Cemburu

Romance Series 4579

Darren membawa Mikhayla kesebuah pemandangan di tepi pantai.

"Kamu suka ga?" Darren menatap wajah wanita yang sedang menikmati senja di pinggir pantai dengan senyuman manisnya menatap lukisan mahakarya sang pencipta.

"Suka. Cantik!" Mikhayla yang sudah lama tidak ke pantai begitu mengagumi apa yang dilihatnya kini terlebih saat menjelang sunset lembayung merona membiaskan senja membuai mata siapa saja yang melihatnya.

"Aku juga suka. Cantik, seperti Kamu!" Darren dengan lancar mengutarakan apa yang ada di hatinya seakan itulah yang ia rasakan.

Blush!

Mikahyla memalingkan wajahnya tak ingin Darren melihat rona memerah dari kedua pipinya.

Darren tersenyum bahagia Mikhayla tersipu malu akan kata-katanya.

Kedua menikmati makan malam di pinggir pantai.

Mikhayla dan Darren menikmati semilir angin membelai manja seakan waktu hanya milik berdua.

Entah apa yang kini mereka rasakan.

Nyaman.

Karena sesungguhnya tak ada kata cinta dari bibir keduanya.

Berbincang apa saja, ternyata Mikha melihat sisi lain Darren yang tidak seburuk yang ia pikirkan.

Begitupun Darren baginya wanita di hadapnya terlihat berbeda dari biasanya.

"Darren!"

Suara yang memanggil nama Darren seolah menjadi awal sebuah suasana yang tidak terduga sebelumnya.

"Kak Andrew!" Mikhayla terkejut dengan kehadiran Andrew dan wanita cantik di sampingnya.

"Hai Mikha. Oh iya kenalkan ini Carissa. Caca, ini Darren sepupuku dan ini Mikha." Andrew mengenalkan mereka satu sama lain.

"Hai Darren, Mikha, panggil aja aku Caca." sapa Caca hangat.

Akhirnya mereka duduk berempat menikmati makan malam bersama.

Suasana yang tidak diharapkan bagi Mikhayla bertemu Andrew bersama wanita yang pernah ia lihat bersama Andrew di cafe.

"Aku ingat sekarang. Kamu Darren rekan bisnisnya Mainaka kan?" Caca mengingat perjumpaannya dengan Darren.

Darren menganggukan kepada. Ia pun mengingat Caca saat datang memenuhi undangan Naka di ulang tahun Kanaya kekasih Mainaka kakak Mikhayla.

"Kak Caca kenal dengan Kak Naka?" Mikha bertanya.

"Kakak?" Caca menatap bingung.

"Aku adiknya Kak Naka." Mikha menjawab kebingungan di wajah Caca.

"Wah ga nyangka ya dunia kecil sekali. Btw jadi Mikha ini yang sering Kamu ceritakan padaku Andrew? Wah memang benar cantik. Dan memang mirip Angel kembaranmu." Caca menatap Andrew begitupun Andrew menetap penuh cinta pada Caca.

"Jadi Caca ini kekasihmu Bro?" Darren menaikan alisnya.

"Gimana Ca, tuh ditanya!" Andrew dengan tersenyum menatap Caca.

"Kasih tahu ga ya?" tatapan Caca sungguh membuat gemas Andrew yang tanpa malu mencubit mesra hidung mancung Caca.

Nyesss!

Hati Mikha mendadak sakit melihat kemesraan Andrew dan Caca.

"Aku tahu bukan hakku untuk merasa cemburu, dan bukan aku tak percaya diri namun hatiku tetap merasa sakit meski telah ku coba yakinkan hati bahwa kamu tak akan pernah ku miliki." batin Mikha terasa pilu bagai dihujam sembilu.

Darren menangkap sorot mata sendu pada wajah Mikha.

"Apa dia cemburu?" batin Darren menebak.

"Kalau kalian berdua ini pacaran atau?" Andrew tak melanjutkan kata-katanya.

"Tidak!" kompak jawaban Darren dan Mikha.

"Ih, kompak amat. Kalau iya juga gapapa. Kita support loh!" Andrew sambil menggenggam tangan Caca.

Mikhayla tak menanggapi apapun.

Mikhayla mencoba menenangkan dirinya agar tak canggung.

Darren melihat Mikha mulai tak nyaman dengan situasi ini.

Entah mengapa tatapan Mikha yang sendu pada Andrew membuat hati Darren sakit.

"Bro, Caca, aku dan Mikha pamit dulu ya. Kalian silahkan lanjutkan kencan romantisnya. Aku tunggu kabar bahagianya ya." Darren bangkit memeluk Andrew dan bersalaman dengan Caca.

Mikha yang melihat Darren bangkit mengikuti pria yang membawanya hingga ditakdirkan melihat langsung bagaimana Andrew benar telah memiliki wanita yang ia cinta.

Mikha sempat berpikir mungkin masih ada harapan kala ia bisa melihat Andrew prrtama kali meski waktu itu rasa sakit mendominasi.

Nyatanya Tuhan menakdirkan lain.

Kuasanya memperlihatkan agar Mikha bisa segera pergi meninggalkan masa lalu dan move on.

Walaupun itu tak akan mudah bagi Mikha.

"Kau juga Dar, jaga baik-baik Mikhayla. Aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri. Mikha, jika Darren macam-macam jangan segan beritahu aku!" Andrew tersenyum kearah Mikha.

"Aku pamit Kak Andrew, Kak Caca." Mikha tersenyum tipis dan mengikuti saat Darren menggandeng tangannya pergi meninggalkan kedua pasangan yang saling mencintai.

"Mau sampai kapan kamu melamun?"

Perkataan Darren menyadarkan lamunan Mikhayla.

"Eh, " Mikha tersadar dari lamunannya.

Darren merubah posisi duduknya.

Menatap wajah Mikhayla dengan tatapan tajam.

"Jangan pernah menyiksa diri dengan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin kamu dapatkan. Hanya sakit yang akan kamu rasakan."

"Dulu aku selalu mencibir mereka dan menganggap bodoh saat melihat cinta bertepuk sebelah tangan. Tapi hari ini aku merasakan betapa sakitnya hati saat yang kita cintai mencintai orang lain."

"Maksudmu?" Mikha heran dengan kata-kata Darren.

Darren tak menjawab, memilih menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan pelan.

Hanya diam tanpa kata.

Seakan menjadi bisu tanpa suara.

"Sudah sampai. Istirahatlah. Hari ini kamu pasti lelah. Terima kasih sudah menemaniku. Maaf jika hari ini membuatmu tidak nyaman. Aku tidak menduga akan kejadian tadi." Darren menatap sekilas dan segera meluruskan pandangannya.

"Terima kasih. Tidak perlu meminta maaf. Karena yang terjadi pasti sudah menjadi goresan sang pemilik takdir. Maaf jika kamu tersakiti. Aku masuk dulu."

Mikhayla keluar dari mobil Darren dan tapi lambaian perpisahan mobil Darren segera melesat cepat.

Menghadapi Kenyataan

Aku cemburu tetapi bukan siapa-siapamu

Angan-anganku sampai menembus langit-langit

Berharapku tak dipedulikan olehmu

Dan seketika aku pun merasa sangat hancur

Kebodohan ini terus berlanjut

Yang tidak kumengerti adalah. . .

Mengapa? Mengapa aku begitu sulit melupakanmu

Melupakan semua yang harus siap dihapus dari memori

Kenangan yang terisi di setiap harinya

Detiknya yang sangat dirindukan

Akan tetapi sedetik kemudian seseorang menyuruhku

melihat kenyataan

Kenyataan yang baru kusadari

Bahwa aku hanya bisa mengagumimu tanpa harus

membalas perasaan

Semua nampak begitu indah, bila kau menyadarinya

Realita terkadang sangat kejam

Takdir terukir sangat menyiksa batinku

Harapan yang semula meretas asa dilangit

Seketika hancur berkeping-keping

Aku yang masih terjebak di nostalgia

Kali ini termenung dan tergugu melihat kamu bersamanya

Bibirku tersenyum mengatakan baik-baik saja

Tidak dengan hatiku merana, meratap dan nestapa

Cinta memang rumit

Tak bertuan terasa sakit

Perih hati kala melihat kemesraan dihadapanku

Meski begitu tutupi dengan senyuman manis

Darren melaju kencang hingga nyaris menyentuh angka 180 km/jam.

Emosi Darren seakan memuncak.

"Jika mencintai sesakit ini, disaat hati mulai merasakan cinta?" suara hati Darren.

Tanpa Darren sadari, sebuah motor melaju kencang mengalip mobilnya, Darren dengan sigap menghindar membanting kemudianya ke kiri menghindari mobil yang ada di hadapannya.

Brak!!!!

Naas, mobil Darren menabrak pembatas jalan dan kecelakaanpun tak terhindari.

Dikamar Mikha menatap layar ponselnya melihat foto yang Darren kirimkan saat keduanya tengah membeli ponsel baru Darren kala itu.

"Prak!"

"Astagfirullah. Kok bisa jatuh HP ku? Tiba-tiba tanganku lemas?" Mikha memungut HP nya di lantai.

"Yah, retak!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience