Rencana Untuk Divya

Romance Series 4504

Selepas makan malam, Daniel mengajak Darren, Divya dan Andrew untuk berbicara.

"Sayang, ada hal yang Daddy ingin katakan. Lebih tepatnya Daddy ingin meminta tolong padamu." Daniel duduk bersebelahan dengan Divya yang asik menyenderkan kepalanya di bahu Daniel.

Divya menegakkan kepalanya merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Daniel.

"Dad mau minta tolong apa dengan Divya?" Divya tak pernah mendengar ayahnya berkata sedemikian serius kepadanya apalagi sampai meminta tolong.

"Perusahaan Kita, saat ini bekerjasama dengan Investor di Korea Selatan terkait Teknologi Terbaru yang saat ini sedang digunakan oleh Rumah Sakit tempat Andrew saat ini. Oleh karena itu Daddy meminta tolong kepadamu Sayang, untuk membantu Daddy dalam mengurusnya di sana. Namun jika permintaan Daddy terlalu berat, Daddy tidak apa kalau Kamu menolaknya." Daniel tahu keputusannya mungkin saja mengagetkan Divya.

Meski Divya sempat meminta untuk pindah ke luar negeri karena ia patah hati dan saat itu Daniel sedikit keberatan namun kala kesempatan itu ada Divya mengapa berat meninggalkan apa yang saat ini ia sedang hadapi.

"Apakah memang Arjuna tidak ditakdirkan bersamaku?" batin Divya mencelos.

Disisi lain Divya tidak sanggup menolak peemintaan Daddy Daniel.

Divya sangat menyayangi Daddy Daniel karena itulah Divya sejak dulu manja pada sang Daddy.

Darren tahu Divya masih mempertimbangkan.

"Dek, bukannya Kakak egois, namun perusahaan disini membutuhkan Kakak. Kamu tahu seperti apa. Jika Kakak yang pergi siapa yang akan menjaga Daddy dan Mom serta Devano?" Darren sebenarnya tak tega berbohong meski itu ia lakukan bersama Daniel ayahnya demi keselamatan Divya.

Andrew yang berada dalam situasi tersebut turut angkat bicara.

"Dek, Kakak rasa ada benarnya yang dikatakan Darren dan Daddy, Kakak akan menjaga Kamu, Kamu tinggal bersama kakak. Selain itu Kamu juga bisa praktek di Rumah Sakur bersama Kakak, jadi Kamu tetap bisa menerus apa yang sudah menjadi cita-citamu seperti disini." Andrew yang tahu Divya memang sangat mencintai profesinya dan Andrew mengakui Divya termasuk Dokter yang kompeten.

Divya menarik nafas. Sejenak Divya mempertimbangkan.

"Mengapa saat kesempatan ini ada Aku menjadi ragu? Apakah Aku masih mengharapkan Arjuna?" ada rasa sesak dalam hati Divya berbicara dalam hati.

"Baik Dad, Aku akan membantu Daddy dan Kakak. Bagaimanapun juga ini menyangkut bisnis keluarga. Dan juga banyak orang yang bergantung pada bisnis Kita. Aku harap Aku bisa melaksanakannya dengan baik dan tidak mengecewakan Daddy dan Kakak." Divya sambil tersenyum.

"Terima kasih Sayang, maaf Daddy seakan memaksakan kehendak. Namun Daddy bingung kepada siapa lagi meminta tolong jika bukan kepada Kalian, Anak dan Keluarga Daddy." Daniel memeluk putrinya.

"Terima kasih Dek." Darren mengutas segaris senyum di wajahnya.

"Kalau begitu Aku akan segera membicarakannya dengan Dokter Arjuna bagaimanapun ia Direktur Rumah Sakit tempat Aku praktek sekarang." Berat rasanya mengucapkan hal itu di hati Divya.

"Dad, akan bicara pada Arjuna, Bagaimana?" Daniel tahu tentu akan sangat menyakitkan bagi Divya.

"Tidak perlu Dad. Aku sendiri yang akan menyampaikannya. Daddy tidak perlu khawatir, Dokter Arjuna pasti akan mengabulkan resign yang Aku ajukan."

"Baiklah kalau Kamu yakin. Sekali lagi Daddy sangat berterima kasih kepada Kalian." Daniel dengan rasa terima kasih kepada Darren, Divya dan Andrew.

Divya mengunci pintu kamarnya. Langkahnya sedikit berat.

Meski jam sudah menunjukkan tengah malam mata Divya belum mampu terpejam.

Divya mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Malam Dok, Maaf mengganggu waktu istirahatnya, besok ada yang ini Saya sampaikan. Bisa?"

Divya mengirimkan pesan namun tak mengharapkan jawaban langsung karena sudah malam pasti Arjuna sudah beristirahat.

Prediksi Divya salah, balasan Arjuna tak lama sejak ia mengirimkan pesan.

"Tentu Bisa. Apakah ada hal yang mendesak hingga Dokter Divya meminta waktu?"

"Besok Saya akan menyampaikan Surat Resign. Untuk itu Saya ingin bertemu langsung dengan Dokter dan memberikannya langsung."

Divya memang sengaja langsung mengatakannya agar ia tidak kembali dilanda keraguan.

Divya takut besik pagi hatinya berubah untuk itu Divya langsung mengatakannya pada Arjuna.

"Are you seriously Divya?"

Arjuna sangat terkejut dengan chat Divya hingga ia menyapa Divya langsung tanpa kata Dokter seperti biasa.

Deg!

Hati Divya mencelos.

Tak pernah sekalipun Divya mendengar Arjuna memanggil namanya langsung.

"No! Ini keputusan tepat Div! Jangan ragu!" Divya menguatkan hatinya agar tak goyah.

"Ya. Saya serius Dokter Arjuna. Kalau begitu besok pagi Saya akan keruang Dokter dan akan membawa Surat Resign Saya. Terima kasih Dok, Maaf mengganggu. Selamat Malam."

Divya sekuat tenaga mengetik kalimat yang sebenarnya sulit ia katakan.

"Iya. Aku menunggumu." Arjuna dengan bahasa yang tidak seformal biasanya.

Divya meletakkan ponsel di dadanya.

"Jangan nangis Div. Ini adalah jalan Allah untuk membantumu melupakannya. Selain itu sebagai bukti tanda baktimu pada orang tua." Divya menguatkan diri meski sudut matanya mulai menganak sungai.

Sementara Arjuna yang masih duduk di ruang kerjanya dirumah memutar-mutar ponselnya masih tidak percaya Divya mendadak Resign.

Arjuna bukan tidak mengetahui perasaan Divya padanya.

Namun Arjuna yang selama ini tahu Divya senang gonta ganti pacar mengaanggap perasaan Divya kepadanya hanya seperti pacar-pacar Divya lainnya sekedar untuk bersenang-senang.

Hingga kehadiran Mikha wanita yang tidak sama sekali kagum seperti perempuan lain pada Arjuna, itulah yang membuat Arjuna tertarik kepada Mikhayla.

"Apakah karena soal perasaan Divya resign?"

"Aku menyukai Mikhayla. Apakah itu menyakitinya?"

"Mengapa hatiku menjadi kesal Divya resign?"

Arjuna memegang dahinya mengurut pelan kepala yang tiba-tiba terasa pening.

Dikamar Daniel dan Syahla duduk di ranjang mereka bersandar.

"Honey, Aku berat rasanya melepaskan Divya. Susah payah Aku membujukknya kembali ke Indonesia. Kini harus pergi meski tidak jauh tapi Aku berat." Mommy Syahla yang tidak tahu rencana dan Darren putranya semata-mata melindungi Divya.

"Iya Darling. Akupun sebetulnya tidak mau seperti ini. Namun kalau bukan Divya siapa lagi yang bisa Aku mintakan tolong. Masa Devano? Devano tidak ingin lagi pula ia sudah memilih jalannya sendiri dan Devano membuktikan dengan kesuksesannya dengan pilihannya itu." Darren membelai rambut Syahla.

"Tadinya Aku terpikir untum menjodohkan Divya dengan Dokter Arjuna Dad. Aku lihat sepertinya Divya menyukainya." Syahla yang memang polos sejak dulu ia tidak pernah bisa menyembunyikan apa yang ia rasakan pada Daniel.

"Aku rasa Divya sudah besar. Ia berhak memutuskan dengan siapa Ia akan menentukan pilihannya. Jadi kita doakan semoga Divya mendapat jodoh yang terbaik dan mencintainya dengan tulus." Daniel sambil mengecup pucuk kepala istrinya.

Syahla mencoba mengikhlaskan keputusan suaminya bagaimanapun ia sadar suatu saat nanti anak-anaknya akan memiliki keluarga dan tentu tidak selamanya berada disisinya.

"Sayang, Kamu akan menonton pertandingan Devano kan?" Mommy Syahla mengingatkan Daniel perihal pertandingan Devano minggu ini.

"Tentu Sayang. Aku menyayangi ketiga putra putri kita secara adil. Aku bangga pada Devano meski Ia terkadang keras kepala dan sulit di atur, namun Devano sangat bertanggung jawab dan bisa membuktikan pilihannya tepat. Kita akan datang, mendukung serta mendoakannya seperti biasa. Kalau perlu kali ini Darren dan Divya kita minta mengosongkan jadwal mereka agar bersama-sama bisa datang memberikan dukungan pada Devano." Daniel dengan kasih sayangnya sebagai orang tua.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience