Manis 4

Romance Series 19934

Saat Ran sedang berada di dapur memasak sebuah mie instan yang sangat dia inginkan di tengah malam. Rasa mengidam yang selalu mengganggunya di tengah malam juga pergerakan para bayi yang sangat aktif hingga tidak bisa membuat Ran beristirahat dengan tenang.

Doojoon sedang mengerjakan beberapa file untuk dijadikan rapat para ketua tim. Ran tidak menerima bantuan dari Doojoon karena ia tahu suaminya sangat sibuk.

"Sayang, kamu mau juga?" tanya Ran menawarkan.

"Iya" jawab Doojoon mengerjakan file di atas meja makan demi menjaga keamanan Ran. Tatapan yang kadang berpindah dari tablet ke arah Ran dari Doojoon sebab tidak bisa meninggalkan istrinya sedetik pun.

"Aku ke atas dulu ambil berkas. Panggil aku kalau butuh sesuatu" pesan Doojoon sebelumi meninggalkan Ran ke kamar.

"Em" jawan Ran mengangguk singkat.

Dua bungkus mie instan sudah dipisahkan dari bumbunya. Tahapan selanjutnya adalah merebus mienya. Mencari panci yang tidak bisa ditemukannya.

"Mungkin di dalam lemari" gumam Ran mendongak ke atas lemari yang tidak bisa Ran jangkau. Mencari suaminya yang belum juga kembali, rasa mie instan yang sangat ingin dia makan segera membuatnya harus mengambil panci itu sendiri.

Ia melihat keadaan, mencari kursi yang bisa menahan beratnya jika ia menaikinya. kursi besi itu digesernya tepat berada di bawah lemari gantung. Perlahan dia naik meskipun sedikit tidak seimbang karena berat tubuhnya yang berbadan tiga.

Brak.

Tab yang berada di tangan Doojoon jatuh ke lantai. Tatapan mata yang sudah menonjol dari Doojoon kaget melihat istrinya sudah naik di atas kursi sedang mengambil panci.

"Sayang!!" Doojoon berlari menghampiri Ran. Ran kaget hingga membuatnya sedikit oleng.

Greb

Doojoon langsung menahan Ran di atas kursi yang masih berdiri. "Mau bikin jantung aku copot. Hah!?" Kata Doojoon ketakutan.

"Kamu lama di atas, aku kelaparan" keluh Ran manja, ia menghindari tatapan mata Doojoon yang emosi.

Doojoon membuang nafas panjang "hah. Kan aku udah bilang panggil aku kalau perlu sesuatu" peringat Doojoon sangat ingin mencubit Ran.

"Sorry" kata Ran merangkul Doojoon kemudian dia tersenyum.

"Bikin aku keget tahu gak" keluh Doojoon memeluk erat Ran yang masih berdiri di atas kursi.

"Ugh!" Ringis Ran kesakitan.

"Kenapa!? Ada yang luka?" tanya Doojoon memeriksa seluruh tubuh Ran.

"Perut aku keram, mereka nendang aku" keluh Ran memegang perutnya.

"Jangan nakal ya anak ayah di dalam sana ya, kasihan umma nya kesakitan" ucap Doojoon mengelus perut Ran lembut.

"Mungkin mereka kelaparan banget" pikir Ran.

"Biar aku yang masakin biar cepat kelar" ucap Doojoon mengecup perut buncit Ran.

"Turunin, aku pegel berdiri dari tadi" pinta Ran melebarkan tangannya, pertanda kalau dia ingin digendong.

Glek

"Kamu serius mau digendong?" tanya Doojoon ragu ketika melihat tubuh Ran yang besar.

"Cepetan!" Suruh Ran mengaitkan tangannya di leher Doojoon.

"Iya"

"Hati-hati, masa depan aku dan anak-anak kita ada di kamu" peringat Ran tidak ingin dijatuhkan oleh Doojoon.

"Suamimu sangat kuat, jadi tidak perlu khawatir" kata Doojoon menggendong Ran santai.

"Tuh bisa, baru juga tujuh bulan pasti masih ringan" ucap Ran.

"Aku bawa ke kamar atau ke sofa?" tanya Doojoon usil.

"Ke sofa lah, aku udah kelaparan!" jawab Ran riang.

"Cium dulu biar kuat" pinta Doojoon lembut.

Cup

"Udah. Ugh!" Tendangan dirasakan lagi oleh Ran.

"Wah, malam ini mereka sangat aktif" kata Doojoon menaruh pipinya di atas perut Ran yang kini berada di pangkuannya.

"Aku lapar" keluh Ran menjauhkan Doojoon dari perutnya.

"Iya, iya. Cium lagi dong" kata Doojoon.

"Enggak mau! Cepetan sayang" keluh Ran mendorong Doojoon pergi. Doojoon terkekeh melihat Ran sangat excited menunggu mie instan kesukaannya.

Menunggu Doojoon yang sedang memasak, Ran mengambil handphone nya segera membuka sebuah game online yang sangat populer di mainkan oleh semua kalangan apalagi bagi para lelaki.

"Welcome to mobile legend!"

Bunyi permainan yang menandakan Ran mulai bermain. "Vin?" tanya Ran menghidupkan voice dalam game.

"Hm? Belum tidur lo?" Ternyata Vina juga sedang dalam game.

"Mabar yuk" ajak Ran sangat fokus pada gamenya.

"Udah izin? Jangan sampai lo dimarahin lagi sama pak suami" peringat Vina tidak ingin kena marah oleh Doojoon.

Salah satu alasan Ran juga jarang memberi kabar pada Doojoon saat berada di Singapura adalah bujukan Vina yang mampu mendoktrin otak Ran bermain game online setiap hari, hingga akhirnya Ran juga ikut-ikutan bermain di awal trisemester pertama nya.

"Mas, aku boleh main gak? Vina udah nungguin aku" panggil Ran manja.

"Udah masuk ke game baru minta izin. Memang kamu yaa" ucap Doojoon selalu saja mengizinkan meskipun kepalanya menggeleng

"Dikasih. Yuk Vin" ucap Ran mengangkat kedua alisnya melihat Doojoon.

"Aku undang Reza, kita Mabar" tutur Vina sudah masuk dalam squad.

"Halo wanita wanita cantik. Kenapa belum bobo?" tanya dua orang lelaki yang masuk ke squad game mereka.

Ketika mendengar suara lelaki yang mengajak berinteraksi dengan mereka, Ran langsung mengecilkan volume agar Doojoon tidak mendengar suara mereka.

"Halo juga ganteng" jawab Vina melayani.

"Jangan gatel! Yang jawab tadi udah gue buntingin" jawab Reza ketus dalam game.

"Jangan gitu Za, nanti mereka ngambek. Kalau kita kalah gimana?" Vina membalas voice dari Reza. Padahal mereka berdua sedang di kasur yang sama.

Sedangkan Ran hanya mendengarkan mereka. "Kalau cewek yang satu kok cuma diem?"

"Ohhh, yang itu punyanya psikopat" jawab Reza menjaga kedua wanitanya.

Mereka yang mendengarkan tertawa lepas mendengar jawaban dari Reza. "Kenapa KingReza terus yang jawab sih! Yang ceweknya mana?" ucap mereka penasaran.

Ran diam-diam melirik Doojoon, senyum manis jika kedua mata mereka bertemu. "Tenang aja RatuVina, aku pasti jagain kamu" ucap salah satu lelaki dengan santai.

"Kalau gitu aku jagain babyRans aja" bagi para lelaki, kecuali Reza yang tidak dianggap.

"Makasih" jawab Ran singkat.

"Anjir! BabyRans ucapin makasih aja udah bikin aku deg-degan" ucapnya.

"Aku juga mau dong babyRans" ucap temannya.

"Ehhh, sayang... Jagain aku" ucap Vina pada Reza yang sudah bete mendengar para lelaki merayu Vina dan Ran.

"Iya, iya. Sabar. Woi batang! Jangan cuma bisa gombal doang. Bantuin nih!" Hanya Reza yang berjuang melawan musuh. Sedangkan Ran hanya diekori oleh 2 lelaki yang selalu mengajak Ran berbicara.

Kalau seandainya Reza bersama dengan Vina maka mid lane akan kosong. Sedangkan Ran berada di bawah dan Vina di atas

"Bidih, hebat juga babyRans main ya" puji para lelaki melihat skill Ran.

"Woi beban! Pisah gak kalean!" Peringat Reza sudah emosi.

"Sabar woi! Santai aja mainnya bro" jawab mereka.

Dan akhirnya mereka membagi tempat, "Za, mereka incar aku" adu Ran meminta pertolongan.

"Biar aku aja babyRans. Tunggu Abang ke sana" tutur lelaki itu menghampiri Ran dalam permainan

Sedikit bantuan sudah membuat musuh kewalahan, memang dua lelaki yang bersama mereka sering menggoda tapi permainan mereka sangat hebat. "Makasih udah nolongin" ucap Ran fokus

"Makasih untuk siapa? Sebut dong namanya biar jelas gitu" ucap lelaki yang menolong Ran.

"Terimakasih untuk iloveyouRian" ucap Ran melihat nama id yang menolongnya.

"Love you to babyRans" jawabnya.

"Hati-hati, nanti akunya kena hack" peringat Reza pasti tahu Doojoon berada di dekat Ran.

Ran terkekeh melihat Reza menjaganya dari para lelaki. "Seru ya mainnya. Sampai bilang i love you lagi" ucap Doojoon yang memerhatikan Ran dari belakang.

"Ehhh, sayaanggg" ucap Ran tersenyum kaku.

"Makan sekarang juga!" Ucap Doojoon langsung membawa mangkuk mie milik Ran.

"Oke." Jawabnya tapi masih fokus di depan layar.

"Sini aku yang main" ucap Doojoon mengambil alih handphone Ran.

"Ihh! Jangan mas! Lagi seru-serunya nih" keluh Ran mengambil kembali handphonenya di tangan Doojoon.

"Makan." Perintah Doojoon sudah mengambil mengkuk mie, menatap Ran dengan dingin

"Suapin aku. Kita makan bareng" ucap Ran masih fokus bermain.

"Ugh!" Suara Ran terdengar seperti mendesah, bayi-bayi di dalam perutnya memang selalu mengganggunya.

Teman-teman Ran yang berada dalam squad pun mendengar. "BabyRans lagi ngapain sih. Suaranya membangkitkan semangat ku" kata lelaki yang penasaran.

"Goblok nih orang!" Kata Reza tahu, pasti Doojoon saat ini sedang menatap Ran yang siap diterkam.

Tit

Doojoon langsung mematikan handphone Ran yang hanya santai menanggapi para pemain game lainnya. Handphone itu langsung dihimpit oleh pantat Doojoon agar Ran tidak bisa mengambilnya.

"Mas! Kok dimatiin. Balikin hp nya" keluh Ran mencoba meraih, tapi selalu saja dihalangi suaminya

"Udah jam 12 malam. Makan. Terus tidur" kata Doojoon memberikan mangkuk mie di tangan Ran

"Gak mau! Aku mau main!" Keluh Ran menggeser posisi Doojoon untuk mengambil handphone.

"Gak makan? Tadi katanya laper banget" tanya Doojoon tidak tahu kalau saat ini Ran sedang kesal.

Siap-siap disemprot Ran..

"Udah gak selera! Kamu aja yang habisin!" Kata Ran beranjak pergi dengan wajah kesalnya.

Brak

Doojoon menaruh kasar mangkuk mie itu di atas meja, sedikit menimbulkan bunyi hingga di dengar oleh Ran.

Ia terhenti, membalik ke belakang melihat Doojoon "kenapa mas?" tanya Ran datar.

Mata dingin mereka mulai bertatapan. Doojoon berjalan cepat menghampiri Ran, menariknya kembali ke sofa. Sedikit memaksa tapi tidak ada penolakan dari Ran.

"Makan" kata Doojoon memasukkan mie ke dalam mulut Ran dengan paksa.

"Emmm! Massss!" Keluh Ran dengan gelagapan menahan tangan Doojoon.

Set, brank

Ran mendorong tangan Doojoon hingga mie yang berada di tangan nya terhempas ke lantai.

Ran sebenarnya tidak sengaja mendorong tangan Doojoon, hanya mencoba menahan tangannya agar berhenti memasukkan mie ke dalam mulut nya.

"Udah! Kalau gak mau makan buang aja semuanya!" Kata Doojoon kesal, tapi lebih tepatnya dia sedang cemburu mendengar istrinya sedang di gombal oleh para lelaki. Dia lebih mementingkan handphone miliknya daripada suaminya yang sudah memasakkan mie untuknya

"Kamu kok marah! Aku gak sengaja tadi. Maaf." Kata Ran menaikkan volume suara nya di atas Doojoon.

"Aku gak marah! Kamu aja yang keras kepala kayak anak kecil!" Balas Doojoon yang sebenarnya ingin berhenti tapi keterusan membantah Ran. Suara Doojoon juga naik beberapa level dari Ran.

Mata Ran naik beberapa derajat melihat Doojoon "Aku kan udah minta maaf! Kok kamu marahin aku!" Kata Ran masih menatap Doojoon duduk di sofa. Sedangkan ia berdiri di depannya.

"Udah! Aku capek!" Keluh Doojoon mengecilkan suaranya.

"Iya. Sifat aku memang kayak anak kecil. Kamu capek kan urusin anak kecil kayak aku!" Kata Ran tersinggung dengan kata-kata Doojoon. Padahal Doojoon hanya ingin mengakhiri pertengkarannya.

"Gak gitu maksudnya sayang, kamu sih main game sampai gak mau makan" kata Doojoon meluruskan.

"Kamu yang matiin! Aku kan udah minta izin sama kamu! Orang lagi seru juga mainnya" keluh Ran menahan air matanya.

"Seru ya di gombalin mereka!" Ketus Doojoon tidak berani menatap Ran di depannya

"Ohh! Jadi ini yang bikin kamu marah sama aku?" Tanya Ran meminta jawaban namun Doojoon sudah tidak bisa berkata-kata.

"Oke" ucap Ran singkat. Ia duduk di samping Doojoon mengambil satu mangkuk mie yang belum disentuh.

Ia memakan mie itu dengan lahap tapi bersama dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.

"Hiks, hiks..." tangisan Ran terdengar oleh Doojoon yang tadinya tidak perduli kini melihat wajah Ran cemas.

"Sayang..." Panggil Doojoon lembut.

Hanya beberapa menit Ran sudah menghabiskan mie nya tanpa menggubris Doojoon di sampingnya.

Ia menaruh mangkuknya di meja kemudian mengambil minum sendiri, di ekori oleh Doojoon yang merasa bersalah.

"Sayang..."

"Aku anak kecil yang cuma bisa jadi beban buat kamu. Aku gak mau ngerepotin kamu lagi" kata Ran juga merasa bersalah.

"Sayang..."

"Jangan sentuh aku! Jangan ngikutin aku lagi" kata Ran menuju ke kamarnya. Doojoon sangat takut jika istrinya memasang mode diam pada dirinya.

Sampai tiba di depan pintu kamar, Doojoon masih saja mengikuti tapi pintu sudah dikunci oleh Ran dari dalam.

"Sayang..., maafin aku. Jangan ngambek dong. Jangan diemin aku. Jangan marah. Aku minta maaf sayang" kata Doojoon menanti di depan pintu.

Doojoon sih keterlaluan banget, akhirnya dianggurin sama istrinya.

"Hiks, hiks..." Suara tangisan Ran terdengar dari dari luar.

"Sayang... jangan nangis. Nanti bayi kita ikutan nangis juga" kata Doojoon menunggu untuk di bukakan pintu.

Sementara di dalam kamar, Ran sedang menghabiskan Snack yang semalam belum dihabiskan nya. Penyesalan nya adalah semangkuk mie yang sudah berada di lantai karena ketidak sengajaan nya.

"Mie buatan mas Doojoon enak banget. Hiks hiks, aku masih laper hiks hiks hiks" keluh Ran masih sibuk mengunyah aneka keripik pisang yang berada di dalam lemari penyimpanan khusus untuknya.

"Sayang... bukain pintunya. Aku khawatir sama kamu" pinta Doojoon dari luar. Ia berharap kalau Ran akan membukakan pintu

"Biarin aja kamu di luar mas, aku habisin Snack dulu" gumam Ran sengaja mendengarkan tangisannya agar Doojoon percaya.

"Ran... kamu dengerin aku kan?" tanya Doojoon memastikan.

"Hiks, hiks, iya" jawab Ran menelan roti lapis cokelat yang berada dalam kotak kue.

"Buka atau aku dobrak pintunya" Ancam Doojoon takut terjadi apa-apa pada Ran.

"Dalam hitungan ke 3, kalau kamu gak buka, aku dobrak" peringat Doojoon sudah mulai mengambil ancang-ancang.

"3..."

Ran mengunyah kue coklat yang berukuran besar sekaligus ke dalam mulutnya.

"2..."

Ran mengemasi semua sampah plastik Snack yang sudah dihabiskan nya

"1"

Tak, Ran membuka pintu.

Doojoon memastikan keadaan Ran dari bawah sampai atas hingga berfokus pada bibirnya yang terdapat sedikit selai cokelat di bibirnya.

"Hiks hiks" Ran melanjutkan aktingnya.

"Kenapa sayang?" tanya Doojoon mengikuti alur

"Gak usah ngomong sama aku!" ketus Ran menyembunyikan tangannya yang penuh dengan bumbu Snack dan coklat yang bercampur menjadi satu.

Cup

Doojoon mengecup bibir Ran, ia menjilati bibirnya memastikan rasa.

"Ooo... daritadi aku khawatirin kamu takut kenapa-napa, malah asyik habisin snack di lemari" kata Doojoon tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

"Gak kok, aku nangis-"

Cup

Doojoon langsung melahap bibir yang dipenuhi rasa gurih dan manis di dalamnya. "Iya, aku marah karena cemburu kamu digombalin sama mereka" bisik Doojoon menggendong Ran menuju ke kasur yang di dominasi oleh warna putih.

Sruk

"Cih, di gombal gitu aja cemburu!"

Membaringkan Ran dengan lembut, tatapan absurd pada lelaki yang sedang berada di atasnya sedang menikmati tatapan Ran sendu.

Cup

Doojoon menyentuh bibir kenyal yang baru saja dia bersihkan dengan bibirnya. Ia kembali mengecup bibir itu lembut, tapi menginginkan lebih darinya.

Lumatan itu berfokus pada bibir bawah yang saat ini sedang digigitnya hingga suasana mulai memanas

Tak

Satu kancing baju tidur bagian atas dilepaskan tanpa sadar. Memberikan jeda agar nafas berjalan lancar, Doojoon berpindah tempat, tubuh putih mulus dengan satu tahi lalat kecil di dada Ran.

Tidak dibiarkan nganggur, ceruk leher kini menjadi sasaran empuk Doojoon, memberikan bekas bersama dengan gigitan yang membuat Ran sangat menikmatinya.

"Gimana?" tanya Doojoon

"Lanjut" jawab Ran sudah terlena pada lelaki yang lebih mendominasi malam ini.

"Masih marah?"

"Gak usah nanya. Lagiiiiiii" ucap Ran kecanduan

"Sesuai keinginan anda nyonya" seringai Doojoon melanjutkan perjalanannya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience