Episode 16

Romance Series 19934

"menurutmu?"

"Berarti hubungan antara kita maju selangkah kan?" Ucap Doojoon mendekatinya perlahan hingga kedua mata mereka saling bertemu.

"Em" jawab Ran tersenyum.

"Ahh!" Teriak Doojoon menutupi kedua matanya, ia memeriksa keadaan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.

"Weyoo?" tanya Ran

"Senyum kamu bikin aku diabetes" kata Doojoon tidak berani menatap Ran.

"Look at me Mas" pinta Ran mencoba menambah bumbu di wajah Doojoon yang tersipu

"Aku gak bisa" jawabnya menghindar

"Weyoo Oppa" kata Ran memanjakan nada suaranya. Bukannya malu justru makin membuat Ran makin menjadi-jadi menggoda Doojoon yang tidak berdaya di hadapannya.

"Berhenti Ran. Percayalah kalau saat ini otakku sudah tidak bisa berfikir jernih" tutur Doojoon sudah menahan dirinya untuk melahap sebuah dessert yang sangat manis di depannya. Hingga Ran tidak menyadari kalau dia sangat asik mengusik Doojoon tanpa berfikir panjang.

Suasana menjadi kikuk ketika Doojoon memberikan peringatan terakhirnya. Suasana canggung di depan layar TV yang berjalan tanpa mereka sadari. "Pft. Jadi kamu sukanya usilin orang ya?" tanya Doojoon menahan tawanya.

"Enggak kok" kata Ran meyakinkan.

"Oh"

"Oh?"

"Iya"

"Oke!" Singkat Ran merasa sedikit kesal, ia melihat Doojoon memegang perut nya menahan tawa. Sepertinya Doojoon tidak percaya dengan jawaban yang Ran berikan.

"Hahaa...kamu diancam dikit aja udah gugup gitu" kata Doojoon melepaskan tawa nya.

"Gak lucu!" Ran ngambek

"Gak heran kak Hendra selalu khawatir sama kamu, mirip anak kecil. Kayaknya... lebih dewasa Muti daripada kamu" pikir Doojoon mencoba untuk lebih masuk ke dalam relung hati Ran dengan sebuah percakapan ringan yang menyenangkan.

"Gak usah ngomong sama anak kecil kalau gitu!" Ketus Ran beranjak dari sofa

Tep

"Tapi aku suka" Doojoon menarik Ran tepat berdiri di depannya "kamu itu selalu bikin aku takjub sama sifat kamu" puji Doojoon menggenggam tangan Ran kemudian mengecupnya.

"Aku suka lihat kamu yang kayak gini. Kamu udah nunjukin perasaan kamu yang sebenarnya, gak ada jarak diantara kita. Kadang aku berfikir, apakah Ran akan selalu dingin kepadaku? Apakah Ran menunjukkan jati dirinya padaku? Begitu banyak pertanyaan tentangmu yang tidak bisa aku pecahkan hingga saat ini"

"Kenapa kamu tidak menanyakan nya padaku?"

"Aku tidak ingin menggali luka yang telah kamu kubur dalam-dalam" ucap Doojoon

"...."

"Karena tujuanku adalah membuat sebuah lingkaran yang di dalamnya ada kebahagiaanmu, aku tidak ingin merusak lingkaran kita yang akan berubah menjadi goresan untuk melukaimu hingga luka-luka itu kembali lagi"

"Aku gak tahu harus jawab apa" ujar Ran

"Cukup terima saja semua yang aku berikan kepadamu" jawab Doojoon masih menggenggam tangan Ran.

"Kok lama banget ya pulangnya" gumam Ran menyantap Snack milik Elsa yang masih tersisa di atas meja. Saking keasikan tanpa terasa waktu hampa sejam berjalan hingga menunjukkan pukul 10:00 malam.

"Kamu udah laper?"

"Sedikit"

"Kita cari makanan di kulkas aja, siapa tau ada yang bisa di makan" kata Doojoon beranjak dari sofa menuju ke dapur. Ia memeriksa kulkas hanya berisi telur dan beberapa sayuran hijau.

"Ran" panggil Doojoon

"Hm?"

"Mau makan omelet?" tawar Doojoon

"Terserah, kan mas juga yang makan" jawab Ran menghampiri Doojoon.

"Terus kamu?"

"Udah kenyang habisin Snack punya Elsa. Terus aku harus lakuin apa?" tawar Ran ingin membantu

"Kamu nonton TV aja. Biar aku yang masak, gak ribet juga buat omelet" tutur Doojoon mendorong lembut Ran

"Beneran nih?"

"Iya. Beneran" jelas Doojoon

Ran buru-buru pergi melanjutkan animasi kesukaannya, ia kembali duduk di atas sofa dengan tenang dan serius.

"Mereka ke mana sih!" Oceh Ran tapi masih fokus di depan TV

Ran melirik ke luar jendela sebuah cahaya yang sangat ia tahu. Petir yang mulai bergantian dari sisi kiri ke kanan.

Ia buru-buru menghampiri Doojoon yang baru saja menyelesaikan masakannya.

Duarrr!!! Bunyi guntur yang sangat besar

"Mama!!!" Teriak Ran refleks

"Ran. Kamu kenapa?" tanya Doojoon langsung menghampiri Ran

"Aku...baik" jawab Ran mulai pucat.

Doojoon langsung mengerti apa yang Ran rasakan "jangan takut, ada aku" ucap Doojoon menenangkan Ran.

"Mas"

"Hm?"

"Aku mau pipis" adu Ran menatap Doojoon berharap

"Terus?" tanya Doojoon pura-pura berfikir. Padahal ia mengerti kalau Ran membutuhkannya. Ia ingin melihat sampai mana batasan yang Ran buat diantara keduanya

"Temenin... boleh?" ucap Ran agak sedikit memaksa.

"Boleh" jawab Doojoon tersenyum.

"Cepetan, aku udah gak tahan" keluh Ran menarik tangan Doojoon menuju toilet.

"Tunggu di sini ya. Jangan ninggalin aku" pesan Ran langsung menutup pintu WC karena sangat kebelet.

"Memang seperti anak kecil" gumam Doojoon tertawa, ia menunggu Ran di depan pintu tanpa berpindah sedikitpun.

Klek

"Udah?"

"Udah. Gumawo" ucap Ran tersenyum lega.

"Sama-sama" jawab Doojoon mengelus kepala Ran yang ditutupi jilbab.

"Mas..."

"Hm?"

"Aku laperrr..." keluh Ran manja.

"Tadi katanya gak laper" balas Doojoon kebingungan. Tapi dia suka akan sikap manja Ran, seperti sebuah kecanduan yang tidak pernah bisa cukup baginya.

"Yaudah, makan bareng aja" ajak Doojoon masih sangat ingin melihat sikap manja Ran.

Doojoon menyiapkan piring dan Ran yang menata di meja makan. Makanan seadanya di malam yang begitu dingin karena hujan yang deras bersama dengan petir. Kadang Ran tersentak karena bunyi petir, tapi masih bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri karena ada Doojoon yang menemani. Hingga akhirnya mereka memilih untuk beristirahat di kamar Ran.

Melihat Doojoon sudah memindahkan bantal untuk tidur di sofa kamar, seperti biasa Doojoon sendiri yang tidak ingin memaksa kehendaknya sendiri melainkan demi kenyamanan Ran.

"Mas, gak usah pindah" ucap Ran pelan

Deg!

"Maksudnya...?"

"Iya, kita bobo bareng aja"

"Tapi kamu..."

"Ini keinginan ku mas" tegas Ran langsung mengambil bantal guling yang sudah berada di sofa berukuran kecil.

Ran memberikan sisi kasur untuk ditempatkan Doojoon. "Sini" panggil Ran menepuk di sebelah tubuhnya yang sudah masuk dalam selimut.

Dalam hati Doojoon sangat ingin berteriak saking senangnya. Ia perlahan masuk dalam selimut yang sama dengan Ran.

Sruk

"Mas, selimutnya jangan dipakai setengah, kayak gini" ucap Ran memperbaiki selimut yang awalnya berada di perut Doojoon, dinaikkan ke atas dada Doojoon setara dengan Ran.

Tatapan Doojoon memerhatikan Ran yang mulai menutup mata di hadapan Doojoon.

"Kamu kenapa?" tanya Doojoon memerhatikan gerak-gerik Ran menyentuh perutnya.

"Ma'ag kayaknya" pikir Ran.

"Kan kamu udah makan tadi" pikir Doojoon cemas

"Gak apa-apa mas. Ketahanan tubuh aku udah gak kayak dulu lagi. Sekarang aku gak tahan dingin, terus ma'ag aku udah akut. Aku bisa tahan kok" jawab Ran masih menutup matanya dengan raut wajah menahan rasa sakit.

"Memangnya tadi makan apa pas aku gak ada?" tanya Doojoon

"Mmm... Indomie 2 bungkus" jawab Ran mengingat

"Kamu ma'ag akut terus konsumsi mie! Terus seharian ini kamu makan nasi gak?" tanya Doojoon.

"Tadi pas sama kamu" jawabnya

"Astaghfirullah. Obat kamu mana?" tanya Doojoon tidak percaya. Ternyata wanita yang sangat dewasa ini masih seperti anak kecil yang tidak pandai mengurus dirinya sendiri.

"Aku udah biasa mas, sakit seperti apa lagi yang gak pernah aku alami" tahan Ran ketika Doojoon ingin beranjak dari baringnya. Bukannya Ran tidak ingin minum obat, melainkan berfikir kalau Doojoon ke bawah mengambil air dan dia pasti akan ditinggal sendirian di kamar

"Terus aku harus lakuin apa?" tanya Doojoon cemas.

"Gini" ucap Ran mengarahkan. Tangan Doojoon dijadikan bantal untuk Ran. "Nanti hilang sendiri kok. Kita bobo aja" tutur Ran menempatkan tangannya tepat berada di jantung Doojoon.

"Kenapa kamu suka sentuh dada aku?" tanya Doojoon selalu penasaran. Apalagi jika Ran memeluk Doojoon, selalu saja tangannya berada tepat di dada Doojoon.

"Aku suka ngerasain detak jantung kamu yang berdebar kencang" jawab Ran mulai merasa kantuk

"Bismillahirrahmanirrahim.
Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut" ucap Doojoon membelai rambut Ran lembut. Ia memandangi wanitanya yang begitu manis. "Ya Allah, lindungi Ranku yang sangat imut ini" gumam Doojoon mengecup kening Ran.

Ran terlelap karena belaian Doojoon yang selalu siap sedia menjaganya. Doojoon makin mendekatkan dirinya pada Ran, memeluknya seperti bayi agar Ran tidak terbebani oleh berat Doojoon saat memeluknya. "Allah give you to me, and I will always by your side until this world end"

maaf uploadnya lama. love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience