Saat ini Ran berada di halaman perusahaan yang sedang di jaga oleh security di pintu utama. Gedung pencakar langit yang baru saja di bangun oleh perusahaan besar itu di pimpin oleh suaminya sendiri.
Ribuan calon pekerja mencoba untuk mendaftar di perusahaan ini, rata-rata calon pekerja berasal dari Indonesia. Setengah dari para pendaftar diterima dengan seleksi administrasi, bahkan wawancara demi mendapatkan yang terbaik dan berkualitas.
Ini pertama kalinya Ran mengunjungi perusahaan Doojoon yang baru beroperasi hampir dua tahun. Perusahaan yang berada di bawah tangan ayahnya kini pindah ke anaknya yaitu Doojoon.
Tiba di meja resepsionis, Ran menyapa dua wanita yang berpakaian formal di hadapannya
"Selamat siang Mba, ada yang bisa saya bantu?" Tanya karyawan penjaga lobi
"Saya mau ketemu suami saya" jawab Ran membuat keduanya bingung
"Ahh, saya mau ketemu sama mas Doojoon" ucap Ran menjelaskan
Keduanya menahan tawa, "pftt...maaf mba Presdir sedang rapat bersama para ketua divisi" jawab mereka sopan
"Kenapa kalian tertawa?" Tanya Ran juga ikut tersenyum melihat keduanya
"Mba, semua wanita juga mengatakan hal sama jika berkunjung ke perusahaan ini. Maaf sebelumnya, bukannya kami tidak percaya. Kami harap mba mengerti " ucap mereka dengan sopan agar tidak melukai tamu yang datang berkunjung
Ran tersenyum, dia teringat beberapa tahun lalu di situasi yang sama seperti ini. ternyata mereka orang yang berkualitas juga dapat dipercaya
"Kalau begitu saya akan menghubungi suami saya" ucap Ran langsung menghidupkan handphonenya lalu menghubungi seseorang yang katanya sedang rapat
"Halo assalam-" Belum sempat Doojoon mengucapkan salam, sang istri sudah kesal deluan
"Ternyata banyak juga ya yang ngaku istri kamu ke sini" ucap Ran mengungkit di hadapan para karyawan yang ikut menyaksikan wanita cantik di hadapan mereka.
"Assalamualaikum!" Ucap Doojoon singkat
"Waalaikum salam" jawab Ran.
"Kamu di mana, Hm?" Tanya Doojoon mengangkat sebelah tangannya untuk menahan para ketua divisi menjelaskan pemaparan mereka yang sedang presentasi
"Aku di lobi, gak bisa ke atas katanya aku wanita yang kesekian kalinya yang mengaku sebagai istri kamu" ucap Ran dengan nada ketusnya, padahal dia tersenyum bersama dengan dua karyawan di depannya.
Doojoon segera menuju lift menekan tombol lantai di mana ran saat ini berada
Karyawan itu membulatkan matanya, sepertinya memang benar wanita muslimah cantik di depan mereka ini adalah istri dari Presdir di perusahaan ini
Ran mengangguk lalu mengedipkan matanya kepada kedua karyawan lobi. Mereka langsung menunduk patuh namun Ran memberikan kode untuk bersikap santai saja.
"Udah makan?" Tanya Doojoon lembut menuju ke bawah, dia masih berada dalam lift
"Belum, daritadi kepala aku pusing. Aku pulang aja kali ya?" Ucap Ran manja
Ran tidak bisa makan apapun kecuali dari suapan tangan Doojoon juga masakan buatannya. "Tunggu aku di bawah. Jangan kemana-mana" pesan Doojoon langsung mematikan handphonenya
Ran hanya senyum manis menunggu suaminya, memang dia merasa agak sedikit pusing juga merasa sangat lelah sehabis mengajar tanpa mengonsumsi apapun
Lift terbuka lebar, Doojoon bersama sang sekertaris berjalan ke arah Ran dengan wajah ceria.
Srukk
Tanpa berbicara Doojoon langsung memeluk sang istri karena sudah sangat rindu padahal baru berpisah tadi pagi saat pergi kerja. Apalagi Ran yang sangat suka menghirup aroma tubuh Doojoon yang khas membuat keduanya jadi pusat perhatian.
"Mau makan apa?" Tanya Doojoon lembut, ia melihat wajah Ran sedikit pucat sembari mengelus perut yang sudah timbul dengan lembut
"Mau makan nasi Padang komplet, sama ice cappucino topingnya boba" pesan Ran berfikir keras
Doojoon langsung melirik Reza yang sudah mengerti. "Bilang sama kurirnya gak pake lama. Waktunya 5 menit sampai ke sini" pesan Doojoon di balas anggukan oleh Reza.
Kedua karyawan hanya bisa menganga melihat sang Presdir yang sangat lembut pada istrinya, lebih tepatnya manja sih "Mereka berdua amanah banget" tunjuk Ran dengan kedua matanya ke arah karyawan Doojoon
"Kan aku bosnya, jadi semua hal kecil akan terkoordinir dengan baik" ucap Doojoon membanggakan diri di hadapan sang istri
"Cup. Aku bangga sama kamu" bisik Ran di telinga Doojoon setelah melayangkan kecupan singkat di pipinya
"Ughh, aku pengen makan kamu" lirih Doojoon di telinga Ran
Plakk
"Mas Doojoon mulai lagi!" Ketus Ran melirik suaminya kesal. Namun di balas kekehan oleh sang suami. Apalagi memang trisemester pertama Doojoon belum pernah mendapatkan jatah demi keamanan janin di dalam perut Ran, hingga akhirnya Doojoon hanya mengeluh manja menggoda Ran meminta jatah jikalau dia sudah tidak sanggup melihat kegemasan Ran setiap harinya
Para ketua divisi di buat kaget melihat sang bos membukakan pintu seorang wanita asing bagi mereka. Tapi ada juga yang tersenyum karena sudah tahu hubungan di antara keduanya
Doojoon segera mempersilahkan sang istri duduk di kursi pimpinan rapat, sedangkan ia mengambil kursi dan menaruhnya di samping Ran. "Lanjutkan" ucap Doojoon langsung kembali fokus.
Ran merasa sangat nyaman duduk bersandar di kursi empuk itu sambil memerhatikan ketua divisi menjelaskan. Tiba-tiba dari bawah meja, tangan Doojoon masuk di jemari Ran dengan wajah serius memerhatikan mereka.
Doojoon menengok Ran yang mulai menutup matanya merasa kantuk. Beberapa menit kemudian, Reza datang membawa pesanan mereka, Ran yang hampir terlelap langsung terbelalak mencium wangi makanan yang membuat perutnya menagih terus.
Reza sudah membawa piring bersih, air mineral bersama dengan satu karyawan yang membantu membawa makanan Ran.
"Gak apa-apa makan di sini? Aku tunggu kamu di ruangan aja" Bisik Ran melihat kondisi yang sangat formal.
"Gak apa-apa, yang penting kamu sama anak-anak aku kenyang" jawab Doojoon sudah menaruh se bungkus nasi padang komplit di atas piring tanpa peduli dengan orang-orang tua yang melirik mereka tapi kembali fokus.
Doojoon melepaskan jas nya lalu menuju ke wastafel membawa sebotol air mineral. Dia pergi mencuci tangannya untuk menyuapi Ran yang sudah menyeruput minuman bobanya dengan happy
Doojoon melipat lengan kemejanya juga jam tangan yang lepaskan agar tidak terkena makanan nantinya. Doojoon kembali ke tempat duduknya lalu mengambil piring yang sudah berisi makanan dan langsung menyuapi Ran.
Dengan lahap Ran membuka mulutnya dengan suapan yang terus-menerus masuk ke mulut melalui tangan Doojoon. Seorang lelaki yang memiliki OCD itu kini hilang bagai di telan bumi demi sang istri.
Ran terharu dan bangga melihat Doojoon yang tetap fokus menyaksikan para ketua divisi memberikan penjelasan mereka meski tangannya sedang menyuapi Ran.
"Banyakin sambalnya mas, itu ayamnya juga" ucap Ran dengan mulut monyong nya yang dipenuhi nasi
"Em" jawab Doojoon telaten menyuapi sang istri. Reza hanya tersenyum melihat keduanya sangat serius pada tugas masing-masing
"Kamu gak mau?" Tanya Ran selalu menatap Doojoon.
"Enggak" jawab Doojoon melihat ke arah piring mengambil lauk menyuapi Ran lalu kembali fokus lagi dengan pikiran keras di dalam kepala nya. Kadang-kadang Doojoon mengangguk paham dari penjelasan mereka
Suapan itu semakin lama semakin banyak di tangan Doojoon, semua itu karena perintah dari Ran.
"Ganteng banget sih suamiku" gumam Ran tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Doojoon.
Tiba di mana suapan terakhir, Doojoon mengambil semuanya lalu menyuapi Ran dengan senyuman dan arti kalau makanannya di habiskan dengan bersih. Saat tangan Doojoon mendarat di bibir itu, Ran merapatkan bibirnya, Doojoon melirik memberikan kode membuka mulutnya di suapan terakhir, Ran tersenyum jahil. Ran membuka mulutnya menahan jemari Doojoon dengan giginya, Doojoon menariknya tapi tangan Ran menahan pergelangan nya. Ran menjilati jemari Doojoon yang masih berada dalam mulutnya. Doojoon menelan ludahnya kasar, menatap Ran dengan tatapan kaget.
"Aku masih mau" rengek Ran melihat satu bungkus nasi lagi.
Reza memang membeli 2 bungkus nasi Padang dan 2 minuman Boba untuk Ran dan Doojoon.
Tak
Piring itu terlepas, untung saja letak piring dan meja tidaklah jauh, tapi bergeming di ruangan itu. Semuanya langsung melihat ke arah suara piring itu.
Doojoon menutupi wajahnya dengan tangan kirinya yang nganggur. Doojoon menyembunyikan senyuman nya yang merona "wanita ini selalu saja membuatku gila" gumam Doojoon hanya di dengar oleh Ran
Doojoon menghela nafas panjang dan Ran puas berhasil menggombal suaminya dalam diam "rapat kita akhiri sampai di sini saja" ucap Doojoon lalu semuanya keluar setelah memberikan salam padanya.
"Masih mau?" Tanya Doojoon dengan senyuman nya
Ran mengangguk ceria "suapin lagi" pinta Ran menghadap ke arah Doojoon.
"Reza, hasil rapat hari ini kumpulkan, buat dalam berkas dan kirim lewat email" pesan Doojoon pada Reza yang masih siap sedia.
"Baik pak, saya permisi dulu" jawab Reza menuju ke ruangan nya.
Ran menghabiskan dua bungkus nasi Padang itu dalam sekejap. Tangan Doojoon yang berlumuran dengan sambal dan berbagai macam bumbu di dalamnya. Doojoon kembali mencuci tangannya di toilet pria, tentu saja Ran mengikuti dan menunggu di depan toilet sambil menggenggam minuman bobanya yang masih tersisa satu gelas plastik cup berukuran besar.
Ran bersandar di dinding sambil menyeruput minuman nya. Setelah Doojoon keluar, Ran menyerahkan jas miliknya dan langsung di pakainya.
"Mas..." Lirih Ran menarik jas Doojoon di lengannya
"Apa sayang?" Tanya Doojoon menatap sang istri yang pipinya sudah mulai naik
"Aku... pengen pulang" rengeknya manja
"Kenapa pengen pulang? Kamu gak nyaman di sini?" Tanya Doojoon cemas
"Aku nyaman kok" jawab Ran
"Terus kenapa? Ada yang ganggu kamu?" Tanya Doojoon memangku wajah sang istri, memerhatikan setiap bagian indah di wajahnya
"Aku... ngantuk...hoam" jawab Ran dengan nguapan mulut seperti bentuk o
Doojoon paling suka ketika Ran manja, karena dia selalu bertingkah imut mengekspresikan perasaan nya pada Doojoon
Cup
Doojoon mengecup kedua pipi chubby lalu berkata "tenang saja, aku sudah menyiapkannya di ruangan ku"
Doojoon membawa istrinya masuk ke dalam ruangan nya yang berada di lantai paling atas
Tak
Ketika pintu itu terbuka, ruangan yang sangat luas di lengkapi oleh sofa, TV, kulkas yang berisikan banyak makanan dan minuman dan yang paling menarik di sudut ruangan terdapat sebuah kasur king size yang diberikan pembatas tirai yang bisa di atur melalui remote control.
"Wahh" Ran terkesima melihat ruangan itu sangat mewah dan luas. Baru kali ini dia melihat ruangan bos yang memiliki fasilitas lengkap seperti apartemen
Ran langsung duduk mencoba sofa panjang di depan meja Doojoon. Memeriksa minuman dingin di dalam kulkas, ia mengambil sebuah minuman botol. Mata Doojoon langsung melebar "No Ran, minuman kamu masih belum habis" ucap Doojoon menggenggam gelas cup plastik minumannya.
Ran langsung mengembalikannya lalu duduk di sofa kembali. "Katanya ngantuk" ucap Doojoon melepaskan jas nya dan menaruhnya di gantungan pakaian di samping meja kerja
"Dikit lagi, tunggu nasinya turun" jawab Ran bersandar di sofa nan empuk seperti bantal
Doojoon menghampiri Ran, duduk di sampingnya "kalau gitu, biar aku bantuin nasinya turun" bisik Doojoon sepertinya meminta jatah. Tangan kekar itu sudah mulai membuka kancing dada Ran dengan lsmbaty
"Hm?" Ran pura-pura tidak tahu, ia menghindar dari Doojoon.
"Hoamm, aku tidur sekarang" ucap Ran langsung bergegas menuju kasur mencoba menghindar dari sang singa yang aktif
Doojoon tahu sang istri tahu kode yang sudah dia berikan "ngapain?" Tanya Ran diikuti dari belakang
"Boboin kamu" jawab Doojoon polos
"Beneran? Gak minta yang lain kan?" Terka Ran menatap curiga
"Hehe, kok tahu aku minta yang lain" jawab Doojoon semakin menyudutkan sang istri hingga menempel di dinding
"Tapi"
"Tiga puluh menit aja, oke?" Doojoon menawar, kali ini dia sudah tidak bisa menahan birahinya
"Tapi ini di kantor, kalau ada yang masuk gimana?" Jawab Ran
Tit
Doojoon mengambil remot control untuk menutupi tirai, "tidak ada yang berani masuk" jawab Doojoon langsung melahap bibir itu dengan lembut, membawanya ke sebuah tempat di mana mereka akan melakukannya.
"Thanks for the dessert, my love" bisik Doojoon langsung melaksanakan keinginannya.
30 menit setelahnya Doojoon sudah berada di singgasananya melanjutkan dokumen yang belum terselesaikan. Sedangkan Ran tertidur dengan pulas nya. Mungkin karena bukan perintah dari dokter, Doojoon sudah melakukannya sampai beberapa sesi dan lebih liar dari biasanya, tapi demi menjaga keselamatan sang janin dia dan istrinya harus bisa mengontrol diri.
Doojoon melihat ke arah kasur yang tirainya di buka kembali agar dia bisa melihat sang istri di dalam selimut. Sesekali Ran bergerak mencari posisi nyaman karena memang akhir-akhir ini dia sangat cepat kelelahan dan cepat mengantuk, apalagi kalau malam hari dia selalu begadang karena pusing dan mual yang selalu mengganggunya.
"Mas Doojoon..." Panggil Ran mulai sadar.
"Ada apa sayang?" Doojoon menghampirinya, ia membelai Ran yang masih nyaman terbalut selimut tapi kakinya berada di luar karena kebiasaan Ran yang suka menggesek gesekkan kakinya di kasur.
"Sekarang jam berapa?" Tanya Ran merangkul pinggang Doojoon yang berada di sudut kepala kasur
"Udah mau malam" jawab Doojoon mengecek melalui jam tangannya
"Kenapa gak bangunin aku?" Tanya Ran masuk ke dalam pinggang Doojoon dan memeluknya erat
"Tunggu kamu bangun. Masih mau bobo lagi?" Tanya Doojoon membalas pelukannya
"Enggak, aku mau pulang, Bobonya nanti di lanjutin di rumah" jawab Ran
"Oke, sekarang pakai baju dulu. Terus kita pulang" pinta Doojoon lembut.
Ran bangun dari tidurnya dan bersandar di kepala kasur, Doojoon membantunya memakai pakaiannya sampai selesai. Wajah Ran yang masih menguap karena belum mendapatkan tidur yang cukup membuat Doojoon merasa kasihan
"Mau mas gendong sampai ke bawah?" Tawar Doojoon saat mereka akan keluar ruangan Presdir
"Kamu gak capek?" Tanya Ran menatap tulus Doojoon yang masih saja segar
Doojoon tersenyum, tanpa menjawab dia langsung menggendong Ran ala bridal style "bobo aja, nanti mas bangunkan kalau sampai rumah" pesan Doojoon bersemangat
Ran merangkul leher Doojoon menghirup wangi khas yang melekat di tubuh pria kokoh itu. anehnya Ran terlelap dalam beberapa menit di dekapan Doojoon
Setibanya di rumah Doojoon sama sekali tidak membangunkan Ran meskipun Ran berpesan untuk membangunkannya.
Share this novel