Episode 41

Romance Series 19934

Waktu menunjukkan pukul 07:00 pagi, semalam mereka membahas siapa yang mengantar gadis SMA yang sudah rapi dari tadi.

Menunggu Ran dan Doojoon yang tak kunjung keluar dari kamarnya membuat Muti semakin kesal. Sebelum berangkat dia harus berpamitan dulu pada kedua insan yang sedang menyebarkan benih-benih cinta setiap hari.

"Huuff" Muti melepas nafas panjang.

"Berangkat aja deh, pasti mereka lagi di surga sampai lupa dunia" cibir Muti langsung keluar dari rumah itu dengan wajah kesalnya

"Mari saya antar dik" ajak supir pribadi Doojoon yang sudah menunggu daritadi.

"Gak usah pak, saya bisa pergi naik taxi pak" jawab Muti tidak ingin membebani

"Nona adiknya tuan Doojoon kan?"

"Adik iparnya pak, saya adiknya kak Ran" jawab Muti malah harus menjelaskan dengan malas.

"Tuan sudah memerintahkan saya untuk mengantar nona ke sekolah hari ini" pesannya sambil tersenyum ramah.

Tidak ingin basa basi, Muti yang memang orangnya tidaklah seramah kakaknya, dia lebih suka diam tanpa banyak bicara apalagi pada orang asing.

Sepanjang perjalanan Muti hanya diam karena dia tidak pandai memulai percakapan dengan orang baru. Tentu saja dia merasa lain hati diantar oleh mobil sedan di hari pertamanya di sekolah baru tentu saja kesan pertama yang sangat mewah bagi mahasiswa yang melihat.

"Sampai di sini saja pak" pinta Muti tidak ingin diturunkan di halaman sekolah

"Loh, masih jauh lo nona. Sekarang sudah menunjukkan pukul 07:30, pasti nona sudah terlambat" ucap supir tidak tega

"Tidak apa pak, saya kan murid baru jadi ada sedikit pengecualian" tutur Muti sopan tapi dengan ekspresi datarnya.

Tak! Pintu mobil ditutup nya rapat.

"Terimakasih pak, tidak perlu jemput saya pulang, nanti saya yang jelaskan ke kakak saya" ucap Muti berjalan pergi tanpa menengok sedikit pun

"Sifatnya sangat bertolak belakang dengan nona Ran yang sangat ramah" gumam pak supir hanya bisa tersenyum.

Ya, Muti adalah gadis yang paling susah akrab dengan orang baru. Dia banyak omong hanya dengan orang terdekatnya. Mulutnya ceplas-ceplos jika di lingkungan yang membuatnya nyaman bersama dengan orang terkasih.

Setelah keluar dari ruangan guru menerima arahan dari wali kelas barunya, Muti langsung di arahkan ke kelas 12 yang kini sedang masuk jam pelajaran.

Sontak beberapa murid melihat kedatangan siswa baru di kelas akhir di sekolah menengah atas. Wajah Muti yang seperti biasanya di rumah kini musnah seketika saat di sekolah. Apalagi bawaan perasaan duka yang masih dia rasakan sungguh membuatnya hilang mood karena selalu mengingat sang ibunda.

"Saat ini kita kedatangan murid pindahan yang akan bergabung di kelas kita. Perkenalkan dirimu" ucap sang wali kelas

"Nama saya Mutiya Maharani." ucapnya memasang senyum paksa di bibirnya.

"Hai Mutiya!" Sapa mereka sangat riuh di kelasnya. Mereka sangat welcome pada siswi baru yang sedang berdiri di hadapan mereka.

Aneh, tapi sepertinya Muti bisa beradaptasi di lingkungan barunya. Semoga gadis cantik itu bisa dekat dengan semua teman barunya yang ramah dan sangat peduli.

"Mas" lirihnya memanggil

Doojoon meregangkan otot-otot tubuhnya yang sedang tengkurap di atas kasur. "Kenapa?" Tanyanya menengok ke arah Ran yang tertutup selimut dengan rapat

"Laper" keluhnya manja.

Doojoon meraba handphonenya yang berada di nakas samping kasur. Waktu menunjukkan pukul 10:00

"Mau makan apa? Biar aku siapin" ucap Doojoon membelai lembut pipi Ran yang sangat dekat dengan wajahnya

"Terserah" jawab Ran

"Kalau gitu kita turun ke bawah" ajak Doojoon beranjak dari kasur menuju ke walk in closet mengambil pakaiannya. Memakai kaos putih lengan pendek dengan celana hitam panjang. Ran memperhatikan suaminya merapikan kaosnya yang isi dalam. Doojoon memang orangnya fashionable sekalipun di rumah gayanya tetap keren seperti anak muda di luar sana.

"Tampan" kata itu keluar di bibir Ran yang masih memerhatikan dari kasur. Kali ini Doojoon berpindah rutinitasnya ke gaya rambut yang sedikit panjang tapi tidak gondrong. Memang style rambut Doojoon sama dengan gaya rambut Cha Eun Woo meskipun Doojoon sebenarnya baru kenal lelaki itu beberapa bulan yang lalu. Tapi sebenarnya style rambut Doojoon itu sudah seperti itu sebelum tahu gayanya mirip fans Ran. Style rambut itu dari penata rambut keluarga besar Doojoon yang berada di Korea. Tentu saja penata rambut itu adalah orang yang sangat terkenal meskipun Doojoon tidak pernah perduli dengan latar belakang seseorang.

"Aku pilihin ya bajunya sayang" pinta Doojoon memilih pakaian Ran hari ini.

Ran mengangguk menunggu dalam selimut nya. Doojoon mengambil celana kulot hitam dan baju blus kaos rajut putih tak lupa pula jilbab pasang sederhana untuk di rumah

Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di taman halaman belakang setelah sarapan nasi goreng yang dibuatkan oleh mbok Arsih untuk mereka. Mereka berada di gazebo kayu yang berada di taman mereka bersampingan dengan kolam ikan koi berwarna warni milik Ran.

Ran duduk menemani Doojoon yang sibuk memeriksa beberapa file dengan tab miliknya. Ran juga sedang mengelola hasil ujian semester awal para mahasiswa untuk di setor ke prodi setiap jurusan.

"Silahkan di coba dessert nya nona" ucap mbok Arsih memberikan sepiring kue dan minuman di meja mereka.

"Makasih mbok" ucapnya

"Sayang?" Panggil Doojoon memastikan

"Iya?"

"I love you"

"I love you too"

Doojoon tersenyum sumringah, rasanya seperti mimpi tapi semuanya nyata.

Doojoon sudah menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan Ran masih sibuk menjumlah nilai-nilai yang masih banyak. Bukan sulit namun sangat membosankan menumpuk pekerjaan seperti ini. Apalagi ini pertama kalinya Ran mengurusi hal yang seperti ini.

Jidat Ran yang mengerut pertanda kalau dia sudah bosan mengurusinya. Doojoon tersenyum gemas melihat istrinya yang kesal tapi salah satu tangannya mencomot kue tanpa meliriknya. Akhirnya beberapa krim menempel di sela bibir Ran yang sudah berhamburan.

"Mau aku bantuin?" Tawar Doojoon memangku wajah sambil menatap Ran dengan tatapan memikat

"Enggak perlu sayang, dikit lagi selesai" jawab Ran sangat fokus dengan laptopnya

Doojoon sudah pasti mengabadikan momen lucu ini dengan handphonenya yang asik mengambil gambar istrinya.

Doojoon merapat di samping Ran, melihat hasil pekerjaan istrinya dengan niat ingin mengoreksi tapi sepertinya Ran bisa melakukannya. Doojoon sangat tahu kemampuan istrinya yang memang punya kualitas premium high class. Julukan wanita cantik dan cerdas yang di kampus memang tidak bisa di hilangkan dalam diri Ran

"Sayang" lirih Doojoon memanggil Ran untuk menatapnya

Ran sedikit mendongak menatap ke arah Doojoon di sampingnya. Ran mengangkat dua alisnya bertanya

Doojoon menepuk-nepuk sudut bibirnya memberikan tanda kalau ada sedikit crim di bibirnya. Ran yang kurang fokus itu langsung mengangguk mengerti maksud Doojoon

Cup

Ran mengecup sudut bibir Doojoon yang dia sentuh tadi. Doojoon terkekeh, sungguh menggemaskan Ran yang kebingungan lagi melihat Doojoon tertawa

"Kenapa?" Tanya Ran kebingungan

"Ada krim di bibir kamu sayang" kata Doojoon ingin menyekanya tapi Ran menghindar

"Biar aku aja" jawab Ran mengelap sudut bibirnya di sisi kiri tapi sebenarnya krim itu menempel di sisi kanan. Doojoon semakin terkekeh "pft. Pabo" ledek Doojoon dengan suara hangatnya.

Ran yang tahu arti dari kata pabo yang berarti bodoh itu langsung menatap Doojoon tajam. Ran langsung pindah di samping Doojoon dengan kesal. Dia bersandar di tiang gazebo meluruskan kakinya dan masih setia dengan laptop yang berada di pangkuannya.

"Doojoon pabo!" Kesal Ran membalas Doojoon

Doojoon menghampiri dengan tatapan mata yang membuat Ran menelan ludah berat melihat ketampanan Doojoon semakin hari semakin super tampan dan keren. Hampir setiap detik Ran olahraga jantung setiap kali Doojoon menatapnya penuh gairah seperti saat ini.

"Mau apa?" Tanya Ran gelagapan.

Sruk! "Ugh!"

Kaki Ran ditarik Doojoon hingga dia terbaring lurus di gazebo kayu yang berukuran besar mampu menampung keduanya yang berbaring. Tatapan itu membuat Ran memalingkan wajahnya tidak ingin menatap Doojoon

"Sayang" lirih Doojoon berbisik di telinga Doojoon.

Tangan Doojoon yang besar itu dijadikan bantal untuk kepala Ran yang sudah terlentang di bawah Doojoon.

"Mas Doojoon. Ini tuh di luar" peringat Ran, nada suara semakin rendah dan dalam.

"I don't care. You're mine honey" bisik Doojoon di telinga Ran yang masih memalingkan wajahnya ke samping.

Belaian lembut menjulur di sekujur tubuh Ran ulah tangan Doojoon yang tidak bisa berhenti menyentuhnya. Nafas Ran semakin memburu dan tidak beraturan.

"Look at me girl" ucap Doojoon ketika tangannya berhenti tepat menyentuh wajah Ran dengan lembut.

Ran perlahan menatap Doojoon yang sudah menunggu daritadi "let me do it" ucap Doojoon menatap bibir yang masih ditempeli oleh krim dan serbuk cookies di sekeliling bibirnya.

Ran mengedipkan matanya masih bingung, apalagi Doojoon selalu saja membuat otaknya kacau balau.

Ran terbelalak ketika lidah Doojoon menjalar menyapu bersih setiap inci bibir Ran. "Yummy" ucapnya tersenyum.

"Ihh, jorok!"

"Ouch!" Ringis Doojoon dapat cubitan pinggang yang sangat ngilu.

"Mas Doojoon"

"Panggil aku sayang"

"Enggak!"

"Atau aku gak akan pindah nindih kamu" ancam Doojoon tersenyum jahil.

"Sayang, pindah ya" ucap Ran memohon.

"Cium dulu bentar"

"Ish dasar! Emh" bibir itu di lahap lagi oleh Doojoon.

Tiba saat waktu pulang sekolah, Muti yang sudah memberitahu kalau akan pulang naik angkot karena tidak suka menganggu suasana keromantisan kakak nya yang selalu mereka tunjukkan di rumah secara terang-terangan.

Kini dia sedang menunggu di depan halte menunggu taxi atau bus yang bisa mengantarnya pulang dengan selamat.

Brum brumm

Suara gas motor besar berhenti di depannya. Seorang lelaki beragam sama dengannya. "Lo adiknya Ran kan?" Ucap cowok itu membuat tatapan Muti tajam.

"Siapa?" Singkatnya

"Kamu! Adiknya Ran Tania kan? Dosen UI?" Ucap lelaki itu lagi memastikan

"Mulut lo nomor berapa? Kayak gak punya tatakrama sama yang lebih tua!" Ucap Muti menegur

"Naik, gue yang anterin pulang" ucapnya dengan santai dengan penampilan baju seragam putihnya sudah di luar dan kusut. Muti melirik dari atas sampai bawah siswa yang sok akrab dengannya ini.

"Emang kita kenal?" Tanyanya kebingungan

"Lo kenal temannya Ran yang bibirnya kayak ember itu? Gue adiknya" jelas siswa itu lagi

"Kak Vina?"

"Yaps, gue adiknya, Doni" jawabnya percaya diri.

"Terus hubungan nya sama gue apa?" Tanya Muti merasa risih tanpa senyum sedikit pun sejak tadi.

"Hufff! Adek sama kakak beda banget!" Keluh Doni membandingkan keduanya.

"Itu, Ran minta-" belum sempat Doni melanjutkan kalimatnya, Muti semakin memelototinya dengan tajam.

"Oke oke, kak Ran bilang dia suruh jagain lo kalau dia lagi sibuk. Gak usah takut, gue anak baik-baik kok" ucap Doni dengan santainya

"Lo suka kan sama kakak gue?" Terka Muti membuat Doni salah tingkah. "Cari mati ni anak kalau kak Doojoon tahu" batin Muti tersenyum singkat

"Dari mana lo tahu?" Tanya Doni gelagapan

"Itu mata lo gak bisa boong" jawab Muti sangat ahli dalam kisah romansa seperti ini karena sering nonton Drakor.

"Jelas banget ya?" Ucap Doni tersenyum cerah.

"Kakak gue udah punya suami, lo mati di tangan gue kalau sampai ngerusak hubungan mereka!" Ancam Muti membuat Doni menelan ludah berat melihat reaksi wajah yang sangat menakutkan baginya.

"Gak lah. Gak tahu kalau di masa depan gue jodoh sama kakak lo" jawab Doni bercanda

"Awas aja kalau lo berani!" Ucap Muti menatap dan memelototi Doni diikuti oleh jari yang menunjuk ke arahnya.

Doni terkekeh "iya, enggak" ucapnya mengacak-ngacak rambut Muti merasa gemas. Baru kali ini ada cewek yang berani ngancam berandal master di sekolah dia, perempuan lagi.

"Ih! Apaan sih gak jelas!" Ucap Muti memperbaiki rambutnya yang tidak teratur.

"Yaudah, kita pulang sekarang?" Ajak Doni memberikan helm pada gadis keras kepala yang berwatak ketus dan mahal banget senyumannya.

Gadis itu mengangguk menuruti dan langsung naik meninggalkan halte menuju ke rumah. Aneh tapi membuat Muti dengan mudahnya menerima orang baru di dalam dunianya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience