Episode 39 (20+)

Romance Series 19938

PERHATIAN! UNTUK UMUR 20+!!
HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!!

Semua makanan sudah disajikan di atas meja, waktu makan malam sudah tiba. Doojoon segera turun dari kamarnya menuju ke dapur karena perintah dari Ran.

"Loh, Muti mana mas?" Tanya Ran berfikir Doojoon sudah mengajaknya

Doojoon kebingungan "kirain kamu yang panggil sayang. Mau aku panggilkan?" Tawar Doojoon ingin kembali

"Gak usah, biar aku aja yang ke sana" jawab Ran pergi ke kamar Muti

Toktok

"Dik, makan yuk. Kakak udah masakin makanan kesukaan kamu" ucap Ran di depan pintu

Tidak ada respon sama sekali, bahkan tidak ada suara di dalam kamar itu.

Ceklek

"Mutiya? Makan yuk" ucap Ran masuk ke dalam kamar.

Ran melihat adiknya sedang berbungkus selimut di atas kasur "dek..."

Muti sedang menangis sembari memeluk foto ibunya. "Aku kangen mama" lirihnya lemah. Dalam benak Ran, seharian adiknya ini sedang istirahat atau mungkin tertidur karena kelelahan mengemasi barangnya. Tapi mata sembab itu pertanda kalau sudah berjam-jam dia menangis mengingat ibunda.

"Bersedih boleh, tapi jangan berlarut-larut. Ingat, mama sudah bahagia bersama papa di sana. Kita juga harus bahagia karena pasti mereka akan mendoakan kita di sini. Makan dulu yuk, kakak udah masakin makanan favorit kamu" tutur Ran lembut

"Kak, kita sekarang udah yatim piatu" lirihnya membuat Ran sedih mendengarnya

"Gak kok, masih ada mama Rachel papa Aditya dan mama papa mas Doojoon yang selalu jadi wali kita sayang" jawab Ran.

"Tapi"

"Udah dek. Sekarang makan dulu ya, katanya kamu lapar tadi" bantah Ran tidak ingin mengungkit kenangan mereka, yang ada malah membuatnya makin sedih.

Muti setuju lalu ke bawah menghampiri Doojoon yang sudah menunggu lama bersama dengan mbok Arsih

Melihat muka sembab Muti tentu Doojoon mengerti, apalagi Ran mengangguk memberikan kode untuk tidak bertanya sesuatu.

"Ayok makan dik, kakakmu udah masakin ayam goreng sama sambal pecel juga sayur lalapan kesukaan kamu" kata Doojoon menyemangati.

"Kakak ambilin ya" ucap Ran mengambilkan nasi di piring muti dan seekor goreng yang besar dikelilingi oleh sambal, tahu, sayur-sayuran yang sudah di kukus yang akan dicocol dengan sambal nantinya.

"Makan yang banyak, habisin ayamnya" pesan Ran juga mengambilkan Doojoon lauk di tempat yang berbeda.

"Makasih sayang" ucap Doojoon tulus.

"Sama-sama"

Mereka bertiga menikmati makanannya dengan hikmad, Muti yang benar-benar kelaparan itu menghabiskan seekor ayam tanpa sisa bersama dengan sayur lainnya

Ran tersenyum senang melihat masakannya dilahap habis oleh sang adik "enak gak?" Tanya Ran menguji Muti

"Enak, kayak masakan mama" jawabnya kembali membuat Ran tersentuh.

Melihat kedua kakak-beradik itu terdiam tanpa melanjutkan pembahasan, Doojoon yang kini mencoba mencairkan suasana

"Besok mau di antar saya atau kakak kamu ke sekolah?" Tanya Doojoon pada Muti.

"Biar Muti sendiri aja kak, udah tahu kok alamat sekolahnya" jawab Muti masih malu-malu pada Doojoon tapi lebih tepatnya masih canggung karena ada sang pawang di sampingnya

"Kakak aja yang anterin ya" ucap Ran menawarkan diri.

"Terserah kakak deh" jawab Muti hanya pasrah.

"Mmm..kak" lirih Muti membuat Doojoon dan Ran menghentikan makannya

"Kenapa?" Tanya Ran

"Temenin Muti bobo malam ini ya, rasanya masih asing bobo di kamar sendiri" lirihnya merasa tidak enak pada Doojoon.

"Boleh dong, habis makan kita ke kamar. Cepat habiskan makanan kamu" pesannya tersenyum ke arah Doojoon yang memberikan kode menyenggol kaki Ran di bawah meja.

"Kak Doojoon gak marah kan?" Tanya Muti polos

"Hah? Oh, kakak gak marah kok. kamu bebas ajak Ran tidur bareng kalau kamu mau ditemani" jawab Doojoon meyakinkan kalau dia biasa-biasa saja.

Ran tahu tatapan mata Doojoon yang meminta penjelasan permintaannya tadi. Saat mereka selesai beres-beres kini menuju ke kamar masing-masing.

Ran yang baru saja dari kamar Muti datang ke kamarnya untuk mengambil bantal dan selimutnya di dalam walk in closet. Doojoon yang masih berada di meja kerjanya sedang membaca buku demi menghilangkan fokusnya dari pikiran Ran.

Tok tok

Ran masuk ke kamarnya seperti tidak ada beban, dengan senyum polosnya menyapa Doojoon yang memasang tatapan datarnya. Dia hanya melirik Ran melewatinya menuju ke lemari pakaian.

Ran mengambil selimut dan beberapa pakaian tidur yang akan dia pakai nanti. "Mas Doojoon" panggil Ran sembari memilih pakaiannya

"Hum?"

"Kamu suka warna apa?" Tanya Ran mengajak ngobrol demi mengembalikan mood datar Doojoon yang sedang merajuk tapi dalam hati.

"Warna hitam!"

"Gak ada warna lain?" Tanya Ran

"Ada"

"Apa?"

"Warna kulit kamu" jawab Doojoon masih membaca bukunya

"Pft. Oke" Ran terkekeh pelan. Dia melipat selimut itu agar mudah di bawa bersama dengan bantalnya

Ran langsung pergi tanpa berpamitan dengan Doojoon. Ya Doojoon tidak bisa berkutik sama sekali di buatnya.

"Langsung pergi?" Beo Doojoon melihat pintu sudah tertutup rapat

"Kenapa mahal sekali istriku ini! Gak pernah peka sama sekali!" Doojoon menyugar rambutnya kasar seolah ada yang gatal di kepalanya.

"Gak bisa tidur lagi malam ini" keluh Doojoon membuang nafas panjang

Sementara Ran sedang menaruh bantalnya di kasur Muti. Gadis manis itu memerhatikan kakaknya sibuk membuka selimut yang terdapat sesuatu di dalamnya.

"Apa itu kak?" Tanya Muti penasaran

"Baju tidur" jawab Ran menuju ke kamar mandi mengganti pakaiannya.

Muti keheranan melihat tingkah kakaknya yang senyum-senyum sendiri dan terburu-buru melakukan sesuatu.

Klek

Ran menutupi baju tidurnya dengan jubah mandi yang menutupi dirinya dengan rapat. "Gak gerah pakai baju berlapis kayak gitu" tanya Muti yang tidak mengerti apa yang ada di dalam jubah mandi itu

"Gak kok, sekarang kamu tidur. Kalau udah nyenyak kakak tinggal gak apa-apa kan?" Tanya Ran dengan semangat

"Gak apa-apa, aku cuma mau ngobrol sesuatu sama kakak" jawab Muti serius dengan ucapannya

"Ngomong apa?"

"Beberapa hari yang lalu, pas Muti lagi beresin barang-barang kakak, Muti nemu barang aneh di kamar kakak" ucapnya serius

"Barang aneh apaan?" Tanya Ran penasaran

"Muti nemu flashdisk dalam amplop sama surat yang bertuliskan saya akan sebar video ini" jelas Muti sangat serius

"Video?" Pikir Ran bingung

"Pas Muti coba buka flashdisk nya di laptop, pakai sandi gitu jadi gak bisa kebuka" jawab Muti

"Video apaan? Jelas-jelas selama ini gak ada video yang aneh-aneh atau mencurigakan" gumam Ran biasa-biasa saja

"Tapi mencurigakan banget kak" ucap Muti khawatir.

