Sirine ambulance melintasi jalan dengan laju kencang membelah pekatnya malam membawa tubuh Darren yang tak sadarkan diri menuju Rumah Sakit.
"Hubungi keluarganya." Arjuna meminta pegawai Rumah Sakit untuk menghubungi keluarga Darren mengabarkan kondisi terkini.
Darren langsung di masukan ke ruang IGD segera ditangani oleh Dokter Arjuna dan Tim.
Kanara juga berada dalam ruang operasi tersebut berjuang menyelamatkan nyawa Darren bersama dengan dokter-dokter lainnya.
Kecelakaan tunggal yang Darren alami masih di telusuri oleh polisi apakah ada penyebab lain atau murni sebatas kelalaian dari sang pengemudi.
Daddy Daniel, Mommy Syahla, Divya dan Devano menunggu di depan ruang IGD dengan perasaan cemas, takut dan khawatir.
Airmata tak berhenti mengalir dari mata Mommy Syahla dan Divya.
Sementara Daddy Daniel dan Devano tampak menghubungi beberapa orang.
Mikhayla yang dihubungi oleh pihak Rumah Sakit segera bergegas datang ditemani oleh Mainaka.
Disaat bersamaan Andrew juga sampai.
Kanara keluar dari ruang IGD dengan wajah yang begitu serius.
"Saat ini Darren membutuhkan golongan darah AB +, sedangkan stok darah kosong, Dokter Arjuna sudah memberikan darahnya karena kebetulan keduanya memiliki golongan darah yang sama. Namun adakah dari keluarga yang bisa mendonorkan darahnya? Untuk antisipasi apabila darah yang diberikan oleh Dokter Arjuna tidak mencukupi. Dokter Mikha bisa tolong masuk untuk menggantikan Dokter Arjuna, karena beliau harus istirahat setelah mendonorkan darahnya." Kanara menjelaskan kondisi Darren.
"Golongan darahku sama dengan Darren. Ayo cepat!" Andrew langsung bergerak ia tidak mau terjadi hal yang tak diinginkan.
"Aku akan masuk bagaimapun dia kakakku. Aku ingin menolongnya!" Divya menahan Kanara agar membiarkan ia membantu operasi.
"Dokter Divya, sebaiknya kamu disini dampingi Nyonya Syahla, percayakan kepada para rekanmu, kami akan berusaha sebaik-baiknya." Kanara menganggukan kepala memberi pengertian kepada Divya.
"Baiklah. Lakukan yang terbaik. Selamatkan Kakakku. Terima kasih." Divya memeluk Kanara.
Kanara, Mikhayla dan Andrew sudah masuk dalam melakukan tugasnya masing-masing.
Sementara Daddy Daniel menerima panggilan dari asisten Darren.
"Ok. Kamu urus saja. Laporkan hasilnya kepadaku! Daddy Daniel mengakhiri panggilan telponnya.
Mikhayla yang baru bergabung dalam ruang operasi melihat pria yang beberapa jam lalu bersamanya kini berbaring tak sadarkan diri dengan luka-luka disekujur tubuhnya.
Berusaha menekan perasaan dan emosi, melakukan pekerjaannya dengan seoptimal mungkin, berdoa dan berharap Darren akan segera sadar dan kembali pulih. Dalam Mikha terus berdoa sambil melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Dokter yang menolong pasiennya.
7 jam berselang.
Saat adzan subuh berkumandang operasi Darren selesai.
Kanara dan Mikhayla keluar dari ruangan menemui keluarga.
"Alhamdulillah operasi sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Saat ini pasien masih dalam pengawasan secara instensif dikarenakan kondisinya masih cukup beresiko. Untuk sementara pasien belum boleh dijenguk. Kami akan pindahkan pasien ke ruang isolasi." Kanara memberikan penjelasan dan kembali masuk.
Keluarga hanya bisa melihat Darren dari luar melalui kaca yang langsung memperlihatkan kondisi Darren.
"Darren, anak Mom bangun nak. Mommy yakin kamu pasti kuat. Daddy, Momny, Divya dan Devano menanti kamu. Sadar Darren!" tangis Mommy Syahla pecah melihat putra sulungnya masih tertidur dengan alat-alat medis yang melekat ditubuhnya.
"Mommy, harus kuat. Darren pasti akan segera sadar. Daddy yakin doa kita akan kesembuhan Darren pasti akan diijabah Allah SWT. Jangan menangis, ingat kesehatan Mommy." Daddy Daniel memeluk Mommy Syahla yang menumpahkan tangisnya dalam pelukan Daddy Daniel.
Mikhayla berada di dalam ruang intensif menatap Darren.
"Kamu buat aku takut Dar! Jangan tidur terlalu lama. Banyak yang menunggu kamu siuman. Kenapa kamu harus ngebut sih! Aku bikin kamu kesal? Cemburu ya!" dengan senyum yang dipaksakan Mikhayla mengajak bicara Darren meski Darren tidak sadarkan diri.
"Cepat bangun Es Balok! Aku ga suka menangisimu. Aku rindu berdebat denganmu! Bangun ya ganteng!" airmata Mikhayla jatuh menetes di wajah Darren.
Divya duduk menutup wajahnya.
Betapa sedih melihat kakak tercintanya berbaring tak sadarkan diri.
"Kak Darren, bangun Kak. Siapa yang akan menjagaku jika kakak sakit? Kakak cepat sadar ya!" Divya mengusap airmatanya memejamkan mata menyandarkan punggungnya di dinding dingin koridor Rumah Sakit.
"Divya," Arjuna menepuk bahu Divya.
Melihat Divya bersedih hati Arjuna sakit.
Divya mengangkat kepalanya dilihat Arjuna dihadapannya.
"Terima kasih Dokter Arjuna. Terima kasih telah menolong Kak Darren."
Arjuna menatap Divya.
Wajah yang selalu ceria kini banjir airmata.
Bahkan saat Divya menjadi korban penculikan Arjuna tak melihat kesedihan Divya sebesar saat ini.
"Jangan menangis. Darren akan baik-baik saja. Kita sama-sama berdoa semoga Darren segera siuman."
Arjuna menghapus airmata di pipi Divya sambil digenggam tangan Divya yang terasa begitu dingin.
"Dokter Kanara!"
Suara Devano menghentikan langkah Kanara.
Kanara melihat wajah Devano.
Pria yang selalu cengengesan dan cuek bebek, kali ini pipinya basah oleh airmata.
"Terima kasih. Kamu sudah menolong Kak Darren." Devano memaksakan senyumnya.
"Jangan menangis. Kamu tidak cocok bersedih. Kita doakan sama-sama, Darren pasti akan segera sadar." Kanara menghapus airmata yang mengalir di pangkal hidung pria tampan yang sering mengusik hidupnya.
"Tolong periksa CCTV di lokasi kejadian. Lalu periksa pula CCTV di resto tempat Tuan Darren terakhir berada. Jika sudah, laporkan padaku!" Lukman asisten Darren tampak memerintahkan orang-orang kepercayaan Darren.
"Boss, aku berjanji akan menemukan siapa dalang dari kejadian ini!" Lukman melihat laporan yang berisikan ada kerusakan di rem mobil Darren hingga Blong.
Ditempat berbeda sebuah ruang gelap
"Good Job!"
Dua orang pria dan satu wanita saling bersulang.
Gelas berisi minuman yang mereka cheers kini diteguk hingga tandas tak tersisa.
"Bonus kalian akan aku transfer!"
"Sayangnya ada warga sekitar yang menolong membawa ke Rumah Sakit!" salah satu dari pria melempar gelas kosong ke dinding hingga hancur.
"Slow Son! It's Ok! Paling tidak kita sudah membuat keluarga Daniel kembali terguncang. Kali ini lebih baik dari penculikan kemarin.
"Wajahmu kenapa Catherine? Jangan bilang kau mencemaskan anak musuh kita, huh!"
"Ti, Tidak Uncle. Aku hanya takut, kita ketahuan. Aku tidak mau Uncle dan Matthew masuk penjara."
"Hahahhahahhaha, itu tidak akan terjadi! Ayo kita rayakan hari ini! Aku bahagia sekali saat ini!"
Sinar matahari melepaskan pekat malam, mengganti bintang dengan cahaya silau yang terasa hangat.
Mommy Syahla memandang Darren yang masih tertidur dan belum sadarkan diri.
"Mom, sebaiknya Mommy dan Kak Divya pulang dulu beristirahat." Devano mengkhawatirkan Mommy dan Kakak perempuannya.
"Uncle, sebaiknya ikut bersama Aunty dan Divya. Biar Andrew dan Devano yang menjaga Darren disini. Jika ada kabar terbaru mengenai kondisi Darren, kami akan segera menghubungi." Andrew angkat bicara.
"Baiklah. Uncle percayakan padamu. Segera kabari Uncle jika ada kabar terbaru. Ayo Mom, Divya."
"Kak, aku mengantar Daddy, Mommy dan Kak Divya dulu ya."
Anggukan Andrew saat Devano mengantar ketiga keluarganya.
"Mikha," Andrew menepuk bahu Mikha.
"Ah, Kak Andrew." Mikha yang masih berada dalam ruang Darren terkejut oleh keberadaan Andrew.
"Kita bicara diluar." Andrew mengajak Mikha keluar dari ruangan Darren.
"Maaf jika karena Kakak keadaan Darren jadi seperti ini." Andrew menarik nafas kasar.
"Maksud Kakak?"
Mikha mengernyitkan dahi meminta penjelasan dari Andrew.
"Darren Mencintaimu, Jadi berhentilah Mencintai Kakak!"
Duarrrr!
Share this novel