kesalahan ku pada mereka yang ingin melukai ku bahkan ingin menghilangkan nyawaku. Ya Allah jika kebencian mereka adalah kesalahan yang ku perbuat, maka aku akan menerimanya. Jika mereka menginginkan nyawaku sebagai imbalannya asalkan mereka memaafkan kesalahan ku, aku ikhlas ya Allah, aku ridho. Tapi jika itu murni bukan kesalahan ku, maka lindungi aku dan orang-orang yang aku sayangi. Berilah mereka jalan yang benar Ya Allah. Tempatku berharap hanyalah pada-Mu, tempat ku meminta hanya pada-Mu. Tolong kuatkan hatiku dan jangan pernah berpaling dariku Ya Allah. Aku membutuhkan-Mu di hidupku"
Share this novel