Divya Resign

Romance Series 4504

Seperti yang sudah di janjikan Divya menemui Arjuna di ruangannya.

Tok,Tok,Tok!

"Masuk." Arjuna seakan tahu jika Divya yang akan masuk.

Sejak datang ke Rumah Sakit, perasaan Arjuna semakin campur aduk.

Setelah Divya mengirimkan chat semalam, Arjuna tidak bisa tidur nyenyak.

"Selamat Pagi Dok." Divya mengucapkan salam saat masuk.

"Oh, Pagi Div, Dokter Divya. Silahkan duduk!" Arjuna terbata-bata saat melihat Divya sudah berada di hadapannya.

"Terima kasih Dok!" ucap Divya sebelum kini duduk dihadapan Arjuna.

"Maaf sebelumnya jika Saya semalam menyampaikan perihal Resign via WA, namun apa yang Saya sampaikan benar ada nya." Divya dengan santai dan sopan sambil menyerahkan surat pengunduran diri yang semalam ia buat.

Tanpa memegang surat yang Divya berikan Arjuna memajukan tubuhnya menatap lekat rekan sejawat yang sudah bekerja sama dengannya setahun belakangan.

"Mengapa tiba-tiba?"

Tatapan mata elang Arjuna menusuk hati Divya yang ia rasakan untuk pertama kalinya.

"Saya akan membantu perusahaan Ayah Saya. Tentu akan menyita waktu dan konsentrasi Saya. Untuk itu Saya memilih resign dari Rumah Sakit." setenang mungkin meskin debaran jantung Divya seakan meloncat.

"Sebagai Direktur Rumah Sakit, Saya tidak keberatan jika para Dokter memiliki pekerjaan lain diluar jadwal praktek. Apakah tidak bisa Dokter Divya pertimbangkan dulu?" terdengar Arjuna menyiratkan ketidak relaannya meski dibalut profesionalisme kerja.

"Saya sudah yakin dengan keputusan saya Dokter Arjuna. Harapan Saya Direktur menerima pengunduran diri Saya." Divya menekankan kata Direktur membiasakan diri sebentar lagi status Mereka sebagai atasan dan bawahan selesai.

Melihat Divya bersiap bangkit, Arjuna segera menahan.

"Betul alasannya karena perusahaan Ayahmu?" Arjuna mencari jawaban lain yang mungkin Divya simpan rapat dalam netra biru wanita di hadapannya.

"Maksud Direktur?" Divya ingin segera keluar dan pergi karena takut hatinya akan kembali goyah.

"Apakah karena gosip yang beredar?" Arjuna sedikit menurunkan suaranya.

Divya tidak menyukai situasinya kini.

"Mohon maaf Direktur Saya tidak peduli tentang gosip Direktur, dan ini tidak ada kaitannya dengan pengunduran diri Saya." Divya menjaga kehormatan dan harga dirinya.

Ada rasa ciut dalam hati Arjuna mendengar penuturan Divya.

"Walaupun demikian, mencari Dokter pengganti tidaklah mudah. Tidak mungkin Kami menghandle semua pasien Dokter Divya karena Kami masing-masing memiliki jadwal yang sudah ada. Aku harap Dokter Divya bisa lebih bersabar dan tidak terburu-buru." Arjuna seakan berat.

"Saya akan merekomendasikan rekan Saya jika Dokter mengizinkannya. Selain itu, Saya juga sudah berbicara dengan Dokter Mikhayla, dan Dokter Mikhayla bisa menerima beberapa pasien yang memiliki hari dimana Dokter Mikha Praktek. Alhamdulillah Dokter Mikha berbaik hati dan mau." Divya sengaja menyebut Mikhayla dan memang ia sudah menyampaikan bahwa Ia akan resign.

Arjuna tentu tak bisa berkata apapun saat nama Mikhayla disebut oleh Divya.

Seolah Arjuna layaknya suami yang ketahuan selingkuh oleh istrinya.

"Dokter, Saya permisi dulu. Mau melanjutkan praktek. Minggu ini menjadi minggu terakhir sebelum Saya berangkat. Terima kasih atas segala kesempatan selama ini, dan maaf jika selama Saya praktek disini ada salah. Kalau begitu Saya permisi!"

"Berangkat?" Arjuna tanpa sadar mengucapkannya.

"Iya Dok. 2 lagi Saya akan berangkat. Esok Saya akan datang membereskan barang-barang Saya sekaligus pamit pada rekan-rekan dan pegawai Rumah Sakit." Divya sudah berdiri.

"Kemana Kamu hendak pergi?" Arjuna menjadi tidak mampu lagi mengontrol apa yang ucapkan.

"Korea Selatan."

Divya menangani pasiennya dengan semangat meski didetik-detik terakhir ia praktek sebelum akhirnya terbang ke Korea Selatan.

"Masih ada pasien lagi Sus?" Divya bertanya.

"Tadi terakhir Dok."

"Ada apa Sus?"

Divya melihat raut wajah perawat yang seakan memiliki pertanyaan padanya.

"Benar Dokter Divya akan resign?" perawat memberanikan bertanya.

"Maaf Dok Saya tidak sengaja mendengar percakapan Dokter dengan Dokter Mikhayla." buru-buru meminta maaf takut dianggap lancang karena ia mendengar percakapan kedua Dokter cantik itu.

"Benar. Lusa Saya sudah berangkat ke Korea Selatan. Besok Saya akan datang sekalian pamit dengan semuanya." Divya tersenyum sambil melepas snelli dari tubuhnya.

"Dokter praktek di Korea?" tanya perawat itu penasaran.

"Mungkin. Tapi Tujuan Saya resign adalah untuk mengurus perusahaan Keluarga disana." Divya tersenyum meski tubuhnya hari ini sudah memintanya beristirahat.

"Semoga Dokter sukses dimanapun Dokter berada. Saya bakal kangen banget sama Dokter. Kalau sudah di Korea jangan lupa dengan Kami ya Dok." perawat yang sudah menjadi partner Divya selama ia praktek di Rumah Sakit.

"Tentu. Sus, Saya terima kasih ya selama ini Kamu dan rekan perawat lain sudah menemani dan membantu Saya selama praktek. Saya juga minta maaf jika Saya banyak salah." ucap Divya tulus.

"Sama-sama Dok saya juga minta maaf kalau banyak salah.

Selesai praktek Divya tidak langsung pulang ke rumah.

Divya mengikuti langkahnya sekedar melepaskan sesak dan gemuruhnya dari dalam dada.

Divya memarkirkan mobilnya di sebuah pantai.

Divya ingin menghirup udara dan membiarkan tubuhnya dibelai angin pantai yang sepoi-sepoi.

Berjalan santai sambil menikmati semilir angin menentramkan jiwa yang terasa panas dan gersang.

Tanpa Divya sadari 3 orang pria berbaju serba hitam memakai masker mengintainya.

"Benar Boss itu wanita yang sama persis ada di foto."

"Ok. Kita tangkap dan bawa ke markas. Ingat pesan Tuan jangan lukai perempuan itu buat saja tidak sadar."

"Mengerti Boss."

Mengendap-endap, perlahan tapi pasti ketiga orang yang mengikuti Divya kini semakin dekat dan,

Satu pria membekap mulut Divya dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.

Divya yang terkejut tak sempat berteriak karena tenaga mereka lebih besar dan mereka berjumlah 3 orang.

"Boss, sudah pingsan. Bagaimana?"

"Masukan dalam mobil dan segera pergi! Sebelum itu bersihkan cctv yang ada disini."

"Ok Boss!"

Ditempat lain Mommy Syahla sedang menemani Daniel menemui relasi bisnis mereka tiba-tiba saja tangan Mommy Syahla lemas dan gelas yang ia pegang terjatuh hingga pecah dan berantakan.

"Awww!" Mommy Syahla terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Honey, are you Ok. Apakah ada yang terluka?" Daniel memastikan Mommy Syahla tidak terluka.

"Tidak apa-apa Darl, tiba-tiba tanganku lemas dan gelas itu terjatuh begitu saja." Mommy Syahla tampak bingung dengan kejadian yang ia alami.

"Nyonya tidak ada yang terluka?" tanya rekan Daniel.

"Tidak. Saya baik-baik saja."

Entah mengapa perasaan Mommy Syahla tidak enak.

Mommy Syahla sendiri tidak tahu apa yang membuatnya begitu.

"Tuan sepertinya Kami pamit dulu, Istri Saya nampaknya kelelahan." Daniel berpamitan dengan rekannya.

"Silahkan Tuan Daniel. Nyonya Syahla maafkan kami hingga Anda kelelahan."

"Tidak apa Tuan. Kami permisi."

"Sayang," Daniel memanggil istrinya yang terlihat melamun.

"Iya Dad." Syahla tersadar mendengar suara Daniel dari lamunannya.

"Jangan cemas, itu hanya kejadian kecil. Tidak berarti apapun." Daniel mengenggam jemari Syahla mengecup punggung tangannya.

Namun Syahla masih merasakan gusar meski ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience