Mak Comblang

Romance Series 4504

Mikhayla seperti biasa hari ini datang ke Rumah Sakit tempat ia praktek.

Pasiennya hari ini agak sedikit namun beberapa pasien memiliki jadwal kemoterapi.

Mikha memang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada setiap pasiennya.

Mikha percaya bahwa jika perasaan bahagia membuat pasien akan lebih tenang dan pengobatan menjadi lebih efektif karena perasaan bahagia membuat semua orang khususnya pasien memiliki motivasi untuk sembuh dan bersemangat.

Mikha juga percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, meski ada beberapa penyakit obatnya yang masih menjadi rahasia sang ilahi namun sebagai perantara Mikha selalu optimis akan kesembuhan pasien-pasiennya.

Sebagai Pasien dan Dokter tentu mereka hanyalah manusia biasa tentu sebagai manusia wajib untuk berikhtiar.

"Dok, pasien tadi terakhir. Ada lagi yang dokter butuhkan?" tanya perawat yang mendampingi Mikha praktek.

"Sudah tidak ada lagi sus. Terima kasih banyak. Saya masih mau disini dulu ingin menyelesaikan rekap harian." Mikha menjelaskan pada perawat.

"Kalau begitu saya permisi Dok, kalau butuh apa-apa saya ada di counter nurse ya Dok. Permisi Dok." Suster meninggalkan ruang praktek Mikha.

Mikha mengangguk sambil tersenyum saat sang perawat meninggalkan ruangannya.

Sesuai dengan perkataannya Mikha menyelesaikan pekerjaannya yang bersifat administrasi.

Sesaat tak lama ponsel milik Mikha bergetar. Ada notifikasi chat masuk.

Mikha membiarkannya karena tanggung dengan apa yang sedang ia kerjakan.

Kemudian ponsel Mikha berdering.

Sebuah nomor tak ia bernama.

"Bukannya ini nomor cewek semalam?" Mikha menduga sambil mengingat akhirnya mengangkat telp.

"Assalamualaikum." Mikha mengucap salam.

"Akhirnya diangkat juga sama kakak dokter. Kak dokter aku Gwen. Semalam aku chat kakak. Kakak ada diruang praktek ya? aku kesana ya."

Tanpa menjawab salam Mikha, Gwen dengan nyerocos panjang kali lebar sama dengan merepet membuat Mikha hanya geleng kepala saat panggilan telp dari Gwen di matikan sepihak sebelum Mikha menjawab apapun.

Memilih melanjutkan pekerjaannya, sampai pintu ruang prakteknya diketuk.

Tok Tok Tok.

"Masuk." jawab Mikha.

Gwen dengan senyumannya begitu ceria kini sudah masuk dalam ruangan Mikha.

"Kakak dokter cantik. Aku Gwen. Kakak sibuk tidak? Aku dengar dari perawat jam praktek kakak sudah selesai. Kakak aku mau mengajak kakak makan siang, tolong jangan ditolak ya." kebiasaan Gwen yang berbicara sepanjang kalimalang hingga sang lawan bicara belum sempat berkata apapun.

"Kamu sepertinya sudah cari infromasi soal jadwal praktekku? Bagaimana lukamu?" Mikha menanyakan mengenai luka Gwen sambil tersenyum.

"Oh ini sih sudah gapapa Kak Cantik. Oh iya aku panggil apa nih sama Dokter cantik?" Gwen melihat nametag nama lengkap Mikha beserta gelarnya.

"Panggil Mikha aja gapapa. Terserah kamu." Mikha tersenyum melihat gadis muda dihadapannya.

Mikhayla yang anak bungsu dirumahnya dan tentunya tak memiliki adik hanya memiliki kakak yang selalu memanjakannya begitupun daddy dan mommynya seakan sedikit merasakan seperti apa seorang kakak yang sedang diganggu oleh adik perempuannya.

"Oke kalo gitu aku panggil kak Mikha boleh?" tanya Gwen.

Mikha mengangguk melihat sikap ceria Gwen.

"Kakak masih sibuk?" Gwen tampak melihat Mikha yang sedang mengerjakan sesuatu saat ia masuk ruangan.

"Sebenarnya hanya sedang buat laporan. Kenapa?" tanya Mikha.

"Aku mau ajak kakak makan siang. Aku mau berterima kasih sama kakak karena waktu itu kakak udah ngobatin aku di IGD." Gwen dengan ketulusannya namun sedikit ada modus.

"Itu memang sudah tugas kami sebagai dokter." Mikha tersenyum melihat cara bicara Gwen yang selalu ceria.

"Please kakak mau ya." kini jurus kedua dengan wajah memelas Gwen perlihatkan di depan Mikha.

"Oke." Mikha menyetujui.

"Yeyyyyy! Ayo Kak Mikha kita ke Cafe langganan aku. Tapi aku nebeng kakak boleh?" Gwen sebenarnya sudah stalking Mikha hari ini dan ia tahu Mikha tak bawa kendaraan.

"Aku lagi ga bawa mobil. Gimana?" Mikha mengembalikan kepada Gwen.

"Gampang kak aku tinggal minta jemput kakakku saja." Gwen mengedipkan matanya pada Mikha.

Mikha sungguh tak menyangka gadis di hadapannya penuh kejutan dan ia entah dari mana berasal mengapa seakan semua terasa kebetulan.

"Kak kakak aku ga angkat-angkat telponnya. Kita naek taxi aja gapapa kan?" Gwen tetap memastikan acara lunchnya dengan Mikha ga batal.

"Iya gapapa. Biar aku pesen." Mikha segera memesan dengan HP nya.

Keduanya kini berada di sebuah Cafe yang terletak dibilangan Sudirman.

Tempat yang asik dan nyaman untuk ngobrol pikir Gwen dalam hatinya.

"Kamu masih kuliah?" Mikha menanyakan aktivitas Gwen.

"Iya Kak, aku kuliah jurusan Desain Grafis. Aku senang gambar kak. Aku itu ga pinter, cuma seneng gambar. Makanya aku milih jurusan ini." Gwen dengan nyaman menceritakan dirinya.

"Bukan ga pinter, tapi minat dan bakatnya beda-beda Gwen. Semua orang terlahir memiliki kecerdasannya masing-masing." Mikha memberikan pengertian kepada Gwen yang pesimis dari kata-katanya.

"Ya Allah cocok nih jadi kakak ipar!" Gwen asal nyeplos.

"Maksudnya?" Mikha mendengar jelas kata-kata Gwen namun kaget dengan gampang Gwen bilang begitu.

"Ya semoga kelak kakak ipar aku seperti kak Mikha. Aku punya kakak laki-laki loh kak. Aku kenalin ya?" Gwen langsung tanpa tedeng aling-aling.

Mikha hanya tersenyum smirk, menurutnya gadis di depannya cukup tidak terprediksi.

"Loh itu bukannya kak Darren? Kak Darren!" panggil Gwen saat melihat Darren hendak masuk berjalan kearah Mikha dan Gwen.

Darren melihat dan mendengar arah suara yang memanggil namanya.

Darren tahu persis itu siapa. Gwen Putri Bhaskara. Anak bungsu dari sahabat Mommynya putri dari Uncle Gilang dan Aunty Ginara.

Mikha juga reflek menengok kearah yang Gwen panggil.

"Kak Darren lagi ngapain disini?" tanya Gwen.

"Aku ada meeting. Permisi ya!" Darren dengan sikap dinginnya.

"Kak Darren, mumpung kita ketemu traktir ya!" Gwen memang kebal urat malunya.

Mikha kini membulatkan matanya pada Gwen.

Darren menatap kearah Gwen dengan Mikha yang dianggap Darren adalah teman kuliah Gwen.

"Minta traktir kakakmu Gwen. Bawa teman tapi minta traktir aku." Darren pergi meninggalkan Gwen dan Mikha.

Tentu saja hal itu membuat Mikha kesal. Mikha yang tak tahu apa-apa dibuat malu dengan tingkah Gwen.

"Gwen, aku jadi ga enak. Aku bisa bayar makanan kita. Lain kali jangan begitu!" Mikha mengingatkan Gwen.

"Santai aja kak, itu tadi namanya kak Darren. Ia anak teman Ibu Gwen. Katanya mau dijodohin sama Kakak Gwen yang pertama. Tapi aku sih ga suka sama dia, Dingin kayak kulkas 2 pintu. Berbeda dengan Kakak Gwen yang nomor 2 orangnya menyenangkan, ganteng lagi. Kapan-kapan Gwen kenalin ya sama kakak Gwen kak Mikha." Gwen kembali dengan ucapannya yang tak terduga.

"Gwen aku harus balik lagi ke RS karena ada yang akan aku kerjakan." Mikha sudah pusing dengan sikap Gwen yang semakin absurd.

"Ya cepet banget. Ya udah Gapapa deh. Tapi lain waktu kalau aku ajak makan mau ya kak. Sekalian aku ajak dan kenalin kakak aku." Gwen dengan modus perjodohannya.

Mikha mengangguk sambil memanggil waiter untuk meminta bill.

"Kak kok kak Mikha yang bayar, kan aku yang ajak?" Gwen yang meski anak kuliah ia berkecukupan karena Ayah,Ibu dan kakaknya sering memberikan ia uang jajan ekstra.

Waiters mendekat.

"Bill nya sudah dibayar dengan pria itu." Waiters menunjuk ke arah meja Darren yang sedang bertemu dengan kliennya.

"Makasi Kak Darren." Gwen berteriak namun mendapat kode dari Darren agar tidak mendekat ke table Darren yang sedang meeting dengan klien.

"Huft kulkas dua pintu itu sebenernya baik tapi dinginnya ngalahin kutub utara." kelutus Gwen.

Mikha menatap kearah Darren dan Darren juga sedang menatap kearah Mikha dan Gwen.

Mikha tersenyum sopan sebagai tanda terima kasih namun tanpa ekspresi Darren malah membuang mukanya.

"Ih kepedean banget tuh Om-Om dia pikir gw senyumin dia buat apa-apa gitu!" gumam Mikha.

"Kak Mikha kenapa?" Gwen dengan heran.

"Gapapa. Ywd aku duluan ya? Kamu hati-hati ya jangan sampai terserempet kendaraan lagi." pesan Mikha kepada Gwen saat Gwen sengaja dibiarkan naik taxi terlebih dahulu.

"Iya Kak Dokter. Pokoknya aku bakal sering chat kakak. Kakak mau ya kalau aku kenalin ke kakak aku. Janji loh!" Gwen saat masuk taxi yang akan mengantarkannya pulang.

"Bye, hati-hati!" Mikha melambaikan tangannya pada Gwen.

Mikha akan kembali ke RS ingin melanjutkan pekerjaannya namun ponselnya berdering.

"Mikha!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience