Setelah urusan pekerjaannya selesai Darren memutuskan menjemput Mikhayla.
"Kamu tidak perlu ikut, karena Saya ada urusan pribadi!" Darren mengambil kunci mobilnya bergegas keluar.
"Belum jadi pacar si Boss udah bucin aja!" Lukman yang membereskan dokumen tetap dikantor karena Boss Killernya ada "Urusan Pribadi".
Sepanjang jalan Darren tersenyum.
Darren yang biasanya memasang mode jutek entah mengapa sejak tadi iya memang terlihat banyak menyunggingkan senyuman.
Wajah Tampan, Tampilan gagah mempesona dengan barang-barang branded yang melekat di tubuhnya seperti jam tangan yang tersemat di tangan kirinya jika ditaksir seharga hampir 20 M.
"Chat lagi ga ya?"
Layaknya ABG yang sedang Falling In Love Darren senang sekali mematut dirinya dicermin.
Melirik kearah kaca didalam mobilnya memastikan wajah dan pesonanya masih dalam kisaran diangka 100.
Tak butuh waktu lama seakan semesta mendukung langit cerah dan jalan lancar karena hari ini Si Komo sedang antri vaksin.
Memakirkan mobil sportnya dengan aman.
Bergegas memasuki Rumah Sakit untuk bertemu sang pujaan hati.
Meski lisan Darren kerap menyangkal namun hati tak bisa berdusta kini Mikhayla sudah ada dalam alam bawah sadarnya.
Langkah kaki begitu ringan sudah tahu kemana harus melangkah.
Terlihat sepasang pria dan wanita yang ia kenal betul sedang berbicara tertawa bersama seakan dunia hanya milik berdua.
Senyum yang sejak tadi tak pernah surut berubah menjadi tatapan nyalang sambil menghampiri keduanya.
"Ehem!"
"Tuan Darren, apa kabar?" sapa Dokter Arjuna.
"Baik sebelum saat ini." Darren dengan sarkash.
"Kalau begitu Saya ke ruangan dulu ya Dokter Mikha. Oh iya, terima kasih atas sarannya. Saya duluan Tuan Darren."
Senyuman Dokter Arjuna pada Mikhayla berhasil membuat Darren kebakaran jenggot.
Mikhayla berjalan meninggalkan Darren menuju ruangannya.
"Hei, kenapa kamu pergi! Memang Saya angin kamu tidak anggap ada!"
Darren mengejar langkah Mikha mengekori wanita yang sudah membuat ia kesal.
Mikhayla tidak menggubris kemarahan Darren ia tetao melangkah sesuai tujuannya.
Saat sampai di delan ruangannya Mikhayla membuka pintu tentu saja Darren ikut masuk meski pemilik ruangan tidak basa basi mempersilahkannya.
Mikhayla membiarkan saja Darren yang duduk di sofa dalam ruangannya.
Mikhayla membuka laptop melanjutkan pekerjaan administrasi yang harus segera ia laporkan yeekait perkembangan pasien yang ia tangani.
Darren semakin kesal dan kesabarannya habis.
Sejak tadi Mikhayla cuek dan menganggap Darren tidak ada.
"Oh jadi kamu maunya dipaksa? Oke!"
Darren mendekat ke arah dimana Mikha duduk sambil menyelesaikan pekerjaannya.
Darren mengambil tangannya hendak memaksa Mikhayla mengikuti keinginannya.
Eits! Darren lupa pesan Mainaka jika Mikhayla pemegang sabuk hitam.
Mikhayla reflek memiting tangan Darren saat ia memegang tangan Mikha.
"Awwww! Mom, sakit!"
Darren juga bukan pria manja yang tak bisa beladiri, tidak tanggung-tanggung 3 cabang bela diri ia kuasai dalam level tertinggi.
Hanya saja ia tak mau membalas perbuatan Mikhayla.
Mikhayla melepaskan kunciannya.
Darren memegang pergelangan tangannya merasakan sakit.
"Kamu itu Dokter apa Preman pasar sih!" Darren memilih duduk dikursi berhadapan dengan Mikhayla yang belum mengeluarkan suara.
"Preman Pensiun!" celetuk Mikhayla.
Darren menggaruk kepalanya teringat asisten oribadinya yang sering menonton sitkom tersebut dari HP miliknya yang sering membuat Darren kesal karena Lukman mengabaikan ucapannya kala itu.
"Hei Galak! Sejak tadi aku berbicara padamu! Ayo pulang!"
Darren memang tidak tahu bagaimana seni mengambil hati wanita bukannya terpesona Mikhayla semakin menganggao sikap Darren menyebalkan.
Mikhayla mendengus kasar menghentikan apa yang sedang ia kerjakan.
"Aku belum ingin pulang. Masih ada yang akan aku kerjakan." Mikhayla menatap sembentar wajah Darren kemudian kembali melihat ke arah laptopnya.
"Pekerjaan apa? Mengobrol sambil ketawa ketiwi bersama Direktur RS msmang termasuk pekerjaan?" Darren yang sudah terbawa emosi hingga ia tak sadar kata-katanya layaknya pasangan yang sedang cemburu.
"Hahahahaha. Dasar Es Balok! Cemburu? Bilang Boss!" Mikhayla sengaja meledek Darren karena tahu pria dihadapannya cepat segala emosinya tersulut.
"Kau jangan terlalu kegeeran Galak! Aku hanya bertanggung jawab karena tadi aku yang mengantarmu kesini. Mainaka itu rekan bisnisku. Jadi ya aku anggap sebagai kebaikan sesama partner bisnis."
Gengsi aja terus Boss, Disamber orang baru gigit jari si Boss Darren!
"Sudah kau pulang sana. Aku bosan melihat tampangmu yang seperti Es Balok itu!"
Tak menatap Darren Mikhayla masih melanjutkan pekerjaannya.
Kekesalan Darren memuncak.
Ia melihat meja kerja Mikhay.
Dengan cepat Darren mengambil ponsel milik Mikhayla dan tas Mikhayla yang berada disudut filling cabinet.
"Ikut aku kalau HP dan Tas mu mau kembali!"
Darten keluar ruangan Mikhayla dengan membawa HP dan Tas milik wanita yang sejak tadi sudah membuat hatinya terbakar hingga logika menjadi hilang entah terbawa kemana.
"Es Balok!" teriak Mikhayla saat melihat apa yang Darren lakukan.
Darren kembali tersenyum ceria.
Mengemudikan mobilnya dengan santai entah kemana ia akan membawa wanita yang duduk disebelahnya melipat tangan dan wajah yang kesal menatap keluar.
"Hei, wajahmu itu sudah jelek akan semakin jelek kalau kamu cemberut begitu!" ledek Darren.
"Diam! Cepat aku mau kembali ke RS!" Mikhayla asal menjawab.
"Aku tahu kamu sudah tidak ada jadwal praktek hari ini. Jadi kamu ikut saja denganku. Aku tidak mungkin menculikmu, paling akan aku tukar tambah dengan minyak goreng, kebetulan harganya sedang tinggi." Darren tertawa bahagia, meledek Mikhayla membuat wajah wanita tersenyum merengut menjadi hiburan tersendiri bagi Darren.
"Ga Lucu!" sentak Mikha.
"Siapa yang melucu. Lagi pula aku ini Pria Ganteng! Jadi aku tak perlu menjadi lucu!" dengan kepercayaan diri yang tinggi Darren membanggakan ketampanannya.
"Ga cocok kata-kata itu, lebih Pas aku ganti menjadi Es Balok!" Mikhayla teringat nama ponsel yang tadi menghubunginya dan ternyata itu Darren.
"Jangan bilang kamu mengganti namaku di ponselmu, huh!" Darten paham kemana arah pembicaraan Mikhayla.
"Sejak kapan kamu usil dengan HP ku, huh!" Mikhayla kini balas menatap Darren.
Darren mengerem tenru membuat Mikhayla yang tak siao dan membalikkan wajahnya menghadap ke Darren.
Begitupun Darren yang menghentikan mobilnya karen tempat yang ia tuju sudah sampai sambil menoleh ke hadapan Mikha.
Langit tersenyum Bumi memeluk keduanya mencioatakan suasana yang tercipta memulai romansa pada keduanya.
Bibir keduanya saling bersentuhan.
Meski sekilas meninggalkan rasa menciptakan gemuruh dalam dada.
Tentu saja membuat keduanya tak bisa berkata-kata menentramkan debaran dalam dada.
"Maaf!"
Terlontar secara bersamaan dari mulut keduanya.
Kikuk canggung dan mati gaya kata yang tepat menggambarkan situasi yang mereka lewati.
"Ayo turun, kita sudah sampai."
Suara Darren terdengar lebih pelan, senyumanpun terkembang dari bibirnya.
Mikhayla tak lagi berontak, mengikuti Darren entah akan dibawa kemana ia hanya mengikuti langkah pria yang telah mengambil ciuman pertamanya.
"Ayo cepat,"
Darren yang melihat Mikhayla mematung segera meraih pergelangan tangan wanita yang menjadi lebih kalem karena accident yang tak terduga.
Darren membawa Mikhayla kesebuah pemandangan tepi pantai.
"Kamu suka ga?" Darren menatap wajah wanita yang sedang menikmati senja di pinggir pantai dengan senyuman manisnya menatap lukisan mahakarya sang pencipta.
"Suka. Cantik!" Mikhayla yang sudah lama tidak ke pantai begitu mengagumi apa yang dilihatnya kini terlebih saat menjelang sunset lembayung merona membiaskan senja membuai mata siapa saja yang melihatnya.
"Aku juga suka. Cantik, seperti kamu!" Darren dengan lancar mengutarakan. apa yang ada di hatinya seakan itulah yang ia rasakan.
Share this novel