Tasyakuran

Romance Series 4504

Rumah Gilang dan Gina kini tampak ramai dipenuhi tamu undangan.

Dengan dekorasi sederhana namun indah, dengan hidangan tersaji, hiburan musik akustik membuat suasana nyaman para kerabat dan sahabat yang datang memenuhi acara syukuran kemenangan Gladis putri sulung pasangan Gilang Bhaskara dengan Ginara Khairunisa sebagai Puteri Indonesia.

Tampak Gilang begitu bahagia dan bangga melihat putri sulungnya berprestasi bahkan menjadi pemberitaan di televisi selama sepekan.

Kebahagiaan juga terpancar dari wajah Ginara, sebagai Ibu ia begitu bersyukur dikaruniai putra dan putri yang mampu membuat lengkap dan bahagia dalam hidupnya.

Giovani dan Gifari yang seorang youtuber game sangat dikenal dikalangan generasi Z dan kaum milenial pencinta konten youtube bertemakan games sudah tak asing dengan duo kembar yang sangat fenomenal di laman youtube.

Sedangkan di bungsu Gwen yang memang senang menggambar sudah sering memenangkan lomba-lomba desain dan sering sekali mendapatkan penghargaan.

"Mana nih sang Puteri. Selamat ya Sayang." Dinda memeluk Gladis.

"Terima kasih Aunty Dinda."

"Selamat Gladis. Kamu hebat." Andin memeluk putri Gina.

"Terima kasih Aunty Andin. Sudah hadir." Gladis dengan senyuman manisnya.

"Gladis, selamat Sayang. Kamu cantik." Mom Lala yang baru tiba memberikan selamat sambil memeluk dan cipika cipiki pada Gladis.

"Terima kasih Aunty Lala."

Tampak para Ayah mereka datang menemani para istri mereka yang hadir dan kini sedang bergosip panjang lebar.

"Bro, makanlah, Udah tua banyak pantangan ya?" ledek Gilang pada Satya.

"Lw juga udah sepuh Lang. Tuh rambut udah banyak uban." Satya meledek rambut Gilang yang sudah dua warna alias hitam dan putih.

"Bro Daniel makin seger aja nih?" Gilang mentos saat kehadiran Daniel.

"Sudah bebas tugas! Tinggal nunggu momong Cucu." Daniel meminum jus.

"Nah gitu donk. Kita berdua aja udah pensiun. Tinggal Bapak ini nih yang masih sibuk." Gilang menepuk bahu Fandi.

"Bantu teman aja. Selebihnya udah ada Fadli dan Fadlan." Fandi yang baru saja menangani kasus yang dihadapi oleh temannya jadi diminta langsung untuk turun tangan.

"Ya, memang kita ini sudah waktunya santai menikmati hari tua." Gilang dengan sok bijak.

"Lw aja yang tua Lang! Gw tetep muda!" jawab Satya.

"Mana ada! Kalo makanan udah banyak dipantang tandanya kita udah Tua Bro!" Gilang dengan wajah cengengesan.

"Gladis itu ngambil Gina Bro, makanya bisa jadi Puteri Indonesia, kalo ngambil Lw, Gw ga jamin!" Satya ga kalah meledek Gilang.

"Itu karena bibit unggul Gw Bro, makanya lihat anak Gw cakep kayak Bapaknya." Gilang masih bertahan ga mau kalah kembali meledek Satya.

"Kalian berdua kalo ketemu pasti kayak Tom and Jerry! Untung ga jadi iparan." Daniel yang sejak dulu selalu tertawa melihat keawet rajetan Satya dan Gilang.

Fandi tertawa mendengar kata-kata Daniel.

Sementara Satya dan Gilang juga ikut tertawa kembali ke masa lalu seakan ingat akan apa yang pernah Mereka alami bersama.

"Btw anak-anak kita udah pada dewasa, kita ga ada gitu yang besanan?" Daniel membuka percakapan.

"Wak boleh tuh!" Gilang menyetujui.

"Kembalikan lagi ke anak-anaknya. Kalo Mereka cocok ya kita sebagai orang tua ok aja." Satya dengan bijak.

"Ia sama. Sepemikiran Kita kakak ipar." Fandi menyetujui.

"Emang udah ngebet punya mantu Dan?" Satya bertanya pada Daniel.

"Memang kalian enggak?" Daniel balik bertanya.

"Itu dia. Anak sekarang susah amat ya disuruh kawin!" Satya teringat Abizhar yang masih sibuk pindah tugas sana sini seakan ga kepikiran menikah.

"Emang Lo Bro, kawin aja bisa ganti calon dadakan pengantin perempuannya. Untung Mau!" Gilang dengan terkekeh meledek Satya.

"Itu namanya jodoh! Gw itu sama Andin Johan, alias Jodoh ditangan Tuhan!" Satya membela diri.

"Ia deh Pak Johan!" ledek Gilang.

Sementara di sisi kaum Ibu-Ibu asik bergosip dan asik membicarakan anak-anak mereka yang inginnya hati mereka segera menikah dan memberikan mereka cucu.

"Kenapa La muka ditekuk begitu, ga cocok banget Nyonya Daniel mukanya kayak dompet tanggal tua." Dinda sambil menikmati dimsum.

"Gimana Aku ga kesel coba Mbak Dinda, Darren kebangetan bener. Masa aku kenalin sama anak sahabatku, eh malah ditinggal pergi sama dia. Aku ga enak hati jadinya sama sahabatku itu! bener-bener emang!" Syahla mencurahkan kekesalannya kepada para sahabatnya.

"Ya mungkin Darrennya belum sreg kali La. Biarin aja nanti dia bakal bawain Kamu menantu." Andin menepuk menenangkan Mom Lala.

"Makanya itu Gin, Aku tuh jadi ga berani buat ngejodohin Darren sama Gladis, kelakuannya itu bikin Aku murka. Malu-maluin. Gladis sudah seperti anakku. Sama seperti Aku menganggap anak-anak kalian. Sungguh malu Aku dengan kelakuan Darren." Rasanya kesal berminggu-minggu yang ia tahan hari ini bisa tercurahkan.

"Ya memang sekarang jamannya anak-anak pilih sendiri Mbak. Kita sebagai orang tua cuma bisa berdoa dan merestui." Ginara menepuk tangan Mom Lala menenangkan sahabatnya yang sedang murka menceritakan kelakuan putra sulungnya.

"Sebenarnya Aku juga cemas Abizhar paling tua dibanding anak-anak kalian. Tapi Abizhar sibuk dengan tugasnya sebagai abdi negara pindah-pindah kota. Aku juga pingin Abizhar segera menikah. Biar ada yang mendampingi saat tugas diluar kota. Tapi Aku kembalikan sama Allah saja, yang terbaik kapan dan dengan siapa itu kuserahkan sama Allah." Andin mengungkapkan hal yang sama dengan putra sulungnya.

"Nasib emak-emak yang udah pingin gendong cucu tapi sang anak masih senang dan sibuk dengan karir, ya Kita doakan saja." pasrah Dinda mengingatkan dirinya kepada Fadli dan Fadlan.

"Ya Kita sama-sama berdoa yang terbaik untuk anak-anak kita." Andin dengan bijak menutup problematika jodoh anak-anak mereka.

"Gwen, gimana kaki udah mendingan?" tanya Giovani kakak Gwen.

"Kemarin udah lepas perban dan jahitannya juga udah kering. Eh iya kak, kemaren kakak ga ikut sih padahal Aku mau kenalin kakak ke Kakak Dokter Cantik.

"Jangan kayak Ibu-Ibu suka jodoh-jodohin orang. Kamu mau kakak jodohin sama Tama?" Giovani menyubit hidung mancung Gwen.

"Tama youtuber temen Kakak? Ogah! Tengil gitu!" Gwen dengan mulut manyunnya.

"Kakak Dokternya Cantik, baik udah gitu manis lagi kak. Mau kenalan ga?" Gwen masih berusaha mencomblangi kakaknya.

"Mending Kamu tuh mandi, kemaren alesan aja kaki diperban padahal aslinya memang males mandi. Sekarang ga ada alesan lagi. Atau kakak panggilin Ibu ya biar Ibu ngomelin Kamu!" Giovani beranjak dari kamar Gwen meninggalkan adiknya yang senang mencomblangi dirinya dengan wanita-wanita yang ia kenal.

Sepeninggal Giovani, Gwen melihat dari jendela kamarnya menuju taman belakang rumah mereka.

Semua orang begitu riuh dan tersenyum melihat Gladis sang puteri Indonesia.

"Kak Gladis memang cantik, anggun, pintar dan cewek banget! Nah Aku, uh!" Gwen kesal sendiri dengan dirinya namun ia nyaman berdandan seperti ini.

Gwen memang berbeda dengan Gladis.

Jika Gladis adalah sosok perempuan spek bidadari lain dengan Gwen yang oleh kakaknya Gifari dikatakan Spek Preman Pasar.

"Ah, masih ngilu nih kaki. Tapi dokter bilang tinggal pemulihan. Aku besok mau ke Rumah Sakit ah, ketemu Kakak Dokter Cantik. Aku chat aja sekarang."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience