Beberapa hari telah berlalu, kini Ran dan Doojoon sedang berada di salah satu butik terkenal di Jakarta. Mereka pergi mencoba dress wedding yang sudah diselesaikan oleh desainer. Dress wedding yang berwarna putih cerah dihiasi dengan manik manik berkelap-kelip sesuai dengan dress-nya yang mengembang sangat indah. Ran masuk ke ruang ganti memakai dress untuk dicocokkan ataupun di tambahkan ukuran dirinya agar lebih sempurna lagi.
Saat Ran mengenakan dress wedding dipertunjukkan pada Doojoon yang menunggu di atas sofa dengan sebuah dessert sebagai bentuk pelayanan butik bagi para pasangan manis yang akan menikah.
Srekk...
Tirai gorden terbuka, kedua mata mereka saling bertemu. Perasaan yang biasa saja bagi Ran tapi dia harus berusaha untuk mencintai lelaki dihadapannya.
"Kamu sangat cantik" puji Doojoon tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Ran tersenyum malu mendapatkan pujian "terimakasih" ucapnya.
Doojoon yang mengenakan setelan White tuxedo yang sangat sempurna di tubuh tingginya, tentu saja para pelayan yang memerhatikan Doojoon menunggu Ran keluar sungguh memacu adrenalin jantung mereka.
"Kalian sangat serasi" puji para pelayan yang menemani mereka.
"Bisakah kamu mengambilkan gambar untuk kami?" Pinta Doojoon memberikan handphone nya pada pelayan. Tentu saja mereka juga bersemangat membatu pengantin yang akan bersanding 2 hari lagi.
Cekrek
Posisi saat ini Ran masih menjaga jarak untuk tidak bersentuhan dengan mahromnya, juga Doojoon sangat paham akan hal itu. Gambar yang sangat manis bagi keduanya.
"Aku akan mengantarmu pulang, istirahat dan jangan berkeliaran di luar sendirian" pesan Doojoon saat mereka keluar dari butik.
"Kak Doojoon"
"Hm?"
"Aku... tidak mencintaimu"
Skrittt
Doojoon langsung menepikan mobilnya, "aku tahu" jawab lelaki yang sangat sabar.
"Apa kakak tidak marah?" tanya Ran.
"Karena aku mencintaimu" jawabnya. Ran menundukkan kepalanya dan menangis.
"Apa kamu tidak menginginkan pernikahan ini?" tanya Doojoon melihat Ran merasa terbebani. Ran menggelengkan kepalanya "aku hanya ingin kamu membuka hati untukku Ran. Sisanya biar aku yang melakukan semuanya" ucap Doojoon.
"Kamu... masih bisa membatalkan pernikahan ini" tebak Doojoon. Ia menatap Ran lembut.
"Aku... takut melukaimu di masa depan. Kerabat kakak pasti malu jika tahu kalau aku ini seorang janda" ucap Ran.
"Aku akan menjauhkan mereka darimu. Hanya ada aku dan kamu di kehidupan kita" Doojoon meyakinkan Ran untuk tidak terus berfikir akan reputasi keluarga Doojoon.
"Bagaimana jika mereka tahu kalau aku tidak memiliki perasaan pada kakak, terutama om dan tante yang percaya kalau kita saling mencintai" kata Ran sangat tidak ingin mengecewakan mereka.
"Jadi... apa yang kamu inginkan?" tanya Doojoon. Ia berfikir kalau hubungan ini akan berakhir.
"Aku... akan berusaha kak"
"Aku mengerti kalau kamu masih sulit untuk menerimaku sebagai pasangan mu" jawab Doojoon sangat yakin.
"Terimakasih sudah mengerti" ucap Ran menyeka air matanya.
"Aku tidak bisa menerima terimakasih mu" tolak Doojoon tersenyum.
"Lalu?"
"temani aku ke suatu tempat" singkatnya.
"Baiklah"
Di sisi lain ada Rangga yang selalu mencoba menghubungi Ran melalui handphonenya tapi Ran mematikan dering panggilan saat bersama dengan Doojoon agar ia tidak sakit hati. Rangga yang sangat ingin membicarakan hal penting tapi Ran tidak pernah mau mengangkat nya. "Mah, aku mohon"
"Mama tidak berhak untuk membawanya"
"Tapi Ran selalu mematuhi perintah mama"
"Itu dulu sayang, bukan sekarang"
"Tapi ma..."
"Istirahat saja, jangan berfikir terlalu keras. Mama akan mencoba mengajak dia ke sini" pesan Rachel pada anaknya. Rangga tersenyum mendengar arahan ibunya untuk membawa Ran ke rumah sakit mengunjunginya.
"Ran, apa diwaktu terakhir ku kamu tidak ingin melihatku?" gumam Rangga dalam hatinya
Beberapa jam perjalanan, membuat Ran tertidur di mobil sebelah Doojoon yang masih menyetir mobilnya.
"Ran?"
"Hmm?"
"Pft" Doojoon tersenyum miring melihat Ran yang pasrah mengikuti keinginan Doojoon.
"Kita sudah sampai" kata Doojoon membuat Ran membuka matanya malas. Wajah yang masih setengah sadar mencoba melihat sekeliling. Wajah yang awalnya kebingungan akhirnya mengerti kalau sekarang mereka berada di makan tempat ayahnya dikubur beberapa tahun lalu.
Dia keluar segera menuju ke makan ayahnya yang masih terdapat bunga mawar layu di atasnya.
"Siapa yang berziarah di makam papa?" gumam Ran di dengan Doojoon.
"Aku" jawabnya.
"Kakak selalu ke sini?" tanya Ran menatap Doojoon tidak percaya.
"Iya"
"Kenapa?"
"Minta restu pada orang yang paling kamu cintai" jawabnya tersenyum.
"Pah, papa apa kabar?" sapa Ran menyentuh batu nisan ayahnya. Doojoon memberikan kelopak bunga mawar untuk Ran bersama dengan botol air untuk menyirami makam itu.
"Ran baik-baik saja di sini. Ran juga sudah mewujudkan mimpi papa. Ran sudah jadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain" ucapnya lembut
"Papa bahagia ya di sana, Ran pasti doain papa setiap saat. Ran cinta sama papa" ucapnya sudah meneteskan air mata. Rindu? Sudah pasti dia sangat ingin memeluk ayahnya, tapi kini dunia mereka sudah berbeda. Hanya doa yang bisa menyampaikan betapa hausnya rindu Ran yang tiada akhir pada ayahnya. Sementara Doojoon sudah larut dalam pandangan takjubnya pada Ran saat ini yang sangat sabar menjalani kehidupan nya.
"Kak"
"Hmm?"
"Kita balik sekarang" pinta Ran melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12 siang. Dia mengangguk mengiyakan.
"Terimakasih kak, kakak selalu memahami diriku" ucap Ran tersenyum lega.
"Kenapa kamu selalu berterima kasih padaku? Kamu selalu saja membalas semua yang aku berikan untukmu. Apa kamu risih akan semua usahaku mendekati mu?"
"Itu karena aku tidak ingin berutang pada siapapun. Aku tidak ingin bergantung lagi pada siapapun saat ini" gumamnya
"Aku akan berusaha!" Ucap Ran semangat dengan mengepal kedua tangannya ke langit.
"Berusaha untuk apa?" tanya Doojoon kebingungan.
"Bukan apa-apa kak" jawabnya tersenyum
Tit tit
Bunyi klakson mobil berada depan rumah Ran di Bandung, beberapa buah tangan untuk Muti dan Ibunya. Saat ini Hendra sudah mempunyai tempat tinggal sendiri bersama dengan istrinya.
"Mami..." panggil balita langsung memeluknya erat.
"Putri Elsa kok ada di sini?" tanya Ran manja pada anak kakaknya.
"Kata papa, Elca di sini dulu. Papa cama mama cali uang beli berbi" ucap Elsa masih sulit mengucapkan kalimat dengan benar.
"Om anteng?" ucap Elsa melihat Doojoon yang sudah dekat dengannya. Elsa memberikan julukan om ganteng pada Doojoon jika mereka bertemu. Mata Elsa memang tidak salah melihat seorang lelaki yang sangat tampan.
Ran selalu menahan tawanya jika Elsa memanggil Doojoon dengan julukan om ganteng.
"Kakak ternyata sudah tua ya" ledek Ran menggendong Elsa, ia masih dengan tawanya yang terdengar sangat bahagia.
"Umur boleh tua, tapi aku masih kuat kok" ucap Doojoon bangga.
Ran masih tertawa, Elsa yang kebingungan hanya tersenyum melihat wajah Ran yang memerah karena tawanya.
"Tuh, anak kecil aja suka lihat kamu senyum. Apalagi aku" ucap Doojoon mengelus pipi Elsa lembut. Ran terdiam dan menatap lelaki yang sudah dekat dengan dirinya.
"Sini, biar aku yang gendong" kata Doojoon menggendong Elsa dari pelukan Ran. Elsa sangat suka menempeli pria tampan di depannya, mana mungkin dia menolak.
"Assalamualaikum" salam Rangga memasuki rumah yang sepi di ruang tamu.
"Waalaikum salam" jawab Muti keluar dari kamarnya karena mendengar suara seseorang bersalam.
Brakkk
Buku-buku Muti terjatuh ke lantai, matanya yang membesar karena tidak percaya melihat seorang lelaki tampan mirip seperti pemain film Korea kesukaannya. Tanpa menyapa, ia berlari mencari ibunya yang berada di ruang belakang, ibunya baru saja menyelesaikan sholatnya.
"Mahhh, ada... orang" ucap Muti gelagapan.
"Siapa?"
"Suami kak Ran!" Jawabnya tidak jelas.
"Suami? Kakakmu belum menikah. Kamu kenapa gagap begitu" tanya Andin mengemasi alat sholatnya.
"Elsa mana?" tanya Andin yang menitipkan Elsa pada Muti yang saat ini hanya sendiri. Ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan cucunya di samping Muti.
"Astaghfirullah, Muti lupa kunci pintu kamar tadi pas Muti lagi asik nonton Drakor!" Muti baru mengingat kalau balita yang dia jaga tidak berada di kamarnya.
"Cepat cari!" Seru Andin sangat cemas.
"Kita bisa dimasukkan penjara sama Hendra kalau anaknya hilang" peringat Andin pada anaknya yang nakal sama seperti Ran dulu.
Mereka menuju ke ruang tamu mencari balita yang sangat aktif, hingga mereka juga kewalahan merawat anak Hendra yang tidak bisa diam. Melihat seorang lelaki sedang memangku Elsa di pangkuannya. Doojoon sedang memainkan boneka milik Elsa yang sangat terhibur akan hal itu. Andin tersenyum lega melihat Elsa yang nyaman saat bersama Doojoon.
"Assalamualaikum tante" ucap Doojoon kaget melihat Andin sedang memerhatikan mereka bermain. Ia langsung bangkit dari duduknya demi menghormati orang yang sedang berdiri di depannya
"Waalaikum salam. Cuma kamu ke sini?" tanya Andin mendekati keduanya di ruang tamu.
"Sama Ran tante, dia lagi ambil tas yang kelupaan di mobil" jawab Doojoon sangat sopan.
"Pantesan aja suasananya sunyi banget, ternyata ni anak kecil lagi nempel sama kakak" keluh Muti sudah kesusahan mencari, hingga dia lupa kalau ada seorang tamu yang menunggu.
"Sini biar Elsa sama saya aja, takut ngerepotin" ucap Andin.
"Elsa gak mahu" keluh Elsa memeluk erat kaki Doojoon tidak ingin pisah.
"Biar sama saya dulu tante, Elsa juga sudah kenal saya" ucap Doojoon.
"Assalamualaikum" Ran masuk membawa beberapa barang untuk mereka.
"Waalaikum salam" jawab mereka.
"Mah, tadi itu Elsa ada di teras rumah. Untung aja kita datang di waktu yang tepat kalau tidak, Elsa pasti udah di jalan raya" keluh Ran sudah tahu pelaku yang tidak bertanggung jawab pada Elsa. Mata tajam Andin menatap Muti yang hanya bisa tersenyum paksa karena tahu akan kesalahannya.
"Iya iya, maaf!. Lagian, Elsa yang terlalu aktif jadi ngilang-ngilang mulu dianya" keluh Muti sudah habis kesabaran pada balita yang super duper aktif.
"Pasti kamu lagi nonton Drakor kan? Ngaku enggak!" Ancam Ran cekcok dengan adiknya.
Doojoon hanya asik mendengarkan percakapan diantara keduanya sambil menggendong Elsa. Suasananya mulai memanas " kalau iya kenapa?" tanya Muti menaruh kedua tangannya di pinggang.
"Nakal banget sih ni anak. Lo enggak gue kasih duit jajan lagi" ancam Ran pada adiknya.
"Biarin! Kan ada mama yang ngasih" timpal Muti tidak ingin kalah.
"Mahh~" panggil Ran melihat ibunya.
"Sudah-sudah! Gak usah ribut. Muti, lain kali kalau kamu lagi lakuin sesuatu, jangan lupa kunci pintu kamar kalau sama Elsa" kata Andin menasehati anaknya dengan baik.
"Kok cuma aku yang dibilangin?" keluh Muti menatap tajam Ran.
"Kenapa? Kan emang kamu selalu buat salah" ledek Ran pada adiknya.
"Ran, dulu kamu yang selalu bikin jantung mama mau copot. Adikmu masih mending daripada kamu" keluh ibunya pada Ran.
"Memangnya kenapa tante?" tanya Doojoon penasaran. Mata Ran memberikan kode pada ibunya " jangan ma" ucap Ran pelan.
"Kak Ran itu selalu buat masalah yang melibatkan papa, mama juga kak Hendra. Kak Ran itu selalu buat masalah besar yang bikin dia selalu dimarahin sama mama" adu Muti pada Doojoon.
"Benarkah?" Doojoon melihat ke arah Ran. Ran menghindari tatapan itu."berarti benar ya" gumam Doojoon mengikuti alur.
"Nanti kamu juga tahu sifat dia" kata Andin pada Doojoon.
"Aku tidak sabar akan hal itu" gumam Doojoon tersenyum melihat Ran yang sangat malu.
"Bagaimana dengan persiapan nya?" tanya Andin pada menantunya.
"Alhamdulillah, semua sudah diselesaikan" jawabnya.
"Lalu, kenapa kalian kemari? Seharusnya kalian beristirahat dan tidak keluyuran seperti ini" ucap Andin.
"Aku mau jemput mama" ucap Ran mengajaknya ke Jakarta.
"Mama akan pergi dengan kakakmu besok" jelas Andin pada anaknya.
"Ma, acara Ran itu dua hari lagi. Aku mau mama secepatnya datang ke sana" ucap Ran berharap.
"Iya sayang. Mama pasti akan berada di sana secepatnya" ujar Andin.
"Kalau begitu, aku pamit dulu ma. Mama hati-hati di jalan ya. Telfon Ran kalau udah berangkat" pesan Ran yang sudah diperintahkan untuk tidak kemana-mana dan tetap berada di rumah.
"Kita pamit dulu tante" ucap Doojoon bersalaman pada mama Ran.
"Panggil saya mama saja. Kamu adalah bagian dari kami sekarang" pinta Andin pada anak mantunya.
"Iya... ma" jawabnya kaku.
"Hati-hati di jalan"
Don't forget to follow guys. Give 5 rating for my novel. thanks
Share this novel