"Dok setelah visit Pasien, Dokter ada jadwal praktek untuk pasien yang tadi sudah diinformasikan oleh Dokter Arjuna." perawat mengingatkan Mikha.
"Iya, Dokter Arjuna sudah memberitahukan Saya." Mikha menyelesaikan visit terakhir di ruang rawat inap pasiennya.
"Sus Saya mau ke bawah sebentar ya. Oh iya titip Snelli Saya. Letakkan saja di ruangan. Terima kasih." Mikha melepaskan snellinya menyerahkan kepada perawat yang mendampinginya.
Mikha merasa sedikit mengantuk ingin mampir ke Coffee Shop yang berada di Lobby Rumah Sakit.
Tak butuh lama, seperti biasa, Mikha memesan Americano No Sugar. Menunggu kopinya disiapkan ia melihat-lihat ponsel miliknya.
Mikha membuka aplikasi belanja online memanjakan mata berbelanja secara daring memang menjadi kesukaan Mikhayla.
Mikha menerima kopi pesanannya sambil berjalan dan terus melihat ponselnya.
Bruk!!!
Kopi dan ponsel Mikha terlempar.
"Aw!" teriak Mikha dan orang yang ia tabrak.
"Duh panas! Ponsel Gw!" Mikha memperhatikan kemeja depannya yang basah dan kotor terkena kopi dan memungut ponselnya yang tergeletak di lantai.
"Kalau jalan fokus, jangan sambil lihat HP!" suara bariton itu menyadarkan Mikha bahwa tidak hanya dirinya yang terkena imbas tumpahan kopi.
Seorang pria tinggi, putih, bermata biru, dengan wajah bulenya kini menatap tajam kepada Mikha.
"Hello! Kamu ga lihat!" Darren mendekat sedikit menunduk mensejajarkan wajahnya pada Mikha.
Mikha gelagapan karena kecerobohannya tumpahan kopi yang ia bawa mengenai kemeja pria bule dihadapannya.
"Maaf Tuan Saya tidak sengaja." Mikha menyadari kesalahannya.
"Makanya kalau jalan lihat depan bukan lihat HP. Perempuan Menyusahkan!" Darren membentak Mikha.
Suara keras Darren menarik perhatian pengunjung Coffee Shop.
Mikha reflek mengambil tissue dan mengelap kemeja Darren.
"Eh! Mau ngapain. Wait, jangan coba sentuh Saya!" Darren menghempaskan tangan Mikha yang sedang membersihkan kemeja Darren.
"Saya cuma mau membersihkan kemeja Tuan, Siapa juga yang mau megang-megang." Mikha mendengus sebal niat bertanggung jawab malah dituduh macam-macam.
"Cari perhatian!" Darren melirik dengan tatapan merendahkan dan pergi meninggalkan Mikha yang masih berdiri ditempatnya.
"Sumpah tuh Bule Kepet, Gw deportasi ke negaranya baru tahu rasa!" Mikha menggerutu kesal.
Mikha melihat kemejanya yang noda, dan kopinya yang tumpah serta orang-orang yang memperhatikannya membuat ia semakin kesal.
"Mbak kalau mau ketoilet ada di ujung." seorang petugas cleaning service yang akan membersihkan sisa tumpahan kopi Mikha menunjukkan arah toilet.
"Terima kasih Mas."
Mikha menuju toilet membersihkan kemejanya.
"Huft," Mikha mendenguskan nafasnya dengan kasar sambil membilas noda di kemejanya.
Diruang tunggu perawatan Daddy Daniel didampingi Mom Lala sang istri sedang menunggu Darren putranya yang akan menemani control.
"Dad, Mom, nanti rekan Divya yang akan menggantikan Dokter Arjuna untuk memeriksa Daddy. Aku akan menyusul setelah visit pasien." Divya pamit kedua orang tuanya untuk menjalankan kewajibannya.
"Iya Sayang, Dokter Arjuna juga sudah mengatakan kepada Dad. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu. Pasien sudah menunggu bukan?" Daddy Daniel memeluk putri kesayangannya.
"Kemana Darren ya Dad? Kok belum sampai? Mommy coba telepon duly." Mom Lala menekan nomor ponsel putra sulungnya.
"Dimana Mom?" Daddy Daniel bertanya saat Mom Lala sudah selesai berbicara dengan Darren.
"Sedang balik kemobil, mengambil baju. Entahlah." Mom Lala hanya menyimpulkan sekilas penjelasan dari Darren.
"Kemana lagi anak ini yang satu, pamitnya cari sarapan tapi kok lama banget." Mom Lala kini menghubungi Devano yang sejak tadi ga balik-balik.
"Paling putra kesayanganmu sedang Flirting dengan Dokter yang tadi." Daddy Daniel sangat paham dengan tabiat putra bungsunya.
"Andai Darren seperti Devano, rasanya kita sudah gendong cucu Dad!" Mom Lala bernafas kasar mengingat perbedaan drastis kedua putranya antara si sulung dengan si bungsu.
"Dad, Mom!" Darren mencium tangan kedua orang tuanya.
"Kamu ganti baju kenapa Dar?" Mom Lala menanyakan apa yang tadi Darren jelaskan di telpon.
"Ketumpahan kopi." Darren menjawab.
"Kamu minum kopi?" Mom Lala yang tahu Darren putranya tak begitu menyukai kopi.
"Ketabrak orang Mom. Sudahlah ga usah dibahas Mom. Tidak penting! Ayo Dad, jam berapa Daddy diperiksa." Darren menanyakan pada sang ayah.
"Sorry Mom, Dad. Tidak terlambat kan?" Devano masuk membawa bungkusan makanan.
"Sudah hilang rasa lapar Dad dan Mom. Darimana kamu?" Mom Lala melotot kearah Devano.
"Habis berobat." Devano yang cengengesan menjawab asal.
"Kamu memang sakit? Mom lihat baik-baik saja?" Mom Lala memutar tubuh Devano.
"Tuan Daniel, sekarang waktunya bertemu Dokter." perawat masuk memberitahukan.
"Baik sus." jawab Daniel.
Mereka berempat diantar keruang Dokter Mikhayla yang akan menangani Daniel menggantikan Arjuna.
"Selamat pagi Tuan Daniel."
Mikha menyapa pasien VVIP sang Direktur yang kini ditanganinya.
Saat Daniel beserta keluarganya masuk, ada 2 pasang mata yang kini saling bertatapan.
"Selamat pagi Dokter." salam Daddy Daniel dan Mom Lala menyadarkan Mikhayla dan Darren.
"Silahkan duduk Tuan Daniel." Mikha mengkondisikan keterkejutannya.
"Perkenalkan saya dr. Mikhayla Zalindra Permana, Sp.B(K) untuk saat ini saya mewakili dokter Arjuna akan menangani pemeriksaan Tuan Daniel." Mikha memperkenalkan dirinya sekaligus menjelaskan tugasnya.
"Siang Dok, boleh bergabung?" kini Divya masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Silahkan Dokter Divya." Mikhayla mempersilahkan rekan sejawat sekaligus tim nya.
"Dokter Mikha, jadi bagaimana mengenai tindakan medis Daddyku?" Divya yang juga sudah dikabari oleh dokter Arjuna agar berkordinasi dengan Mikhayla.
Mikha tercekat. Dihadapannya berkumpul keluarga yang salah satunya adalah rekan sejawatnya.
"Iya Dok, ini Daddy saya." Divya mengulangi kata-katanya karena melihat reaksi Mikha yang terkejut.
Mikha menjelaskan dan Divya pun memberikan pengertian kepada keluarganya mengenai tindakan apa yang harus dilakukan Daniel selanjutnya.
"Apakah Dokter yakin?" Darren berkomentar setelah Mikha selesai menjelaskan.
"Ternyata laki-laki bule menyebalkan ini putra Tuan Daniel dan Kakak dari Dokter Divya. Tapi kenapa berbeda sikapnya dengan keluarganya yang ramah. Ga seperti dia seperti kulkas 2 pintu. Dasar Es Balok!" Umpat Mikha dalam hati.
"Maksud Anda? Anda meragukan diagnosa Kami sebagai Dokter?" Mikha membalas tatapan tajam Darren padanya.
"Kak Darren, Kami, dari pihan Tim Medis yang menangani Daddy sudah berembuk terlebih dahulu. Meskipun Dokter Arjuna sebagai ketua tim dalam kasus Daddy tidak ada disini namun ini semua atas persetujuan beliau. Kakak tidak usah khawatir, Dokter Mikhayla ini salah satu Dokter terbaik dalam kasus yang diderita Daddy." Divya menjelaskan karena tak enak dengan rekan sejawatnya takut terjadi salah paham.
"Saya sebagai pasien akan mengikuti saran medis yang tim dokter berikan. Saya yakin para Dokter sudah memilihkan saya solusi terbaik." Daddy Daniel menengahi dengan bijak.
"Kakak jangan jutek mulu sih. Lagian sama cewek cantik begitu masih aja jutek." Devano berbisik ditelinga Darren.
Darren hanya membalas bisikan Devano dengan tatapan tajam dengan melotot.
Devano membolakan matanya mendapat tatapan setajam silet dari kakaknya.
"Gimana ga jomblo, jadi cowok ga ada manisnya tuh kata-kata! Saking Abang sendiri, kalo enggak ajakin gelud nih!" gumam Devano.
"Apakah Tuan Daniel menyetujui dengan tindakan operasi yang Kami sarankan?" Mikhayla kembali menanyakan.
"Lakukan yang terbaik Dok. Saya percayakan sepenuhnya oleh Dokter dan Tim." Daddy Daniel sambil tersenyum.
"Dokter Mikhayla masih muda namun begitu kompeten. Apakah sudah menikah Dok?"
Perkataan Mom Lala berhasil membuat semua mata yang ada di ruangan itu tertuju menatap sang Mommy.
Sedangkan Darren matanya setajam silet pada Mommynya.
Mom Lala tak perduli. Apalagi saat melihat wajah masam Darren padanya.
"Sudah menikah ya Dokter?" ulang Mom Lala.
Divya malah hanya tersenyum dengan kelakuan sang Mommy.
Tentu saja Mikha yang awalnya pura-pura ga dengar dengan pertanyaan istri pasiennya kini mau tak mau harus menjawab.
"Belum Nyonya." Mikha menjawab kikuk.
"Kalo pacar?" Mom Lala memang benar-benar kepincut dengan Mikhayla.
"Eee,,, " Mikha terkejut. Canggung juga. Tak biasanya begini.
"Beruntung ya pacarnya Dokter pasti senang sekali punya pacar cantik dan sangat pinter merawat pasien." Mom Lala menunjukkan muka kekecewaannya.
"Dok Mikha ini incarannya Pak Direktur Mom!" Divya sengaja memanasi sang kakak.
Mikhayla menengok kearah Divya heran dengan apa yang rekannya katakan.
"Wow, berat tuh!" Devano mengikuti alur permainan kakak dan Mommynya.
"Kalau begitu untuk hari ini pemeriksaan cukup. Selanjutnya Tuan Daniel akan diantar oleh suster untuk dicek sebagai kelengkapan dan persyaratan untuk persiapan tindakan." Mikha memilih melanjutkan tugasnya memberikan penjelasan mengenai tindakan medis yang Daniel harus jalankan dibandingkan meladeni kelakuan absurd rekan beserta ibu dan adiknya.
"Terima kasih dokter Mikha. Senang bisa berkonsultasi dengan Dokter." Daddy Daniel dengan wajah tersenyum.
"Terima kasih juga ya Dokter. Semoga kita sering ketemu. Mommy senang bisa berjumpa lagi dengan dokter Mikha." Mom Lala mencipika cipiki Mikha.
"Hai dokter cantik, semoga kelak Dokter jadi Kakak Iparku ya. Tapi kalo nolak juga gapapa kok, soalnya Kakakku itu kayak kanebo kering." Devano dengan asal dan cengengesan.
"Aku mengantar keluargaku dulu ya Dokter." Divya pamit pada Mikha.
"Silahkan." Mikha tak banyak berkata-kata ia heran melihat keluarga dokter Divya yang absurd menurutnya.
"Es Balok!" Mikha mengusap wajahnya kasar saat Darren kekuar ruangan dengan wajah masam dan mengabaikannya.
Share this novel