Tak Sadar Berjumpa Dia

Romance Series 4504

Mikha langsung merebahkan tubuhnya saat masuk kamar hotel. Selama 3 hari kedepan Mikha akan menempati kamar ini.

"Eugh! Pegel banget!" Mikha mengeliatkan tubuhnya merenggangkan otot yang tegang selama dipesawat.

Seminar yang sejatinya baru di mulai esok hari membuat Mikha masih bisa bersantai mengembalikan kondisi tubuhnya yang lelah pasca perjalanan.

Tanpa sadar Mikha terlelap lupa mengabari Mommy dan Daddynya.

Sementara di kamar president suite Darren memandang ke luar jendela dengan kedua tangan disilangkan.

Pemandangan yang indah terbentang di hadapan matanya. Namun tak mampu membuat hatinya tergetar, kembali seperti biasa hanya ekspresi dingin dengan tatapan mata tajam seolah menjadi kebiasaan saja.

"Boss, ada lagi yang diperlukan?" Lukman membawa koper Darren.

"Tidak. Malam ini Aku akan istirahat. Besok pagi Kita baru akan meeting. So, jangan ganggu Aku malam ini!" Darren tak menoleh, pandangannya tetap menikmati indahnya suasana di luar.

Perlahan kelopak mata Mikha terbuka.

Geliat tubuh, meregangkan otot dengan mulut menguap ciri khas baru bangun tidur. Puas rasanya mengistirahatkan tubuh lelal dengan obat paling mujarab.

Mikha melirik ke jam di tangan kirinya.

"Rupanya sudah 2 jam Aku tertidur." Mikha menguap seakan masih enggan bangun dari ranjang empuk hotel.

"Aku lupa belum mengabari Mom." sambil menepuk dahinya.

Mikha bergegas mengambil ponsel dalam tasnya.

Tut...Tut...Tut...

Tidak ada jawaban.

Mikha mencoba menghubungi Daddynya.

Hal yang sama juga hanya sebuah pesan suara.

Mikha akhirnya mengetik chat mengabarkan dirinya sudah sampai ke nomor Daddy dan Mommy nya.

Kruk, Kruk!

Bunyi perut Mikha terdengar menandakan sang pemilik tubuh keroncongan. Memang Mikha belum makan sejak tadi.

"Laper!" Mikha memaksakan bangun memilih masuk kamar mandi merendamkan dirinya dalam bathup merelaksasikan tubuh yang letih agar kembali segar. Sebelum keluar mencari makanan.

"Aku mau keluar cari makan ah! Suasana disini kalau Malam bagus!" Mikha keluar kamar hotel tak lupa memastikan pintunya sudah terkunci.

Mikha menikmati suasana malam disini tentu membuat Mikha merasa seperti liburan.

Hanya saja mulai besok ia akan seminar dari pagi hingga sore.

Ditambah ia hanya sendiri disini tentu akan ia nikmati pemandangan indah dihadapan matanya seorang diri.

Saat ini di negara yang Mikha datangi sedang musim dingin.

Mikha yang sudah mempersiapkan diri ia memakai pakaian yang hangat agar tubuhnya tak kedinginan.

Mikha memilih makan di restoran yang ada di hotel tempat ia menginap.

Sebenarnya ia malas makan sendiri, tapi di kamar saja Mikha merasa bosan.

Karena jam makan malam tentu restoran ramai para pengunjung juga tamu hotel.

Mikha memilih duduk di area terbuka.

Udara dingin membuat uap yang keluar dari mulutnya seperti asap.

"Dingin sekali!" Mikha yang melepas sarung tangannya.

Makanan sudah terhidang didepan mata.

Suara ponsel Mikha berdering.

"Assalamualaikum Mom." Mommy Tasya menelpon Mikha saat melihat panggilan tak terjawab dan chat dari Mikha.

"Waalaikumsalam Sayang. Maaf tadi ponsel Mom dan Dad ada di kamar. Kamu sudah sampai?" tanya Mom Tasya mengkhawatirkan putrinya.

"Sudah dari tadi Mom. Aku sedang makan malam. Disini pukul 19.00 Mom. Mom dan Dad sedang apa?" Mikha mengaduk makanan di hadapannya.

"Tidak sedang apa-apa. Dad dan Mom sedang santai saja di kamar." Suara Daddy ingin ngobrol dengan Mikha.

"Sayang, sedang makan ya?" Daddy Abimana kini yang berbicara.

"Iya Dad. Daddy pasti lagi pacaran ya dengan Mom. Pokoknya aku ga mau punya adik ya!" sejak kecil memang begitu ancaman Mikha kepada keduanya.

Daddy Abimana dan Mommy Tasya hanya tertawa mendengar gertakan putri bungsunya.

Mode panggilan berubah menjadi video.

Mikha tersenyum melihat wajah kedua orang tuanya di layar ponsel.

Benar saja Mommy dan Daddy sedang di kasur masih sore begini.

"Kamu ada-ada saja Mikha. Mom sudah tua. Mana bisa kasih kamu adik! Mom kini nunggu cucu dari Naka dan Kamu!" Mommy Syahla yang melepaskan rangkulan gemas suaminya.

"Kak Naka dulu lah. Aku masih lama Mom!" Mikha yang memang belum terpikir menikah.

"Kamu ga boleh ngomong gitu Sayang, siapa tahu jodoh Kamu sampai duluan. Kalau Mom sih ga masalah Naka atau Kamu dulu. Ya kan Dad?" Mom Tasya mengeluarkan pendapatnya.

Hati kecil Abimana masih belum rela anak gadisnya suatu saat dibawa oleh suaminya seakan ia baru kemarin menggendong Mikha saat baru lahir.

"Sayang, pulangnya Dad suruh Asisten Dad siapkan Privat Jet saja ya?" Abimana kembali ingin memberikan yang terbaik baik putrinya.

"Ga perlu Dad, Aku sudah punya tiket pulang. Mubazhir kalau tidak terpakai." Mikha tahu betul Daddy selalu memanjakannya.

"Baiklah. Tapi Kamu baik-baik ya selama disana. Jaga diri. Kalau ada sesuatu segera kabari Dad." Abimana yang memang seperti itu sejak dulu bahkan saat Mikha Kuliah dan Praktek di luar negeri Abimana secara diam-diam menugaskan pengawal untuk menjaga Putrinya.

"Siap Dad. Aku makan dulu ya. Mom dan Dad juga jangan lupa makan. Mommy jangan diet-diet! Mommy masih tetap langsing dan cantik sampai sekarang. Lihat Dad saja sampe bucin ga ada obat sama Mom!"

Tasya terasa betul memiliki Putri seorang Dokter saat Mikha mulai banyak memberikan larangan ini itu.

"Iya Sayang, Mom hanya tidak mau banyak lemak. Mom kan sudah tua." Mommy Tasya membela diri.

"Assalamualaikum." Mikha menutup telponnya.

"Makananku sudah tidak hangat. Cepat sekali. Mungkin karena udara disini dingin." Mikha tak lagi berselera melanjutkan makannya.

Mikha masih duduk menikmati secangkir minuman hangat yang ia pesan.

Melihat-lihat sosial media miliknya dan membuka group seminar besok.

Mikha melihat bahwa teman kampusnya ada yang tergabung dalam group seminar besok.

Peserta seminar yang esok hadir diminta mengirimkan kesediaannya apakah bisa hadir dan sudah berada disini atau belum.

Mikha memberikan chat mengabarkan ia datang dan sudah berada di tempat tujuan.

Mikha sengaja memilih hotel tempatnya menginap karena seminar yang diadakan memang diselenggarakan tak jauh dari hotel tersebut.

Sebuah chat pribadi masuk ke HP Mikha dari aplikasi berwarna hijau.

"Hai Mikha, masih ingat denganku?"

Mikha melihat foto profil dari chat tersebut.

Mikha tersenyum, tentu saja ia mengenali kedua orang yang berada di foto tersebut.

Mikha membalas pesan yang masuk.

Mikha senang karena setidaknya esok ada orang yang ia kenal.

Mikha merasa sudah kedinginan.

Mikha memilih kembali ke kamar hotelnya.

Masih membalas chat dengan temannya Mikha berjalan masuk dalam lift.

Sedangkan dari sisi yang lain seseorang melintas sambil fokus menelpon.

Meski keduanya saling bersisihan namun fokusnya pada kegiatan masing-masing hingga keduanya tidak menyadarinya.

"Tiba-tiba perasaanku kok ga enak ya? Dinginnya masih terasa padahal sudah di dalam?" Mikha mengeratkan mantelnya.

"Kenapa Aku tiba-tiba merinding? Ga biasanya ada rasa takut?" Darren melirik sekeliling melihat apakah ada orang atau apapun hingga ia merasakan ada yang membuat hatinya tak enak.

Semesta entah mengapa senang melihat keduanya yang selalu terhubung.

Meskipun bagai kucing dan anjing namun langit tampak bahagia melihat kedua insan yang kini masih dengan gengsi dan egonya.

Seakan musuh bebuyutan namun saling terhubung.

Tiada yang tahu takdir akan membawa kemana.

Kedua kini masih asik menikmati sepi dan kesendiriannya.

Hanya Tuhan yang mampu membolak balikan hati setiap umatnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience