Tiba di mana hari yang di nanti-nanti oleh para warga kompleks dalam peringatan hari kemerdekaan yang diselenggarakan langsung di lapangan berhadapan dengan rumah Ran.
Semarak warna merah putih kini berada dalam setiap orang-orang yang ikut lomba maupun ikut memeriahkan. Termasuk Ran yang sangat cantik dengan balutan merah putih bersama dengan Doojoon yang selalu menemani.
Sebuah pita merah kecil menempeli jilbab putih Ran yang sangat cantik. Terusan rok putih yang dilapisi oleh kaos merah di yang semakin menambah nuansa kemerdekaan yang sangat ramai.
"Masih mual enggak?" Tanya Doojoon berbisik di telinga Ran. Kondisi mereka saat ini sangatlah ramai di kelilingi oleh bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak yang berlari-lari.
Saat ini mereka sedang menyaksikan anak-anak yang sedang mengikuti lomba makan kerupuk hingga yang bermacam-macam sampai semua lomba selesai hingga sore hari
Sedikit pusing karena begitu banyak bau parfum maupun keringat yang sangat tercium jelas di hidung Ran, bahkan dia selalu membawa jeruk sebagai alat untuk mensterilkan bau jikalau dia ingin muntah.
"Kalau capek bilang mas ya" bisik Doojoon lagi masih menemani Ran yang hanya melihat dari kejauhan.
Mereka berdua menonton dari tenda yang sudah disediakan meskipun di sekeliling sangat ramai "Mas" panggil Ran di sampingnya
Doojoon sigap langsung membalas
"Kamu ikut lomba panjat pinang kan?" Tanya Ran melihat nama Doojoon sudah masuk ke dalam grup 1.
"Iya. Atau aku batalin aja?" Jawab Doojoon ragu karena sudah pasti Ran tidak ada yang menemani
"Jangan dong! Nanti mereka kecewa sama kamu" jawab Ran
"Tapi..."
"Tapi apa sayang?"
"Tapi aku enggak mau kamu lepas baju ini" oceh Ran menyentuh lengan baju Doojoon
Doojoon tersenyum, dia tahu maksud Ran dengan wajah sedihnya itu
"Iya, aku enggak buka baju" jawab Doojoon
"Mas"
"Hm?"
"Pusing"
"Sandarin kepalanya di bahu sini" ucap Doojoon menarik kursi Ran merapat dengan kursinya
"Atau kita balik ka rumah. Nontonnya dari lantai dua aja" ucap Doojoon sangat teliti
"Enggak mau! Nanti aku enggak lihat kamu sebentar"
"Kan masih lama sayang"
"Biarin, aku penasaran" jawab Ran masih bersandar di bahu Doojoon dengan nyaman.
Brakkk
Ran berlari menuju ke rumah nya. Dia kembali pusing dan mual yang semakin parah.
"Oekkk!"
"Oekkk"
Ran mengeluarkan muntah di taman rumah karena sudah tidak sempat lagi untuk masuk.
"Kita di rumah aja" ucap Doojoon dengan tegas.
Wajah Doojoon sudah tidak bisa berbohong lagi melihat raut wajah yang tidak baik-baik saja di hadapannya.
Sungguh perasaan yang sangat tidak mengenakkan bagi Ran. Penciuman yang sensitif terhadap bau orang-orang di sekelilingnya, mood yang berubah-ubah dan Ran yang semakin sensitif mudah menangis.
Srukk
"Sekarang tidur. Enggak ada drama-drama nonton keluar lihat mereka" ucap Doojoon sudah membawa Ran di dalam kamar.
"Terus kamu gimana?"
"Aku di sini temenin kamu. Semalam kamu enggak bisa tidur kan? Sekarang mata nya tutup" ucap Doojoon langsung menutup semua tirai yang menyilaukan kamar mereka.
"Sini" panggil Ran menunggu Doojoon naik ke kasur lebih dulu
Doojoon langsung naik ke kasur, menarik Ran masuk ke dalam pelukannya. "I'm okay" lirih Ran sembari menutup matanya di dada Doojoon
"Apa semua ibu hamil seperti ini?" Gumam Doojoon dalam hati. Doojoon yang melihat istrinya saja seperti tidak sanggup merasakan mual, pusing bahkan sampai mengganggu tidur Ran yang akhir-akhir tidak biasa. Apalagi, berat badan Ran semakin turun setiap harinya.
"Mas"
"Hm?"
"Kamu marah ya?"
"Enggak"
"Kok kamu cuma diam aja?"
"Maaf sudah buat kamu tersiksa seperti ini" lirih Doojoon mengelus kepala yang masih berada dalam dekapannya
"Maaf juga aku ngerepotin kamu terus"
Air mata kembali mengaliri pipi Ran yang sedang bersandar di dada bidang itu.
"Lah! Kok nangis?" Tanya Doojoon khawatir.
"Kata Vina trisemester awal dia enggak terlalu banyak mual kayak aku. Aku takut terjadi sesuatu sama janin kita" keluh Ran sudah memikirkan hal ini sejak lama.
Kecemasan akan trauma nya dulu yang mungkin akan berdampak pada janinnya semakin membuat Ran cemas dan takut untuk membahas ini dengan Doojoon.
Sudah pasti Doojoon juga merasakan hal yang sama, tapi dengan semua perlakuan dan tindakan yang dilakukan oleh Doojoon terhadap Ran dan janinnya adalah hal yang sudah di siapkan lebih dulu melalui dokter-dokter handal yang selalu Doojoon hubungi diam-diam.
"Gimana kalau besok kita check up dulu ke dokter?"
Ran terdiam "gimana kalau terjadi sesuatu sama janin kita?"
"Aku tidak akan membiarkan hal-hal yang ada di pikiran mu itu terjadi. Kamu dan janin kita akan baik-baik saja selama kamu happy dan tidak stress memikirkannya" tutur Doojoon dengan hati-hati
"Mas"
"Hm?"
"Kalau seandainya kamu harus memilih antara menyelamatkan ku atau janin kita, siapa yang akan kamu pilih?"
"Kamu lah"
"Jadi kamu enggak mau pilih janin kita?"
"Sayang, apapun yang terjadi kamu tetap nomor satu di hidup aku. Dan kalaupun harus memilih, kamu tidak ada pengecualian" jawab Doojoon dengan tegas
"Berarti cuma aku dong yang sayang sama mereka" keluh Ran sampai membuat Doojoon memijit pelipisnya tidak sanggup mendengar semua pertanyaan-pertanyaan jebakan yang memperumit pikirannya
"Kalau gitu, apapun yang terjadi sama aku, mereka tetap jadi pilihan utama sebelum aku" lirih Ran.
Kalimat itu adalah yang terakhir Ran ucapkan sebelum dia tertidur pulas dalam dekapan Doojoon.
Entah bagaimana Ran bisa memikirkan hal yang belum terjadi sampai sejauh itu. Membuatnya semakin cemas saja.
Pukul 3 sore, perlombaan terakhir adalah memanjat pohon pinang yang sudah dilumuri oleh cairan licin yang membuat para kelompok akan kesusahan untuk mengambil hadiah yang sudah di siapkan di ujung pohon.
Terdapat lima tim di mana Doojoon juga ikut berpartisipasi dalam kelompok 1 bersama dengan ketua RT.
Begitu banyak kaum hawa yang ikut menyaksikan karena rata-rata para personil adalah para lelaki dewasa dan bapak-bapak yang masih kuat untuk memanjat.
"Semangat tim 1" teriak para cewek-cewek cantik yang melihat Doojoon sangat tampan dan paling tinggi di antara semua tim
"Ehh, itu bukannya kakak yang beli pembalut di minimarket" ucap seorang gadis yang mengingat Doojoon
"Oppa semangat!" Ucap Ririn menyemangati, tentu saja orang-orang yang lain juga ikut menyuarakan
Doojoon tidak peduli, yang ada di benaknya adalah menyelesaikan pertandingan ini lalu menghampiri Ran yang masih tertidur pulas di kamarnya
"Eh, anda ikut juga?" Ucap Doojoon bertemu dengan rekan kerja di perusahaan, lebih tepatnya adalah sepupu dari almarhum Rangga yang kini menjadi presiden direktur di Aditya company, Alvin Almahendra
"Iya pak, anda ikut juga ya" jawab Alvin dengan senyuman hangatnya menyapa.
"Wah, sepertinya penonton sangat bersemangat ya pak" ucap Alvin melepaskan bajunya hingga suasana semakin panas
"Iya pak, sepertinya semangat mereka itu untuk bapak" ucap Doojoon dengan santai
"Waduh! Jangan dong pak, nanti istri saya marah" ucapnya masih basa basi dengan Doojoon
"Loh, bajunya enggak di lepas pak?" Tanya Alvin melihat Doojoon masih dengan kaos putihnya yang cerah
"Enggak pak" singkatnya
"Pasti kotor pak bajunya. Susah juga kalau naiknya pakai baju" ucap Alvin sudah sangat ahli, sedangkan ini adalah pengalaman pertama Doojoon mengikuti lomba ini.
Ya, hingga akhirnya lomba di mulai, benar saja Doojoon kesulitan dalam memanjat pohon dengan bajunya hingga akhirnya dia melepaskan nya.
Suasana semakin rius dengan teriakan para ibu-ibu dan wanita-wanita yang menyemangati lelaki mereka yang sedang berjuang.
Teriakan itu membuat seorang tuan putri terganggu hingga terbangun dari tidurnya. "Emh..mas Doojoon?" Panggil Ran sudah tidak menemukan Doojoon di samping nya.
"Bi Iyem?" Panggil Ran mencari orang rumah, bahkan pelayan pun sudah tidak ada. Rumah itu kosong tidak berpenghuni. Mendengar teriakannya yang sangat heboh Ran tahu sepertinya orang-orang rumah sedang menyaksikan lomba di lapangan hingga akhirnya Ran memilih menyusul menuju ke lapangan
Melihat pemandangan yang sangat menegangkan, Doojoon sudah berada di atas pohon mengambil hadiah dan melemparkannya pada tim nya yang menunggu di bawah. Terlihat Doojoon sangat menikmati permainannya bersama dengan bapak-bapak kompleks.
Tapi yang membuatnya kesal adalah otot-otot yang tebal itu kini menjadi tontonan gratis para perempuan yang menyaksikan bahkan ada beberapa dari mereka yang mengambil foto suaminya diam-diam.
Perlombaan sudah selesai, tim Doojoon yang mendapatkan hadiah paling banyak, saat Doojoon turun dari pohon begitu banyak orang-orang yang menghampiri nya bahkan menawarkan dia minuman, semua itu tidak luput dari sorot mata tajam Ran yang menyaksikan tidak jauh dari mereka.
Hingga akhirnya seluruh warga saling menyirami air satu sama lain sebagai rasa bahagia dan kemenangan yang mereka rasakan.
Saat Doojoon buru-buru ingin kembali menuju ke rumah, Ran sudah menatapnya dengan dingin, sontak Doojoon terdiam lalu memandangi tubuhnya yang belum memakai baju, dia ingat janjinya pada Ran untuk tidak melepaskan pakaiannya
Byur
Doojoon langsung disirami air oleh seorang gadis yang tiba-tiba datang dari belakang "hai kak! Masih ingat saya?" Ucap Ririn dengan ramah
"Siapa?" Tatapan Doojoon langsung datar
"Saya karyawan mini market yang dulu bantuin kakak beli pembalut" ucap Ririn membantu mengingatkan
"Oh" Doojoon tidak perduli
"Mas!" Panggil Ran menghampiri
"Ehh, Miss Ran ada di sini juga" ucap Ririn menyapa
"Aku bisa jelasin" ucap Doojoon ingin memberi penjelasan mengenai bajunya yang sudah hilang entah kemana.
"Miss" bisik Ririn merangkul lengan Ran sembari tersenyum manis melihat Doojoon.
"Iya Ririn, ada apa?"
"Miss, boleh dong kenalin mas nya sama Ririn, siapa tahu jodoh" ucap Ririn berfikir kalau Doojoon adalah kakak dari Ran karena panggilan mas.
Sontak Ran semakin panas mendengar ucapan Ririn, Doojoon pun tidak ingin dijadikan pelampiasan karena dia juga membuat masalah
"Jodoh!" Gumam Ran menatap Doojoon dengan penuh kekesalan
Srekk
"Dia istri saya" ucap Doojoon langsung menarik Ran ke dalam dekapannya.
Byur
Ran, Doojoon dan Ririn langsung mendapatkan air siraman dari ibu RT dan bapak-bapak yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Miss sudah menikah?"
"Iya. Mas Doojoon adalah suami saya" ucap Ran membuat raut wajah yang tadinya ceria itu langsung datar dan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada mereka
"Loh! Airnya mana mbak Ran" ucap ibu RT kembali mengguyur air pada keduanya.
"Maaf pak, Bu. Sepertinya kami harus kembali, istri saya sedang tidak sehat. Sekali lagi maaf" ucap Doojoon hanya bisa menghalangi Ran agar tidak terkena air.
"Ya Allah, kenapa tidak bilang dari tadi pak! Istrinya sudah basah kuyup begitu" ucap bapak-bapak ikut cemas.
"Sebaiknya mbak Ran cepat-cepat ganti baju, biar tidak demam" ucap ibu-ibu langsung peka hingga akhirnya mereka meninggalkan lapangan dengan tenang.
Share this novel