Beberapa hari setelah kejadian...
Saat ini Ran berada di sebuah cafe menunggu seseorang yang dia ajak untuk membahas sesuatu.
"Ran!" Teriak seorang wanita cantik dengan kaki jenjangnya yang sangat sexi. Ya, dia adalah Vina dan Reza yang baru saja tiba bersamaan.
"Perasaan gue cuma manggil lo Za" pikir Ran melihat Vina yang kegirangan.
"Kan aku bagian dari Reza juga sekarang. Kan sayang?" Ucap Vina diterima anggukan oleh Reza. Lelaki itu patuh setiap kalimat yang istrinya ucapkan.
"Mas Doojoon gak tahu kan kalian kemari?" Tanyanya
Keduanya mengangguk saling bertatapan "tenang aja, gue bisa nyari alasan kok" jawab Reza meyakinkan.
"Sekarang kita mau bahas apa nih?" Tanya Vina penasaran.
"Gue mau tanya sama kalian berdua. Kalian kenal Alvin Almahendra kan?" Tanya Ran membuat keduanya saling bertemu mata.
"Dia manager umum di perusahaan Aditya company, sekarang mau mengambil alih perusahaan itu" jawab Vina tahu masalah ini.
"Menurut kalian dia orangnya gimana?" Tanya Ran harus menggali informasi sebanyak mungkin demi perasaan tidak enak yang mengganjal di hatinya.
"Dia orangnya profesional sama pekerjaan nya, bertanggungjawab dan dapat di percaya. Dia selalu bantuin gue pas dulu masih kerja di perusahaan" jawab Vina memang mengenal baik watak dari seseorang yang membuat Ran berfikir negatif tentangnya.
Reza menatap sinis istrinya yang baru saja memuji bahkan dia tidak tahu kalau Vina sangat tahu betul sifat lelaki yang bernama Alvin itu.
"Beberapa bulan ini memang perusahaan Aditya company mengalami penurunan saham dan pendapatan sejak mereka memutuskan hubungan kerja sama dengan kita" jawab Reza
"Tapi yang selama ini mempertahankan perusahaan itu adalah Alvin sendiri, sepupu Rangga" jelas Reza.
"Kenapa perusahaan Aditya company memutuskan hubungan kerjasama dengan kalian?"
"Setahu gue, om Aditya sendiri yang mutusin. Padahal niat perusahaan suami lo emang mau bantu perusahaan itu biar jaya lagi kayak dulu. Kayaknya salah satu alasan gue berhenti kerja karena perusahaan itu udah gak sedamai dulu lagi pas Rangga yang pimpin" jawab Vina
"Memangnya kenapa Ran?" Tanya Reza melihat raut wajah Ran yang sangat serius memikirkan sesuatu dalam lamunannya.
"Vin, kalau Haikal?"
"Haikal? Mmm...gue denger dia jadi wakil Presdir di perusahaan Aditya company" gumam Vina tidak pernah ketinggalan berita penting
"Kenapa bukan Alvin aja, dia kan keluarga om Aditya bukan Haikal" gumam Reza mencoba menyelidiki semua pertanyaan dari Ran.
"Intinya perusahaan Aditya company bakalan gulung tikar kalau pemimpinnya yang tidak berkualitas dan kompeten" kata Vina memberikan pendapat.
"Lo lagi nyembunyiin sesuatu dari kita kan Ran?" Terka Reza tahu Ran sedang mencari tahu sebuah kebenaran.
"Enggak kok, gue cuma penasaran aja" jawab Ran terlihat natural.
"Mending lo tanyain sama suami lo. Abang gue pasti lebih tahu Ran. Dan satu lagi, gue rasa ada sebuah masalah besar dalam perusahaan om Aditya" ucap Reza mencoba melindungi
"Terlebih lo Ran, jangan terlalu masuk mencari informasi mereka, lo udah bukan lagi bagian dari keluarga Aditya" peringat Reza pada sahabatnya.
Saran dari Reza memang benar, Ran sebaiknya tidak ikut campur dalam urusan mereka lagi. Tapi tugas Ran adalah menjaga amanah dari mantan suaminya untuk menjaga mereka.
"Ran, sebaiknya lo ceritain masalah lo sama pak suami, biar dia aja yang urusin masalah lo. It's okay kalau lo gak mau cerita ke kita tapi jangan sembuyiin dari Doojoon suami lo" pesan Vina tahu kalau sahabatnya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Ting
Seseorang yang masih mengenakan jas hitamnya masuk ke cafe itu dengan wajah tegasnya yang sedang mencari seseorang di dalam sana.
"Loh! Itukan mas Doojoon! Lo ngasih tau dia?" Tanya Ran kaget.
"Enggaklah! CCTV abang gue ada di mana-mana. Gampang buat dia nemuin kita" balas Reza melambai memberikan tanda kalau mereka sedang kumpul di sini.
"Kalau dilihat-lihat suami lo jangkung banget kayak psikopat ganteng di Drakor yang kita nonton itu Ran" lirih Vina terkekeh di situasi yang sangat kaku ini. Apalagi Doojoon langsung duduk di samping Ran tanpa menyapa atau mengeluarkan kata-kata pada dua insan yang sedang jadi korban karena Ran.
Semuanya terdiam tidak berani membuka topik pembicaraan. "Lagi bahas apa tadi?" Tanya Doojoon melirik Ran yang kaku tidak bersuara.
"Za, jelasin semuanya sampai ke akar" ucap Doojoon datar meminta penjelasan.
Ran menunduk diam mendengarkan Reza menjelaskan apa yang baru saja mereka bahas. Doojoon mendengarkan sambil menatap Ran yang tidak berani mengangkat kepalanya dengan percaya diri.
"Bener itu sayang?" Tanya Doojoon ingin mendengar jawaban dari istrinya yang tidak ada kabar seharian hingga membuatnya cemas bukan main.
Mungkin Ran bisa membohongi kedua sahabatnya itu tapi tidak suaminya. Wajah cemas dan gelisah sampai Ran kebingungan harus melakukan apa.
Ran mejelaskan semuanya, apa yang dia rasakan, dan permintaan dari mama Rachel mengenai saham yang Ran berikan untuknya.
Doojoon menarik Ran pergi ketika semuanya telah dijelaskan, namun Ran menolak dan tetap bertahan tidak ingin pindah.
Doojoon menghela nafas panjang lalu kembali ke tempat duduknya, sungguh drama yang melelahkan, batin Vina menyaksikan
"Aku yang membantu Alvin mengakusisi perusahaan Aditya company" ucap Doojoon membuat Ran kaget sampai tidak percaya.
Bahkan Reza sebagai sekertaris Doojoon saja baru tahu akan hal ini, Vina pun terbelalak kaget mendengarnya
"Tapi mas, itu perusahaan om Aditya" tolak Ran kecewa
"Ran, semuanya telah berubah. Termasuk om Aditya dan Tante Rachel. Perusahaan semakin merosot ke bawah kalau om Aditya yang memimpin perusahaan. Alvin lah yang selama ini berjuang untuk Aditya company" jelas Doojoon membuat Ran tidak percaya.
"Tapi, aku sudah berjanji pada Rangga akan menjaga mereka mas. Perusahaan itu hasil keringat dari Rangga selama ini. Aku tidak bisa diam dan menyaksikan kehancuran perusahaan itu mas" tolak Ran membuat ketiganya tidak bisa menjawab kenyataan itu.
"Aku juga sedang berusaha membantu perusahaan itu dengan Alvin sebagai Presdir yang bisa memulihkan kembali kondisi itu Ran. Om Aditya sudah tidak bisa di percaya lagi, mereka sudah berubah Ran" jalas Doojoon membuat Ran semakin kecewa dengan keputusan Doojoon.
"Aku gak percaya mas! Om dan Tante itu butuh kamu bukan Alvin!" Jelas Ran membuat ketiganya tidak bisa meredakan amarah dari Ran.
"Sayang, biar aku yang menjaga mereka dengan caraku sendiri" ucap Doojoon lembut sambil menggenggam tangan Ran mencoba untuk menenangkan nya.
"Ran, biar suami lo aja yang urusin semuanya. Gue rasa juga ini jalan yang terbaik buat om dan Tante" kata Vina mengerti maksud dari Doojoon
"Iya Ran. Kita ngikutin rencana kak Doojoon. Untuk saat ini kondisi om dan Tante belum bisa memimpin perusahaan. Gue rasa Alvin adalah orang yang baik dengan niat ingin membantu aja Ran. Percaya aja sama dia" kata Reza juga memilih jalan yang sama.
"Sepertinya memang gak ada yang sama dengan gue" singkat Ran pergi meninggalkan mereka tanpa basa-basi.
Dari awal memang tidak ada komunikasi diantara keduanya hingga mereka berada di pihak yang berbeda.
"Ran!" Panggil Doojoon mengejar Ran yang berjalan sangat cepat.
Brom Brom, bunyi knalpot motor yang sangat Doojoon kenal berbunyi sangat besar.
"Ck! Mati gue!" Umpat Doojoon melihat Ran yang mengendarai motor besar miliknya dengan kecepatan tinggi.
"Pak! Duduk di kursi penumpang!" Pesan Doojoon mengambil alih kemudi mobilnya mengejar wanita yang tidak dia sangka bisa mengendarai motor besar itu.
"Waduh! Gawat nih! Kita nyusul yang" ajak Vina tapi dicegat oleh Reza.
"Kita pulang! Aku khawatir sama anak aku kalau sampai kamu ikutan nekat kayak Ran" kata Reza langsung membawa masuk Vina ke mobil menuju ke rumah.
Doojoon yang mencoba untuk mengejar kecepatan motor yang ditunggangi Ran. Apalagi saat ini perasaan Ran sedang kacau, Doojoon takut kalau sampai istrinya itu terluka apalagi sampai...ugh! Memikirkannya saja membuat Doojoon semakin gila mengendarai mobilnya dengan sangat cepat.
"Ran! Berhenti" panggil Doojoon tapi Ran tidak ngeh
"Ran!" Panggil Doojoon tapi Ran semakin menaikkan kecepatan nya.
"Ck!"
"Berhenti atau aku yang lompat dari mobil ini!" Ancam Doojoon membuat Ran menepikan motor besar itu di jalan raya yang sangat ramai oleh kendaraan yang berlalu-lalang
Doojoon bergegas keluar dari mobil berlari ke arah Ran meskipun jaraknya dekat. Ran yang masih berada di atas motor itu terdiam melihat aura kepanikan di wajah Doojoon. Ran melepaskan tali ikatan helm dan
Tangk! Brakk!
Doojoon melepaskan helm itu dan melemparnya ke tanah sekeras mungkin. Helm itu dia jadikan pelampiasan amarah yang semakin tinggi. Ran tersentak kaget melihatnya.
Tanpa banyak bicara Doojoon langsung menggendong Ran paksa masuk ke dalam mobilnya "bawa motor saya" pesan Doojoon pada supirnya yang mengangguk patuh.
Doojoon memasangkan seatbelt milik Ran dan menuju ke kemudi mobilnya.
"Sajak kapan kamu bisa bawa motor? Siapa yang ajarin kamu?" Tanya Doojoon seperti orang tua yang memarahi anaknya.
Ran diam saja melihat pemandangan di luar mobil tanpa memperdulikan Doojoon yang sedari tadi bertanya
"Ran" panggil Doojoon
"Ohh, ngambek?"
"Om Aditya menyeludupkan dana perusahaan hampir 50%" ucap Doojoon membuat Ran langsung memalingkan wajahnya ke arah Doojoon
"Sampai saat ini uang itu belum ditemukan ke mana arahnya" jelas Doojoon semakin membuat Ran sedih merasa bersalah.
"Tentu saja kamu tahu akhir dari perusahaan yang akan bangkrut. Apalagi gaji para karyawan belum mereka terima selama dua bulan ini. Belum lagi pengeluaran lainnya"
Ran yang mendengar hal itu membuatnya sudah tidak bisa membendung kesedihannya. Air matanya mengalir karena benci pada dirinya sendiri tidak bisa menjaga amanah dari D
Rangga.
"Aku gak berguna mas! Aku gagal jagain mereka" lirihnya membuat Doojoon merasa sedih.
"Ada aku! Aku pasti berusaha yang terbaik untuk mereka Ran" kata Doojoon menyemangati
"Tapi aku bingung harus ngapain sekarang. Aku udah ngasih saham aku ke Tante" keluh Ran bimbang
"Masih ada jalan keluarnya Ran. Percaya sama aku" ucap Doojoon meyakinkan.
"Maafin aku udah buat kamu kecewa dan gak percaya sama kamu" ucap Ran meminta maaf
"Mulai sekarang kamu harus ngomongin apapun yang ngeganjal di hati kamu, apalagi masalah sebesar ini, aku gak mau kamu stres mikirin semuanya" jawab Doojoon menggenggam tangan mungilnya
"Iya, sekali lagi maaf!" Kata Ran tulus.
Cup
"Iya, aku juga minta maaf sama kamu sayang" balas Doojoon memeluk Ran saling mendukung satu sama lain.
Tiba saat di rumah pada saat malam hari, keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Ran membaca buku di atas kasur. Sedangkan Doojoon sibuk dengan urusan kantor di sofa kamar dengan secangkir kopi kesukaan nya.
Kacamata baca masih melekat tertahan oleh hidung mancung Ran. "Sayang"
"Hm?"
"Udah selesai bacanya?"
"Emang kenapa?"
"Aku beli sesuatu buat kamu" ucap Doojoon.
"Apa?"
"Itu di dalam laci samping kamu" Ran memeriksa nakas di sampingnya.
"Ini kan..." Tespeck berwarna pink itu adalah hadiah pemberian Doojoon.
"Coba dulu sayang, siapa tahu udah ada" ucap Doojoon masih setia dengan tab di atas sofa.
Ran beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi mencoba tespeck itu dengan urine yang sudah berada di gelas kecil. Ia melakukannya sesuai anjuran dari penggunaan tespeck itu sendiri. Tentu saja Ran gugup menunggu hasilnya.
Beberapa menit kemudian tespeck itu diangkatnya. Ran menghela nafas panjang. Dia segera menghampiri Doojoon di luar dan memberitahukan hasilnya.
"Gimana?" Tanya Doojoon meletakkan tab nya di atas meja dan fokus pada hasil dari istrinya.
Wajah lesu Ran menghampiri Doojoon lalu memeluk nya manja. "Gak ada" lirih Ran menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Doojoon.
Ran sedikit kecewa, sepertinya Doojoon memang mengharapkan buah hatinya sudah hidup di perut mulus itu, tapi masih belum ada perkembangan.
Doojoon tersenyum, responnya biasa saja. Tapi merasakan wanitanya yang murung itu pasti merasa kecewa akan hasilnya.
"Gak apa-apa sayang, belum rezeki kita punya momongan" ucap Doojoon menenangkan.
"Tapi kamu kan pengen, maaf ya" ucap Ran tidak bertenaga.
"Kamu gak salah kok. Aku yang belum berusaha sebaik mungkin. Masih banyak waktu sayang, kita usaha sebanyak-banyaknya ya" ucap Doojoon. Ternyata tespeck itu hanya membuat istrinya sedih sampai kepikiran seperti ini.
"Gak apa-apa nih?"
"Gak apa-apa sayang, kita bikin lagi tiap hari, malam, siang, sore. sampai jadi pokoknya" ucap Doojoon suka.
"Ishh! kamu ini! kalau bikinnya semangat number one!" Ledek Ran mendorong Doojoon menjauh darinya.
"Kalau gitu kita bikin sekarang yuk! Biar cepat jadinya" ajak Doojoon happy.
Share this novel