#### Bab 6: Rencana Makan Siang Konyol
Setelah kejadian masak yang kacau, Kak Radiah memutuskan untuk merencanakan makan siang khusus untuk merayakan keberhasilan tim dalam menyelesaikan proyek. “Mari kita adakan potluck! Setiap orang membawa makanan dari rumah,” serunya dengan semangat.
“Andai kata kita bisa membuat tema ‘makanan konyol’!” usul Iqbal, mengangkat alisnya. Semua orang tertawa setuju. “Saya akan membawa sambal terasi yang sangat pedas!” kata Andri dengan percaya diri.
“Kalau begitu, saya bawa pizza dengan topping yang aneh!” Khai menimpali. “Mungkin kita bisa menambahkan ikan teri dan nanas!” Semua orang tertawa, membayangkan pizza yang sangat aneh.
Elen berkata, “Saya akan bawa sushi yang terbuat dari nasi goreng! Siapa tahu bisa jadi tren baru.” Jiha hanya menggelengkan kepala, “Kalian semua gila! Saya akan bawa kue coklat dari toko saja, tidak mau ambil risiko!”
---
#### Bab 7: Hari Potluck
Hari potluck tiba, dan semua orang membawa makanan mereka masing-masing. Ketika mereka berkumpul di ruang makan, suasana terlihat sangat meriah. Andri bangga memperlihatkan sambal terasi buatannya yang terkesan sangat pedas. “Ayo, siapa yang berani mencobanya?”
“Aku! Tapi jika aku terbakar, kamu harus menolongku!” kata Khai, berusaha tampil berani. Setelah mencicipi, wajah Khai langsung berubah merah. “Pedas! Tapi enak!” teriaknya sambil mengusap air mata.
Sementara itu, Iqbal dengan bangga memamerkan pizza anehnya. “Siapa yang mau mencobanya? Ini adalah kombinasi luar biasa dari rasa!” Semua orang saling berpandangan ragu-ragu, tetapi satu per satu mulai mencicipi. Ekspresi mereka campur aduk antara kebingungan dan geli. “Ini adalah pizza terburuk yang pernah saya makan!” Elen berkata sambil tertawa.
Ketika mereka mulai mencicipi sushi dari Elen, semuanya terdiam. “Ini… nasi goreng yang digulung?” tanya Aji dengan bingung. Elen menjawab, “Ya! Itu adalah inovasi kuliner saya!”
Suasana potluck itu dipenuhi dengan tawa, kebingungan, dan makanan aneh yang tak terduga. Di tengah semua kegembiraan, Kak Radiah muncul dengan kue coklat dari Jiha. “Ini adalah makanan yang layak dicoba!” katanya sambil tersenyum. Semua orang setuju, dan potluck diakhiri dengan senyum dan tawa.
---
#### Bab 8: Masalah di Dapur
Setelah acara potluck yang sukses, Bang Zul kembali ke kantor. Melihat semua kekacauan di dapur, dia berteriak, “Apa yang terjadi di sini?! Kenapa semua orang menjadi juru masak dadakan?!”
Semua orang saling berpandangan, tetapi tidak ada yang berani menjawab. “Kami hanya bereksperimen dengan makanan!” jawab Khai dengan nada defensif.
Bang Zul menggelengkan kepala sambil tersenyum, “Baiklah, mulai sekarang, saya akan bertanggung jawab penuh untuk masak. Kalian boleh jadi pengawas, tapi jangan sekali-kali mencoba resep aneh lagi!”
Semua orang tertawa, dan Andri dengan cepat berkata, “Tapi Bang Zul, kita harus tetap menyimpan semangat bereksperimen! Siapa tahu ada yang berhasil!”
“Ya, ya, kita akan coba lagi, tapi kali ini saya yang masak!” jawab Bang Zul dengan semangat.
---
#### Bab 9: Kunjungan Tiba-tiba
Suatu sore, kantor kedatangan tamu tidak terduga—tante Kak Radiah, yang terkenal suka memasak dan membawa berbagai makanan. “Halo semua! Saya bawa makanan untuk kalian!” serunya dengan penuh semangat.
Semua orang langsung berkumpul di ruang tamu, saling berebut untuk mendapatkan porsi pertama. “Saya sudah mendengar tentang keberhasilan potluck kalian! Sekarang, rasakan makanan saya!” katanya sambil tertawa.
Elen dengan antusias mencicipi satu hidangan, dan wajahnya langsung berbinar. “Ini enak sekali! Resepnya dari mana, Tante?” tanyanya.
“Tentu saja, dari keluarga kita!” jawab tante Kak Radiah dengan bangga. “Saya sudah membuat resep ini turun temurun. Kamu juga bisa mencoba!”
Semua orang sangat senang, dan suasana menjadi semakin ceria. Mereka mulai bercerita tentang pengalaman mereka di kantor, dan semua tawa serta kenangan lucu kembali teringat.
---
#### Bab 10: Kenangan Manis
Setelah menikmati hidangan dari tante Kak Radiah, suasana kantor kembali hangat dan penuh keceriaan. Semua orang merasa lebih dekat satu sama lain, berbagi cerita dan lelucon. “Kita harus membuat tradisi baru di kantor!” seru Nafis. “Setiap bulan, kita adakan potluck dan mengundang tante!”
“Tentu! Kita juga bisa bereksperimen dengan resep baru!” tambah Iqbal. “Kita bisa menyebutnya ‘Kota Kuliner Konyol’!” semua orang tertawa.
Kak Radiah menatap mereka dengan senyuman. “Saya bangga melihat kalian semua bersenang-senang dan bersatu. Ini adalah hal yang sangat penting dalam bekerja!”
Malam itu, mereka menutup hari dengan menyanyikan lagu-lagu lucu sambil mengenang momen-momen konyol yang pernah terjadi di kantor. “Kita adalah satu tim yang tidak akan pernah menyerah pada kebodohan!” teriak Andri, dan semua orang mengangkat gelas mereka, bersorak dalam kebahagiaan.
---
Share this novel