"flashdisk nya kamu bawa?"

Muti mengangguk "ada di dalam koper kakak yang tadi Muti kasih" jawabnya

"Oke, nanti kakak suruh mas Doojoon buat cek, siapa tahu dia bisa buka" jawab Ran mencoba biasa-biasa saja

"Kakak jadi tidur sini kan?"

"Temenin kamu saja sampai tidur, habis itu kakak ke kamar"

"Terus selimut sama bantal kakak buat apa di kasur sini?"

"Sebagai alasan aja. Sekarang tutup matanya" pinta Ran menyelimuti tubuh mereka dengan selimut.

Dengan lembut dia menepuk-nepuk punggung Muti yang memeluk bantal guling di sampingnya. "Sekolah yang rajin biar jadi kebanggaan aku sama kak Hendra. Kamu harus jadi orang yang lebih sukses dari kita berdua" ucap Muti sembari mengelus punuk kepalanya seolah memberi dukungan untuknya

Tentu saja Muti tersenyum mendengarnya. "Kamu harus bahagia dik, aku gak akan biarkan kamu di sakiti oleh siapapun, aku akan lindungi kamu dari mereka yang mencoba melukai kamu" lirih Ran berfikir kalau adiknya pasti sedang mencemaskan sesuatu.

Tapi kehidupan Ran saat ini sudah tenang dan damai bersama dengan keluarga kecilnya yang sangat manis.

Beberapa menit kemudian, waktu menunjukkan pukul 12:00 malam, Ran memeriksa adiknya yang sudah masuk ke dalam mimpi. Segera Ran mematikan lampu dan meninggalkan kamarnya.

Ran buru-buru menuju ke kamarnya, kini lampu rumah sudah redup, Ran berjalan berjinjit pelan agar tidak ketahuan oleh Doojoon.

Pantulan lampu kamar mereka terlihat jelas dari luar. "Sepertinya mas Doojoon masih belum tidur" gumamnya.

Sementara di dalam kamar, Doojoon baru saja membersihkan dirinya dan mencoba mamaksa diri untuk tidur. Entah kenapa malam ini terasa sangat panas, bahkan Doojoon saja masih memakai jubah mandinya. Dia hanya memakai celana boxer hitam yang melingkari perut baloknya yang seksi.

"Mumpung Ran gak ada, tidurnya kayak gini aja" gumam Doojoon ingin segera mematikan lampu yang berada di pojok samping pintu

Ceklek

Doojoon berpapasan di depan pintu dengan Ran. Doojoon terlihat kaku melihat Ran yang memerhatikannya dengan lekat.

"Kamu...belum tidur?" Gumam Doojoon

"Belum" jawab Ran mendekati Doojoon dengan senyum menggoda.

Sret. Jubah mandi Ran melorot dari tubuhnya. Lingerie seksi berwarna lavender itu menampakkan kulit putih mulus Ran yang sangat lembut. Apalagi lingerie itu hanya sebatas paha dan sangat menerawang di bawah cahaya lampu.

Doojoon yang melihat itu syok sekaligus terpana oleh postur tubuh bak gitar spanyol yang sangat sexy oleh lekukan indah yang tidak pernah dia bayangkan sama sekali.

Doojoon menelan ludah berat. Matanya tidak berkedip menikmati pemandangan langka ini. Lampu kamar menyala terang membuat setiap inci terekspos dengan jelas.

Dua gundukan kenyal yang berukuran besar itu semakin menaikkan sensualitas yang berada di tubuh Doojoon.

"Kamu...ngapain?" Tanya Doojoon seperti terhipnotis oleh tatapan menggoda Ran yang sangat eksotis

Ran mendekatkan tubuhnya menempel di dada bidang itu "makan kamu" ucap Ran menatap lekat wajah Doojoon dengan kedua tangannya yang sudah menggerakkan wajah Doojoon ke arahnya

"Kamu gak mau?" Tanya Ran menarik ulur

"Hah! Aku bisa gila" ucap Doojoon mengakui kemampuan Ran yang sangat pandai memainkan suasana

Doojoon merangkul pinggang sedikit kasar, tubuh sexi itu menempel erat di tubuh Doojoon "biarkan aku memuaskan mu malam ini" bisik Ran di telinga Doojoon yang kini bisa diraih nya

"kita lihat malam ini, apakah bisa aku dipuaskan atau tidak" jawab Doojoon sudah tidak sabar.

Tak

Lampu kamar mati, yang tersisa lampu tidur remang-remang yang masih menyala di kedua sisi kasur. Ran perlahan mengarahkan Doojoon ke arah kasur

Bruk

Doojoon terhempas di atas kasur oleh Ran. Ran melepaskan ikatan baju mandi Doojoon dengan perlahan. Lelaki tampan yang berada di bawahnya hanya mengikuti alur yang dibuat oleh Ran.

Sruk, jubah itu terbang di segala arah. Ran menyentuh setiap balok kotak yang berada di bawahnya dengan candu. Otot-otot perut dan lengan yang tidak besar tapi pas di tubuh Doojoon yang terlihat maskulin. Ia mengecup bahkan memberikan tanda di dada Doojoon. Nafas Doojoon tersengal di buat Ran yang sedang menjalankan apa yang diperintahkan oleh nalurinya.

Ran menatap mata hitam Doojoon yang berkilauan di bawah lampu kamar tidur, menyentuh rambut Doojoon dan menyatukan wajahnya.

"Semua ini milikku, jangan biarkan wanita lain menyentuhnya" ucap Ran

Deru nafas keduanya mulai bergantian semakin memanas

Cup

Ran mengecup kedua mata yang tidak berhenti menatapnya. Doojoon mengepal kuat tangannya menahan birahi yang akan keluar dari dalam dirinya.

"Ran, aku tidak yakin kalau besok kamu akan baik-baik saja" ucap Doojoon sudah tidak tahan

Ran tersenyum, ia malah melahap bibir yang baru saja memberinya peringatan

Doojoon sudah lepas kontrol akan dirinya. Biasanya Ran yang begitu pasif kini menjadi aktif bagai wanita liar yang sangat handal melayani Doojoon malam ini.

Doojoon yang sudah terangsang dari tadi kini aktif menjelajahi tubuh Ran dengan tangannya. Ciuman bibir yang merapat sangat dalam saling mentransfer cinta keduanya yang sama-sama mabuk kepayang.

Malam ini ciuman itu sangat berbeda dari ciuman Ran biasanya, tapi Doojoon sangat suka itu. Doojoon yang sudah tidak tahan itu langsung memutar tubuh Ran menjadi di bawahnya

Lingerie seksi itu Doojoon lepaskan agar tubuh Ran terpampang jelas di mata Doojoon. "Matikan lampunya" lirih Ran menahan tangan Doojoon

"Biarkan saja, aku ingin melihat tubuhmu yang indah malam ini" jawab Doojoon. Ciuman yang berselang lama membuat bibir Ran membengkak semakin seksi. Lumatan bahkan gigitan bibir Doojoon yang menginginkan lebih dalam lagi

Lingerie itu sudah pindah ke tempat lain "emhhh" tangan dan bibir Doojoon memainkan peranannya di tubuhnya Ran

Melihat ekspresi istrinya yang terlihat candu oleh sentuhan dan gerakan yang Doojoon berikan. Dia tersenyum bangga melihat Ran sangat menikmatinya.

Suara desahan mulai mengitari telinga Doojoon, wajah cantik Ran yang menikmati setiap pergerakan yang dibuat suaminya, semakin membuat Doojoon tidak sabar untuk segera menerkamnya.

"Kamu sudah bermain-main Ran, aku akan menghabisimu malam ini" bisik Doojoon di telinga Ran yang sudah sangat kacau dibuatnya.

Ya, ini masih pemanasan. Mereka belum masuk ke bagian inti yang sebenarnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience