Srukk
Tep
Ran tidak mendapati suaminya di kasur. Biasanya Ran yang di bangunkan oleh suaminya. Tapi tempat Doojoon sudah dingin yang menandakan kalau dia sudah lama meninggalkan kasur.
Semalam acara sangat padat hingga membuat semuanya kelelahan
"Sepertinya mas Doojoon menyiapkan barang-barang ke Indonesia" gumam Ran masih meringkuk dalam selimutnya
Ran beranjak dari tempatnya menuju bathtub, ya hari ini mereka kembali ke Jakarta sesuai keinginan Doojoon.
Beberapa menit kemudian dia menuju ke meja makan untuk sarapan terakhirnya bersama semua keluarga Doojoon.
Satu hal yang membuat Ran diam seribu bahasa, pertanyaan mudah yang seharusnya bisa ibu dan ayahnya tahu tentang keberadaan Doojoon yang hilang tanpa pamit pergi pada mereka.
Ran mencoba berfikir positif, memang kenyataannya tidak ada yang ganjal atau masalah yang terjadi saat ini
"Apa kalian akan segera pergi Ran?"
"Iya mah, mas Doojoon sudah memesan tiket untuk kami berdua"
"Kamu tahu Doojoon ke mana?"
"Enggak Tante, sepertinya dia ada urusan mendesak pagi ini sampai tidak pamit ke ran" ucap Ran pada Tante Doojoon yang bertanya.
Sedangkan sang kakek hanya diam tiada suara
Krek
Pintu menuju ruang utama terbuka. Wajah Doojoon yang tegas itu datang dengan penuh amarah.
"Apa hanya aku saja yang tidak tahu keberadaan dia!" Ucap Doojoon dengan nada tingginya
Semuanya terdiam, aktifitas sarapan terhenti melihat dua manusia datang tiba-tiba
"Doojoon, aku sudah menjelaskan semuanya kepadamu. Ini bukan kesalahan mereka!" Ucap wanita cantik datang melerainya.
Doojoon marah pada semua keluarganya yang menyembunyikan wanita yang amat dia hargai sejak dulu.
"Mamah yang merencanakan semua ini kan!" Ucap Doojoon dengan tatapan mata yang menerkam.
"Doojoon! Di mana sopan santun mu pada ibumu!" Peringat sang ayah merasa Doojoon sudah keterlaluan
"Apa mama tidak bosan mengendalikan hidup Doojoon?"
"Kang Doojoon!" Ucap sang kakek angkat suara.
"Maafkan mama sangat egois dan tidak memikirkan perasaan mu dulu" ucap sang Ibunda dengan tulus.
"Tapi ini demi kebaikan kalian Doojoon. Awalnya mama memang berniat ingin memisahkan kalian berdua tapi"
"Persetan dengan keluarga ini!"
"Doojoon! Dengarkan dulu penjelasan ibumu!"
"Semua ini juga atas keinginan ku Doojoon" ucap wanita yang ingin membantah semua tuduhan pada ibunya.
"Apa kamu di paksa oleh mereka?" Tanya Doojoon ingin membela wanita yang datang bersama nya.
Bughh
Satu tonjokan melayang di pipi Doojoon.
Sedangkan Ran, merasa tidak di anggap dalam permasalahan ini. Padahal dia yang seharusnya tahu akan masa lalu Doojoon
"Mama menyesal Doojoon, mama minta maaf" ucap sang ibunda dengan sangat tulus. Masa lalu yang di anggap Doojoon sebagai kesalahan keluarga nya semakin membuat otak Doojoon tidak bisa berfikiran jernih.
"Yang lalu biarlah berlalu" ucap sang kakek. "Sejak dulu kami memang keras dalam mendidik mu, tapi kami tidak pernah melukai bahkan menghancurkan kehidupan seseorang" jelas sang kakek.
"Itu benar Doojoon, selama ini keluarga mu yang memberikan masa depan cerah bagi keluarga ku. Aku merasa sangat terhormat mendapatkan bantuan dari mereka"
Doojoon semakin bingung. Apa selama ini dia salah paham.
"Memang benar kami memisahkan kamu dan Hye Jin. Tapi itupun atas keinginannya yang ingin menjauh dari kamu!" Ucap sang Tante
"Kenapa kamu tega melakukan ini? Dulu kita berdua saling mencintai. Aku sampai berkelana mencari sejauh mungkin. Dan kalian hanya diam tidak memberikan kabar apapun" keluh Doojoon menatap Hye Jin dengan wajah penyesalan.
"Memang aku tidak di butuhkan di tempat ini" gumam Ran meninggalkan tempat yang penuh kesalahpahaman itu tanpa siapapun orang yang tahu.
"Apa akan selalu seperti ini?" Gumam Ran mengemasi semua barang-barangnya.
"Bahkan aku yang tidak tahu apa-apa akan masalah ini merasa asing pada keluarga Doojoon"
Saat Ran sedang mengemasi barang-barang nya ke dalam koper, ia menemukan sebuah kotak dos di bawah rak lemari yang tertutup rapat
Ran penasaran hingga akhirnya membuka kotak itu dengan hati-hati.
Deg
Wajah yang sangat cerah dan bahagia terpancar kan dari sebuah foto usang dan berdebu
"Kalian berdua memang sangat cocok" dalih Ran melihat foto Doojoon dan Hye Jin berpelukan di acara ulang tahun Doojoon saat mereka masih memakai seragam sekolah
Album foto dan surat-surat cinta semakin membuat Ran merasa cemburu dan sakit hati. Air matanya mengalir tapi selalu di seka agar tidak ada yang tahu kalau dia sangat sedih saat ini
Klek
Pintu kamar terbuka, Ran segera menutup kotak sejarah itu kembali ke tempatnya. Dia kembali mengemasi barang-barangnya
"Sayang? Kamu mau ke mana?" Tanya Doojoon melihat pakaian Ran yang berhamburan di dalam koper.
Doojoon mencoba menghampiri dengan hati-hati. "Sayang? Are you okay?" Tanya Doojoon lembut seperti biasanya
Tak, Ran menepis jemari tangan yang mencoba untuk merangkulnya
"Why me?" Tanya Ran menatap penuh pertahanan
"Maksud kamu?"
"Why you choose me?"
"Ran, maafkan aku tidak menceritakan mengenai Hye Jin yang tiba-tiba datang pada saat malam itu" ucap Doojoon yang anehnya membuat Ran semakin sakit hati ketika mendengar nama perempuan itu di sebut suaminya
"Aku mau pulang" ucap Ran tidak ingin berdebat
"Why?"
"Kamu tidak mau pulang? Bukannya kamu yang memaksa beberapa hari yang lalu untuk segera kembali mas? Atau kamu bisa tinggal di sini lebih lama karena kekasihmu yang pergi dahulu telah kembali dengan keadaan yang baik-baik saja" keluh Ran
"Sayang, dengerin aku dulu"
"Gak mau! Hiks hiks! Kamu pergi tanpa izin ke aku. Terus kamu kembali sama perempuan mas hiks hiks" keluh Ran sama seperti beberapa tahun yang lalu saat mantan suaminya membawa seorang wanita hingga hubungan mereka hancur se hancur-hancurnya.
"Mas, alasan aku tidak ingin memiliki sebuah pernikahan adalah tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali" ucap Ran seolah trauma dengan masa lalunya
Usaha Doojoon selama tiga tahun untuk meluluhkan hati Ran yang dingin tidaklah mudah.
"Sakit mas! Bekas nya nggak bisa hilang hiks hiks" begitu banyak keluhan yang bahkan belum terjadi antara hubungan nya dengan Doojoon.
Lebih baik hubungan ini harus segera di selesaikan sebelum semuanya membuat Ran akan gila seperti dulu lagi
Share this novel