Episode 22

Romance Series 19934

Pada pukul tujuh pagi, wajah yang awalnya sangat cerah kini redup ketika mendapatkan panggilan dari ayahnya. Dia harus mewakili perusahaan menuju ke Singapura bertemu dengan para pembisnis dunia yang sedang memperingati hari jadi perusahaan teman ayahnya. Yah, kini dia sudah menjabat sebagai Presdir perusahaan jadi, menghadiri hal-hal yang seperti itu adalah tugasnya. Sebenarnya tujuan untuk santai-santai saja tapi lebih tepatnya menambah rekan bisnis sesama pengusaha.

Sudah pasti dia tidak bisa mengantarkan Ran ke tempat perkemahan sesuai dengan keputusan mereka semalam.

"Mukanya jangan ditekuk gitu dong mas" tegur Ran membantu Doojoon menyiapkan pakaian nya di dalam koper.

"Gimana kalau Reza saja yang mewakili aku ke Singapura?" Pikir Doojoon sangat tidak ingin pergi.

"Emang bisa?" Tanya Ran sudah tahu jawabannya.

Reza bisa saja mewakili acara tersebut, tapi apakah itu tidak mencoreng nama baik ayahnya di depan orang-orang besar.

"Ck" Doojoon hanya bisa memendam kekesalannya.

"Gimana kalau kamu ikut juga" saran Doojoon bersemangat.

Ran memutar bola matanya malas, kenapa lelaki se dewasa ini sangat tidak ingin pisah darinya. Selalu saja mencari alasan meskipun itu hal yang gila.

"Jam berapa flight nya?" tanya Ran sudah kebingungan mengurusi koper suaminya, belum lagi teman-temannya menanyakan keberadaannya.

"Biar aku saja yang beresin semuanya. Kamu mandi dulu" Doojoon langsung mengambil alih barang-barang yang berada di tangannya. "Flight nya jam 08:30" singkat Doojoon memilih setelan jas untuk di pakainya.

Doojoon memang sudah mandi saat shubuh tadi, tapi melihat Ran yang masih terlelap dalam selimut, dia langsung menuju ke dapur membuat sarapan untuk mereka berdua. Management waktu yang tidak pernah lalai kini berhamburan dan keluar dari jalurnya karena Ran.

"Mas, aku antarin ke bandara ya" pesan Ran berlari keluar dari walk in closet dengan jubah mandinya.

Memakai body lotion di seluruh tubuhnya dan memilih setelan pakaian muslimah miliknya.

Semua dilakukannya dengan terburu-buru demi mengejar waktu yang tidak lama lagi pukul delapan. Riasan wajah yang simpel dan natural sudah biasa baginya. Apalagi Doojoon tidak pernah mengeluhkan penampilan maupun riasan makeup darinya. Justru dia sangat bangga memiliki wanita yang tidak pernah berlebihan dalam penampilan.

"Mas, sepertinya kita udah telat deh" pikir Ran sudah berada dalam mobil menuju ke Bandara.

Doojoon hanya santai berkendara, tidak terlalu cemas dengan keberangkatannya.

Drrttt...

Handphone Ran yang berdering pertanda kalau teman-teman nya sudah menunggunya ke perkemahan.

"Halo?"

"Lo di mana Ran?" Tanya seorang wanita di seberang sana

"Anterin suami ta, tunggu di kampus aja. Nanti aku nyusul" pesan Ran langsung mematikan handphone nya.

Kemudian handphone Doojoon berdering

"Halo"

"Iya, 10 menit lagi saya sampai" jawab Doojoon sedang melakukan panggilan dengan seorang lelaki.

"Siapa mas?"

"Pilot pesawat. Kayaknya tinggal menunggu saya" jawab Doojoon santai.

"What! Seriously?" Ran kaget tak percaya, ternyata suaminya sepenting itu bagi sang pilot. Pftt.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba dan langsung menuju gate penerbangan. Sepanjang perjalanan, tangan Ran tidak dibiarkan nganggur oleh Doojoon. Tangan yang saling bertautan seakan tak ingin dilepaskan.

"Jaga kesehatan ya mas, pola makannya di jaga dan jangan lupa minum Vitamin" pesan Ran sudah berada di depan gate bersama Doojoon.

"Jangan lupa hubungi saya kalau senggang" tambah Doojoon mengelus lembut pipi Ran

"Kamu juga..."

Cup

"Tunggu saya pulang" pesan Doojoon mengecup bibir Ran singkat.

Plak

"Ihhh! Mas, ini di bandara! Orang-orang liatin tuh!" Tegur Ran

"Berarti kalau di rumah boleh dong" pikir Doojoon masih menggenggam tangannya erat

"Boleh dong, sejak kapan aku larang?" Jawab Ran senyum manis.

"Memangnya kamu tahu apa yang akan aku lakukan?" Pancing Doojoon penasaran.

"Tahu dong mas" ucap Ran langsung mengecup pipi Doojoon singkat "Semoga selamat sampai tujuan" bisik Ran berjinjit meskipun Doojoon sudah membungkuk demi istri manisnya.

"Oke. Tidak da penolakan saat saya pulang" pesan Doojoon langsung pergi dengan senyuman bermekaran.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience